Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Jangan Pergi

Beberapa hari menjelang perayaanmu. Apakah sudah kau hitung-hitung kekhawatiranku tahun ini? Aku tak tahu, harus menerima atau merayu Tuhan agar kau dan aku menjadi kita. Maafkan aku yang selalu menyalahkan keadaan sebagai alasan untuk melepasmu, padahal kau melihat rindu di telapak tanganku. Kau kembali menatapku, "benar ini yang kau inginkan?" aku menunduk, cukup lama buatku untuk mampu menjawab, "ya...itu yang kuinginkan." kataku lirih masih tak berani menatapmu sebab kau biarkan aku, penyair mati di matamu. Kau memelukku cukup lama. Aku jatuh pasrah, pulang menuju dadamu yang curam dan tak berpaham. Aku ingin kau tetap di sini, meski tingkahku yang memaksamu beranjak pergi. Langit di matamu yang menampung kesedihanku, kemudian kutemukan dunia baru yang hangat melindungiku serupa matahari yang mencumbu laut. Jika kita adalah langit dan laut, maka pertemuan hanya ada di ujung jingga lepas kau lontarkan pertanyaan mana yang paling merah muda, rindu ata

Aaaa!!!

Di bawah matamu, aku membisu Di bawah dagumu, aku gagu Di hadapanmu, aku kaku Padamu, aku tak lebih seorang perempuan yang tak tahu malu yang mencuri tatapan itu agar kau tahu aku rindu Bagimu, aku hanya lalu lintas pukul satu yang sebisa mungkin ingin kau hindari sebab bisingnya mengganggumu Aku adalah Rabu, yang membeku dan tersipu saat kau temukan aku dalam matamu. Aku ingin menemukan lelahku dalam dadamu. Aku ingin menjadi wanita itu, yang kau sebut-sebut menyatu dengan separuh jiwamu. Namun lidahku kelu, kau lisankan sebaris ayat yang seharusnya keluar dari mulutku. Seluruh inderaku melumpuh, sederet senyum tak juga menghiburku. Kau benar, kita adalah dayung yang hilang dari sebuah perahu. Siang itu, kau pergi memunggungiku dengan sebuah lagu yang hilang di kepalaku.

3 Permintaan

Gambar
Siang itu jendela tidak kututup. Sengaja, biar aku tidak kehabisan nafas di dalamnya. Bisu yang kau anggap indah nyatanya buatku pengap. Bagaimana jika tak ada lagi kata-kata? Kau pikir sunyi berhasil membawa rindumu padaku? Justru yang ada banyak tertinggal di pinggir jendela menyatu bersama debu. Debar- debar yang kau tinggalkan disana sudah tak lagi ada. Kau perlu tahu, membisu selama berjam-jam bukan perkara mudah. Kau biarkan kopimu mati bosan, remah-remah roti kau injak hingga tak kelihatan. Maaf, hanya saja aku tidak mengerti posisiku. Siapa aku dimatamu, siapa aku di tanganmu, siapa aku di pelukanmu. Aku ingin menggilaimu, ingin sekali. Melepas sebab-sebab kepulanganmu yang-bukan-aku. Namun, lagi-lagi kaulah yang menamai hubungan ini. Suka-sukamu menyebutnya apa, merasakan apa. Tak perlu kita bahas lagi perihal yang satu ini. Kau akan tetap begitu, dan bodohnya, aku akan terus mengikutimu. Meski kau menyebutku selamat tinggal, kau akan tetap menjadi selamat datang untu

Asing

Gambar
Pinterest.com Pada akhirnya yang asing akan kembali menjadi asing. Bahkan aku tidak tahu kenapa dan harus bagaimana mengatakan "hai". Selepas kita pergi, selepas kita mengerti bahwa langit akan tetap sama dan kita akan selalu berbeda. Sudah, biarkan saja menunggu dan menerka-nerka menjadi tugasku, kau cukup ada di belakang garis, dimana kau tidak melihatku yang sedang melihatmu. Kepada siapa hatiku hanyut? Kepada dia yang menjadikanku sudah dengan kekitaan yang sia-sia. Dia lebih memilih asing pada sebab-sebab patah yang kusimpan sendiri dalam doa-doa yang kukirimkan untuknya. Baginya, aku adalah suka yang itu-itu saja dan semesta membuatku berhenti untuk mengemis rebah di lengannya. Pada episode yang paling nyata, kita sudah jelas berbeda. Harus selalu aku yang (masih) mencintaimu. Kau tidak lagi ingin pulang. Aku mulai membenahi airmata yang mungkin saja jatuh saat kau di depannya. Toh, kita akan mengulang kembali pertanyaan yang sama "siapa namamu?"

