Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2016

Entah

Gambar
Jadi, ceritanya kemarin saya berangkat ke sana untuk bertemu kamu. Sesampainya di sana, saya melihat kamu sedang asyik pacaran. Saya hanya melihat sekilas sambil tersenyum. Kemudian saya pergi makan siang bersama teman-teman. Setelahnya, saya kembali ke tempat dimana kamu sedang bersama wanitamu. Saat itu, kamu sedang tertawa. Saya tidak tahu apa yang sedang kalian bicarakan, yang jelas lagi-lagi saya hanya bisa melihat sekilas sambil tersenyum. Kemudian saya menonton bersama teman, mencoba untuk mengalihkan pikiran saya tentang kamu. Saya hanya punya 5-10 kata dan memakan waktu sekitar 5-10 menit bersamamu. Pun tidak dilakukan secara rutin. Saya tidak pernah punya keberanian lebih untuk mendekatimu.  Sekitar 15 menit kemudian, saya meregangkan leher dan terkejut kamu ada di belakang saya. Saya tidak tahu sudah berapa lama kamu ada di sana. Kamu tersenyum sambil melambaikan tangan. "Hai", katamu. Dalam hati, saya ingin melompat memelukmu. Tetapi saya hanya bisa terseny

Gila

Gambar
Aku akan menanti pertemuan kembali di sini atau di kedai buku lain, dalam genap bersamamu. Kau tahu  maksudku, tidak dengan wanitamu. Aku memang wanita yang menyukaimu, sesunyi mungkin bahkan kau tak mengenal bunyi sepatuku. Lebih diam serupa angin yang menepis ujung keningku. Aku tidak bisa lagi mengutuki apa-apa sebab rindu sudah berkawan dengan malam, menjelma sepi di ujung-ujung mataku yang basah. Surat sudah kukirim pukul sebelas, namun percakapanmu dengannya sampai larut di bibir cangkir. Jadi, wajar bagiku untuk menatapmu sangat lama demi manis yang kuhirup dari kopi pertama. Aku tidak ingin melihatmu pagi ini dengan sisa remah-remah roti di kerah bajumu. Aku tidak ingin kau menyisir rapi rambutmu. Aku tidak ingin melihatmu tersenyum pagi ini dan dia sebagai alasannya. Aku biarkan segala inderaku menujumu. Aku tunggu sampai kau tidak lagi menggulung selimut bersamanya dan berlari ke arahku, mengecap manis pada bibirku yang basah. Aku pastikan kau adalah pulang untukku

Aku Akan

Gambar
herdailymuse.com Aku tidak akan pernah membencimu seperti kamu yang akan selalu mencintainya. Aku akan terus menunggu seperti kamu yang selalu berada di sampingnya. Aku akan belajar menanam bunga seperti kamu yang selalu mengganti mawar di meja kerjanya. Aku akan belajar masak seperti kamu yang selalu menyiapkan sarapan untuknya. Aku akan mengucapkan selamat pagi setiap hari seperti kamu yang selalu mengecup keningnya di pagi hari. Aku akan menyisir rambutmu seperti kamu yang sering membelai kepalanya. Aku akan memakaikanmu dasi seperti kamu yang akan mencubit kedua pipinya. Aku biarkan kamu bersandar di bahuku seperti kamu yang selalu menghiburnya. Aku akan selalu menujumu seperti kamu yang selalu menjaganya. Aku tidak akan menoleh pada siapapun seperti kamu yang menyukai kedua matanya. Aku diam. Tidak lagi bisa melakukan apa-apa seperti kamu yang tidak bisa hidup tanpanya. 

Kau Tanpa Cinta

Gambar
Kau adalah lagu favorit yang kunyanyikan kembali tepat di hadapanmu, sedang aku adalah konsep yang mungkin paling buruk untuk menemukan sebuah definisi tentang hidupmu di atas novel - novel dan kamus - kamus. Kemudian, semua orang tampak semangat dan menjadi pasangan paling romantis hingga gemanya sampai di balik daun - daun kering. Dengan bulan sabit di kedua matamu, bukan saja aku, Tuhan pun kau rayu. Aku adalah malam yang kau sunyikan. Kau menjelma sejuk siang yang tak bisa kusembunyikan. Namun pagi selalu hujan, awan memeluk mentari dengan gigil yang terlalu. Kemudian kedua tangan mendekap kaki - menepis dingin - mengikis residu kopi dan kudapan. Kita terpisahkan bahkan senja tak mampu mempertemukan. Kepergianmu begitu perkasa, bahkan airmataku dianggap biasa saja. Aku kira, jeda darimu adalah sementara, ternyata selamanya. Aku telah salah mendefinisikannya. Bahkan duka yang kurasakan ikut terluka. Diam dirimu tampak berbisa. Mata berbicara dengan arti yang berbeda. Aku

Can You Hear Me?

Gambar
weheartit.com Ada yang membencimu, ada pula yang begitu mencintaimu. Ada yang berlari - lari demi mendapatkan sejumput tatap darimu. Ada pula yang tidak ingin melihatmu. Dan aku seperti biasa, hanyalah sembunyi yang kerap memaki dirinya sendiri sebab lebih memilih bisu ketika pelangi kau tinggalkan di matamu. Mungkin aku ialah sandaran bangku dengan ujung-ujung kakinya yang gagu karena di menit ketiga puluh satu, aku masih belum bisa katakan ada yang lain di senyummu. Bahkan hingga dini hari, kau masih tumbuh dipenuhi doa-doa dari kedua tangan yang tidak kau kenal. Sementara bibirku terus menyebut namamu di antara kening yang berserah diri kepada gelap. Lucu memang. Kau tidak mengenalku, tetapi aku menginginkan kau kembali. Setiap orang yang menoleh, aku panggil dengan namamu. Bagiku, apa-apa tampak seperti dirimu. Sekali saja, lihatlah aku yang berdiri di balik jendela berwarna coklat tua. Jalan yang sering kau lewati pukul 7 pagi dan 4 sore. Sesekali, sapalah pohon belim

Begini Begitu

Gambar
Kau tidak pernah bilang bahwa kau mencintaiku seperti adikmu sendiri. Dan kau menyayangiku, lembut seperti kakakku sendiri. Namun, aku tidak mencintaimu untuk itu. Kau adalah seorang yang pendiam. Kau lebih suka mendengarkan, kemudian melakukan. Sedang aku, katamu, adalah seorang yang bersinar. Kau menyukai wanita yang lebih tua, namun kau memilihku untuk di sampingmu. Katamu, aku adalah wanita yang selalu ceria, padahal begitulah caraku agar kau tertawa. Kau selalu menerima hal-hal konyol yang kulakukan. Kau tahu bagaimana caranya menghargai perasaan wanita. Ingat tidak ketika aku membuatkanmu mi rebus yang rasanya keasinan? Dengan lahap kau tetap makan dan bilang enak. Kau lelah sehabis pulang kerja, dan bodohnya, kau harus berada di samping wanita yang tidak pandai memasak. Maafkan. Tahun baru kemarin, kita bermain ular-tangga seharian. Hukuman untuk yang kalah adalah bersedia digelitiki telapak kakinya, dan kau sangat paham bahwa aku tidak menyukai hal-hal seperti itu. Ak