Rindu Ini Milik Kita

Gambar
Sebab aku masih sering menaruh ngilu pada rindu yang kau sendiri tidak tahu. Sebab kau pula tak peduli bagaimana deras hujan sore tadi, ada banyak rindu yang seharusnya menyentuh gerak-gerik kecil tanganmu. Sebab itu pula aku masih menjadi anak kecil yang senang digandeng tangannya, yang berdecak kagum pada ketinggian; burung dan pesawat terbang. Sebab aku ingin melihatmu gusar dimana kakimu berpijak, menjadi sentakan untuk kantukmu. Sebab jauh sebelum hari ini atau mungkin setelahnya, aku ingin kita sama-sama perih pada perpisahan yang kupecahkan, pada rindu yang kurahasiakan. Suatu waktu pernah kau utarakan, hanya denganku kau gugup bukan kepalang. Setelahnya semua tentangmu begitu singkat. Sudah dingin jejak bibirmu di keningku. Aku tak lagi tahu dimana kursi yang pernah kau duduki kala sore itu, dengan baju merah dan celoteh mesra. Hanya secarik senyum dan genggaman dingin jemari kita, kemudian lekas kikis oleh musim, yang mengantarkan kita pada perpisahan pagi itu. kita s

Pamit

Gambar
Dear TOEFL Squad Haruskah ada cerita atau puisi yang mendayu-dayu untuk memulai keterpisahan ini? Sudah tugas sang waktu membuat segalanya menjadi berlalu. Namun ia tidak memintamu melumpuhkan semua ingatan, ia hanya menjalankan tugasnya. Maka dari itu, kau tidak perlu menjadi asing ketika bertemu kembali. Sejatinya, ketika kau sudah mulai merasa rindu dengan sekitarmu, maka itulah kepulanganmu. Dan ketika banyak hal membuatmu rindu, selamat! Rumahmu ada dimana-mana! Saya tidak akan memaksakan untuk bilang see you on top seperti kebanyakan orang, karena rindu tidak sepemilih itu. saya terbuka untuk bertemu kembali dengan apapun keadaan kalian, karena warna kalianlah yang membuat rindu itu ada. Sampai berjumpa kembali--

Hanya Teman Untukmu

Gambar
Dan yang paling tidak bisa kujelaskan kepada orang lain, bahkan diri sendiri, adalah aku tidak tahu, aku menunggumu atau mengejarmu? Memasuki minggu keempat tanpa kabarmu. Dan malam ini, kepalaku adalah laut. Gemuruh ombak yang saling berkejaran dan burung-burung yang bersahutan. Aku duduk memunggungi pantai, masih, dengan pasir yang lembut membelaku. Di antara daun-daun kelapa yang pasrah kepada angin, sama sepertiku. Tidakkah ini semua aneh menurutmu? Ketika seharusnya kita menikmati seni alam ini bersama, dirimu justru menjadi bagian yang hilang dari apa yang tergantung begitu lama di dinding memori ini. Pantai sudah menenggelamkan setengah senja kita. Untuk kau yang tidak ingin pulang, ketahuilah, aku tidak ingin kau menjadi masa lalu. Lekas kembali ke persinggahanmu, yaitu aku. Dimana kau akan melihatku terburu-buru kapanpun kau memanggilku, dimana kau menetap selama pulang masih terlalu muda bagimu. Ya, aku tidak bisa lebih murahan lagi dari ini. Aku ingin me

Ia Yang Kau Tinggalkan

Gambar
Tak ada yang harus dirindukan, karena ini bukanlah hujan di bulan Juni. Namun kenapa gerimis di pipi masih tentangmu? Sepasang tatap sudah bingung mau diapakan lagi mendung di penghujung Oktober ini, tak pula pergi di balik jendela dan daun-daun basah. Apa yang ia harapkan dari sepetak tanah beraroma. Tak ada. Tetap tak mengembalikan tawa yang ada saat riuh kepala dan terik di kota ini kau genggam dalam jemari kita bersama. Ia jenuh, pada kepergianmu, pada kelambu malam, pada cahaya dari sepasang tatap yang ia rindukan. Sebenarnya ia jenuh atau rindu? Kau tak pula bertanya, tak mengemas kabarnya pada kata-kata yang biasa kau ucapkan. Mau kau apakan ia? Tak usah bawa-bawa aku yang limbung mendengar kau meninggalkannya. Kau sebut dirimu pengembara. Kau terlalu pengecut untuk tinggal atau tak bisa pulang? Coba katakan. Bukan kepadaku, tapi ia. Kau lihat ujung-ujung rambutnya yang basah karena laut di matanya. Ia memikirkanmu sepantasnya. Memang sepantasnya, sebab sebulan lalu tak

Menikmati Jeda

Gambar
Ada jeda yang panjang kala kita duduk berdua. Akulah wanita murahan itu. Wanita yang kau inginkan selalu ada di dekatmu, yang bodoh sendiri menerka-nerka tatapan di saat kau meletakkan tanganmu di bahuku. Aku adalah wanita yang kau tarik untuk mendekat dan pergi setelah kau inginkan. Dari semuanya, kenapa kau tetap menginginkan ku ada? Selalu berada di dekatmu dalam udara yang kau sembunyikan. Apakah masih ada dia dihidupmu? Masihkah ia yang mengisi hatimu? Aku tahu, kau pernah bilang sudah tak lagi dengannya, tapi kau seperti berada dalam samar-samar yang kau tahan di pelupuk matamu. Bisakah kita menjadi biasa saja? Dua orang yang ingin saling mengenal rindu masing-masing tanpa dunia permasalahkan. Lupakan dia, lupakan kita yang berbeda. Pernahkah kau sesekali tersadar? Ada yang lain di antara kita. Dua orang yang lebih memilih bungkam, sedang mata berbicara hebat menyoalkan rindu siapa yang akan bertahta, degup hati siapa yang paling kencang saat kita bersama. Dari sanalah k

Kepincut (Lagi)

Gambar
Kamis, 2016. Selalu ada pertama kali untuk segalanya. Pertama kali melihatmu dan pertama kali menyadari kalau kita berbeda. Ada yang tidak bisa kita selesaikan dalam perjalanan ini. Kita berteriak dalam pikiran masing-masing. Lalu kalau kita berbeda, kenapa? Apa salah menurutmu? Aku tahu mau bagaimanapun, sampai kapanpun, kita tidak akan bisa menyatu. Kau bukan yang pertama dengan segala perbedaan, yang tak bisa kumiliki, yang selalu menjadi alasan berkali-kali aku hampir menyerah untuk menjadikanmu seseorang yang seharusnya kupercayai untuk kuberikan hatiku. Setidaknya, jika memang pada akhirnya kita tidak bisa saling memiliki (dan itu sudah pasti), biarkan cinta yang berjalan sendiri kemana ia ingin pergi. Meski kita tahu, cinta akan tetap berjalan kepada kita yang ingin saling mengerti. Kau tidak perlu menghindari dan membohongi dirimu sendiri, ada yang lain saat kita bertemu sapa pada pandang di seberang kelas, pada senyuman yang kita isyaratkan bahwa tak ada satupun dari k

Mencintaimu Entah Sampai Kapan

Gambar
Selamat malam tuan, Selamat membaca isi kepala perempuan yang mungkin namanya tidak pernah kau titipkan pada doamu di ujung senja, pada malam yang menua, atau pagi yang masih muda. Barangkali kau tak ingat, atau tak ada izin yang kudapat untuk mempersempit jarak dan jeda di antara kita yang seharusnya ada. Percayalah, bukan hanya sekali aku menitipkanmu pada udara ketika doa dan airmata tak lagi mampu merengkuh lelahmu yang tak sudah-sudah. Sebab aku hanyalah satu dari banyak kemungkinan yang tak kau inginkan. Ketika mencintaimu tak semudah menampar wajah sendiri untuk membedakan apakah kita adalah mimpi atau keinginan? Mungkin disana kau penat dengan sikapku yang gemar bermain dengan prasangka sendiri dan membiarkan isi kepala kita membeku pada kebodohan yang itu-itu saja. Maafkan jika aku lebih sibuk mempertahankan rasa sedang kutahu kau tak pernah benar-benar mengenal suaraku. Tak ada satupun dari kita mau menyudahi diam yang berkepanjangan ini, dan lebih memilih mati d

Melati

Matamu masih malam laut; yang taat pada pelaut, yang luas tak tertempuh, yang sunyi berpeluh, yang anginnya membingungkan perahu. Sedang aku tinggal di dalamnya; yang rengkuh pada pasang surut, yang semrawut ke pucuk-pucuk kalut, yang menjadikan gigilku tidak berarti apa-apa di tengah angin darat dan angin laut. Kau masih menderu, menggulung pasir semaumu. Kau seperti pertandingan untuk dirimu sendiri. Aku masih ulat teh yang sembrono jatuh ke daun kering. Mataku terarah lurus padamu, menyaru bersama lamunan lembayung di utara yang sarat akan jingga menyentuh bahumu. Aku berpayah menatah diri pada titik yang masih kujagai dari ujung cahayaku, sebab wangi rempah telah menguning di bibir dan jemarimu. Membawaku berpindah-pindah bangku agar kakiku menyentuh ujung sepatumu. Kau melanglang buana di keningmu yang berpendar memeras sari malam dan kutuk siang separuh kota. Kau menghitung bijih padi sebanyak sepuluh hingga tinggal satu. Kuberanikan diri menanyai darimana kau dapat

Cukup Ucapkan Rindu, Lirih Saja

Cukup ucapkan rindu, lirih saja Tak perlu sampai lumer, sampai merambat di leher Tak perlu sampai sedu sedan, sampai melumpuhkan semua badan Cukup ucapkan rindu, lirih saja Agar tatap yang di seberang sekarang merasa lebih dari cukup, meski terkadang dekat juga tak merasa cukup Memang begitu, jika berdua sudah sama-sama rindu.

KOTA

Berjuta-juta malam kita rayakan dengan kerlap-kerlip lampu jalan. Kita mengendus setiap jejak-jejak asing yang mungkin kan gantikan baju usang yang lengket dengan kardus seribuan. Berlari-larian itu mungil sebab langkah yang dulu telah keropos di makan angin kota. Orang kota akan selalu seperti itu, ramah pada gedung tinggi dan rumah berpagar. Tapi cahaya malam yang katanya menakutkan masih tak bisa menghalangi rute tawa kita. Bagaimanapun, kita masihlah angin desa, hanya sedang menunggu kota mengantar pulang pada selimut kuning simbah. Belum juga tiba, musim kemarau sudah datang. Teras-teras mulai gusar, kanal ini-kanal itu minta dibelikan kereta labu Cinderella. Kalau bisa sekalian dikirimkan pangeran. Kita tidak peduli, nasi sekepal sedang kita penggal dalam tubuh yang seperti gigi tanggal. Kita menonton mereka yang menontoni kita. Cangkir-cangkir berdenting di bawah atap tak berayap dan tak bersemak. Apa yang sudah kita lakukan dengan kota ini? Mengapa ia malah mengiba k

?

KITA, Seperti yang selalu kukatakan Seperti yang berulang kali kukatakan Seperti yang tak pernah bosan kukatakan Hanya narasi yang diulang-ulang Kata yang tak mengenal makna Majas yang tak paham isyarat Diksi yang itu-itu saja menghuni sajak Kalimat pasif di antara baris-baris puisi KITA, Membuat kata sifat menjadi lelah Tanpa pernah terpikirkan untuk mengistirahatkannya kepada setiap paragraf tak terbaca, Membuat kalimat tak lagi majemuk di benak penghuni kota KITA, Menenggelamkan kerumunan ke dalam titik sebelum jeda Konsonan yang tak terlihat di antara kata kerja yang menjerat lidah Memekik, berseru, bersimpuh, dan lumpuh di tengadah pencerita Meminta pada tanda baca untuk memberi akhir di setiap aksara KITA, tanda tanya.

Untitled Page

Gambar
Kau tidak membiarkan kata-kata tenggelam dan terlepas. Kau malah menyeretku kepada sejumlah kata-kata yang kau selipkan di telapak tanganmu. Aku tidak mengerti, bahkan dengan aksara yang berkarat di ujung halaman yang kau lipat. Kau memaksaku memilih nila atau lila pada jingga pukul lima. Kau tak mengerti, ada banyak huruf yang tidak terbaca olehku. Kau mengabaikannya, mengabaikanku. Aku tidak membacanya, tidak melihat cahaya yang kau paksakan ke dalam retinaku. Kau berjingkat-jingkat di keluasan pasir kertas yang menguning seiring pokok hidup yang terus mengendap dan menyelinap pada sampul buku kepunyaanNya. Kau tidak peduli, merentangkan tangan untuk menyeimbangkan udara dan egomu. Senyummu tak mengenalku, lebih tajam dari ujung pena yang biasa kau gunakan untuk melukai halaman-halaman diarimu. Sekilas melihat tatapanmu, aku tahu ada seorang anak kecil terperangkap di sana. Itukah alasanmu tidak memberi nama untuk halaman yang kau tulis? Kau malah meremasnya agar tulisan

My Favorite Person

Gambar
Laki-laki yang terlihat tampan saat memakai jeans . Laki-laki yang sering memakai kaos hitam. Laki-laki yang suka dengan makanan favorit saya. Laki-laki yang tertawa meski cerita saya membosankan. Saya menyukai laki-laki seperti itu. Dan itulah kamu. Kita tidak butuh pembicaraan panjang lebar untuk mengenal satu sama lain. Laki-laki dengan sexy brain . Laki-laki yang menutupi saya dengan dadanya ketika saya merapikan make up atau membersihkan gigi di pinggir jalan. Laki-laki yang pintar membuat nasi goreng pasta. Laki-laki dengan mata yang indah ketika dia tersenyum. Laki-laki yang menatap saya ketika tertidur. Bahkan ketika saya bertingkah kasar dan bodoh, dia tetap merespon saya dengan senyuman. Laki-laki yang memaksa saya untuk makan sayuran. Laki-laki yang memberikan jaketnya ketika hujan, yang menutupi kaki saya dengan kemejanya ketika saya memakai rok pendek. Laki-laki yang pintar membalas lelucon saya. Laki-laki yang selalu memuji atas apa yang saya kerjakan. Tetaplah bera

Over Cover

Gambar
Hatiku sakit saat tahu kau menyukai dia. Bahkan untuk melihatku pun mungkin tidak pernah terpikirkan olehmu. Kita dekat namun asing. Sudah pernahkah dirimu merindukan orang asing? Saat airmatamu tergerus oleh kebodohan yang kau buat sendiri. Jangankan bertegur sapa, untuk saling menukar senyum pun tak bisa. Entah kau tak mau, atau aku yang tak mampu. Seringkali aku melirikmu, kau sibuk dengan duniamu yang tentunya tidak ada aku di dalamnya. Mungkin jika kau teman dekatku, kau akan bilang," sudah, berhentilah." aku selalu di belakangmu, berjalan seirama bersama bayanganmu. Jika aku tak bisa menahanmu, biarkan aku yang mengikutimu. Aku ingin kau selalu berada di dekatku, meski aku tetaplah menjadi sebuah sembunyi namun tak apa, karena aku tidak ingin merindukan apa-apa. Jika nanti saatnya aku mulai berpikir bahwa tak ada gunanya menunggumu, maka kubiarkan kau pergi. Namun untuk saat ini, bisakah kau tetap di sisiku? Kau tidak akan pernah menyadari betapa banyak aku

My Sweetie

Gambar
Ketika gula masih menjadi sebab tawa kita Usia lima adalah pelukan dan cium yang belum mengenal cinta Dan tumbuh menua adalah kesukaanmu. Terkadang saya diam-diam menghindar agar kamu memaksa saya untuk lebih dekat. Terkadang saya berpura-pura marah agar kamu memeluk saya lebih lama. Terkadang saya berpura-pura tidak peduli agar kamu menatap saya lebih lama. Terkadang saya diam-diam menjauh agar kamu menggenggam saya lebih erat. Dan kamu melakukannya. Hanya dimatamu saya melihat sisi terbaik saya. Apapun yang saya lakukan, kamu tetap menjadi seorang yang menyenangkan untuk menerima saya. Kamu adalah seorang yang tetap tersenyum dengan sikap kekanak-kanakkan saya. Bersamamu, segalanya menjadi jelas. Hitam dan putih. Seringkali saya berpikir, apa tidak sebaiknya saya meminta waktu berhenti? Sejenak untuk membuat permohonan agar kita selalu bersama. Sejak bertemu, seringkali saya bertingkah aneh tapi saya tidak membencinya. Saya tidak bisa berkata apa-apa ketika kamu

Kita Adalah

Gambar
Kita adalah kumpulan puisi. Aksara yang tidak akan pernah mengenal tafsir sampai karat menghapusnya dan usia mengembalikannya. Kita adalah robekan kertas yang menyatu kembali, yang ditulis kembali oleh Sang Pemilik tangan yang menahan kita ketika ingin terpisah kembali. Kita adalah lagu cinta. Melodi dan harmoni yang sempurna, setiap malam didengarkan oleh burung-burung yang berbaris di pinggir jendela. Kita adalah simfoni yang sengaja ditinggalkan pada bait-bait terakhir agar indahnya ingin selalu didengarkan sebab lebih lembut dari percikan air yang menggelayut manja pada tepi genting-genting ketika hujan. Kita adalah kerumunan itu. Lelucon dari mulut ke mulut yang membuat tawa dan tangis saling bersahut. Kita adalah berisik angin, daun-daun yang jatuh, dan ramai jalanan pukul tujuh. Terburu-buru mengusir sendu pada airmata yang kerap menetap di bahu. Kita adalah jalan berbatu, pagar bambu, dan rumah tak berpintu. Memuja semesta melalui doa-doa yang saling bertegur sapa pada mal

Memelukmu Lebih Banyak

Gambar
Untuk seseorang yang sedang memelukku, Aku sudah berencana untuk tidak menangis pagi ini. Seperti yang kau bilang, lebih baik kita mengakhirinya dengan bahagia. Namun aku tidak bisa membohongi diriku sendiri, rasanya sangat menyedihkan. Mungkin ini pertama kalinya kau melihatku menangis. Kau baik padaku dalam banyak hal, sedang aku hanya bisa mengeluh dan memaksamu melakukan banyak hal. Jika kau bilang dari dulu, aku akan memelukmu lebih banyak. Aku sadar banyak melakukan kesalahan, terlebih dengan sifatku yang keras kepala. Kau juga tahu, ada saatnya aku benar akan sesuatu. Aku sering mengatakan kau tidak romantis, dan kaupun mengakui itu. Bahkan sampai hari terakhir kita bersama tetap kau sulit mengatakan bahwa kau ingin memelukku untuk yang terakhir kalinya. Kau gelisah, bertanya-tanya apakah hari ini benar-benar akhir untuk kita. Kau selalu menghiburku, membuatku tertawa. Meski kau adalah seorang yang ceria, tapi tetap saja kau tidak bisa menyembunyikan kesedihan di

Peluk Aku

Gambar
Untuk seseorang dalam pelukan, Halo. ... Rasanya aneh ketika kutahu hari ini adalah hari terakhir kita bersama. Tidak pernah terbayangkan olehku, dan jujur, aku bingung harus bersikap seperti apa di depanmu. Aku tidak bisa tidur memikirkan apa yang akan aku lakukan ketika melihatmu. Aku berusaha kuat untuk menjadi diriku sendiri, ceria dan ingin membuatmu tertawa. Aku ingin membuat kenangan yang indah untuk kita. Namun, aku tidak bisa menahan diriku ketika menatap matamu yang berkaca-kaca. Kau biasanya bertingkah lucu dan ceria, pagi ini wajahmu serius dan pendiam. Entahlah, rasanya canggung. Sepertinya kita tidak pernah bertemu dalam keadaan seserius ini. Kau berusaha untuk tersenyum dan terlihat gembira. Kau tahu? Aku sangat ingin memelukmu . Hal yang jarang kita lakukan, karena seperti yang kau tahu aku bukanlah seorang yang romantis. Aku sangat ingin melakukannya, tapi aku tidak bisa mengatakannya. Bagiku, I Love You adalah ungkapan kasih sayang terbaik yang bisa ku

Such

Gambar
Halo. Apa kabar? Kutahu kau bosan mendengarkan semua ucapanku karena sudah cukup kepalamu lebih bergemuruh dari setiap kata yang kutiup ke arahmu. Aku juga bosan melihatmu menutup wajah dengan kesedihan yang tak sudah-sudah. Kau lebih mengerti bahwa peluangmu tak lebih besar dari kepalan tangannya. Aku tidak mengerti kau begitu keras kepala untuk bersembunyi di jalan yang biasa ia lalui. Kau tersenyum melihatnya memberi setangkai mawar untuk wanita lain. Ketika malam memberi salam, kau menangis sejadi-jadinya mendapati dirimu membeku di kejauhan dengan penasaran yang kau besarkan sendiri. Kau menerka-nerka apa yang mereka bicarakan setelah ia memberinya bunga. Kau menerka-nerka arti senyum keduanya. Kau tidak akan berakhir mencintainya. Selamanya perasaanmu hanya melangkah sampai rasa suka jadi kumohon berhentilah. Kukirimkan surat begitu banyak, begitu lama sampai kau dapat menghitung usiamu tanpa bantuan sepasang tangan kecilmu. Aku mengkhawatirkan bagaimana hidup men

Selamat Ulang Tahun (4)

Gambar
Surat ini kutulis bukan untuk kau baca sekarang. Sekuat apapun kau mengejar, kau tidak akan cukup mengerti maksud dari surat ini melebihi aku. Meski waktu merenggut usiamu begitu cepat, kau tetaplah pangeran kecil di kerajaanmu. Kini, kau mulai belajar mencari definisi cinta sebesar jari manis kakakmu, belajar memoles wajah dunia, dan belajar mencari celah untuk mencium bumi. Tunggulah sampai kau berusia sama sepertiku saat menulis surat ini, untuk mengetahui bahwa dunia tidak selalu baik-baik saja. Hidup tidak sebatas kau lupa mengerjakan PR atau uang jajan yang tidak mencukupi. Lebih pelik dari itu, bahkan hingga kini kakakmu masih belajar bermuka dua di depan dunia. Tidak perlu kau tiru sifat malas dan cuek kakakmu, cukup segala yang baik melekat padamu. Aku tidak sedang menakut-nakuti tentang kehidupan saat kelak kau sudah bisa melihat lelah di kepala kakakmu. Aku percaya kau lebih kuat untuk memperbanyak syukur hingga dunia yang nantinya kau lihat begitu pelik, akan melem

Kecemasan di balik jendela

Gambar
Meski kini langkahmu berjeda, biarkan angin membawamu kepada gulita paling pagi agar kau tahu bahwa Tuhan begitu jenaka menggelitikmu di antara keunguan kuku-kukumu. Kau tak perlu memaksa agar mereka tahu bahwa kau memelihara samudra di mata dan hatimu yang bersinar ketika kau merayu Tuhan. Jika kau lelah dengan kayuhanmu di kolam kecemasan, tenggelamkan dirimu dalam kepala yang lebih bergemuruh karena ombak menerka-nerka kenapa riuh dan sunyi di antara siang dan malam tak bisa kau genggam dalam lipatan sepuluh jarimu. Hatimu lebih tahu ia yang kau cinta belum bisa menerka cahaya di senyummu, maka tepat pukul satu ketika Tuhan benar-benar luluh kau akan menyadari bahwa airmatamu telah tenggelam dalam kebisuan paling diam sebab Dia telah melapangkan pandangmu. Betapa kutahu pertanyaan-pertanyaan yang deras dan tatapmu yang selalu tertuju ke arah 1; ia yang melepas ikatan di sayapmu yang patah, menjadi lelucon oleh waktu yang lewat. Kulihat kau menyimpul luka-luka, menggores pik

Still Love

Gambar
www.pinterest.com Kenapa kamu tidak mengerti apa yang kurasakan? Apa kamu tidak melihatnya? Aku mencintaimu. Apa kamu benar-benar ingin mendengarnya? Tidak apa-apa, kamu tahu sifatku yang pemalu. Kamu satu-satunya untukku. Seperti lagu yang terus berputar, aku tidak tahu seberapa banyak kamu mencintaiku. Aku tidak tahu. Kamu sangat memedulikanku, meski kamu tidak pintar menunjukkan perasaanmu. Kamu selalu memberiku pertanyaan yang jawabannya sudah bisa kamu lihat dari mataku. "lebih cantik mana aku dengan bunga?", "apakah kamu sayang padaku?" Untuk apa semua pertanyaan itu? kamu sudah tahu jawabannya. Akan lebih baik jika kamu mendengar kata-kata itu mengalir dari bibirku apa adanya. Cukup kamu rasakan saja, ketulusanku tidak perlu kamu dengar. I found you by accident. Selalu bercanda dan membuatku tertawa. Di balik sifatmu yang kekanak-kanakan, kau tetap menjagaku dengan tangan besarmu. Terkadang aku menerka-nerka apa yang ada dipikiranmu.