My Favorite Person
Laki-laki yang
terlihat tampan saat memakai jeans.
Laki-laki yang sering memakai kaos hitam. Laki-laki yang suka dengan makanan
favorit saya. Laki-laki yang tertawa meski cerita saya membosankan. Saya
menyukai laki-laki seperti itu. Dan itulah kamu. Kita tidak butuh pembicaraan
panjang lebar untuk mengenal satu sama lain. Laki-laki dengan sexy brain. Laki-laki yang menutupi saya
dengan dadanya ketika saya merapikan make up
atau membersihkan gigi di pinggir jalan. Laki-laki yang pintar membuat nasi
goreng pasta. Laki-laki dengan mata yang indah ketika dia tersenyum. Laki-laki
yang menatap saya ketika tertidur. Bahkan ketika saya bertingkah kasar dan
bodoh, dia tetap merespon saya dengan senyuman.
Laki-laki yang memaksa
saya untuk makan sayuran. Laki-laki yang memberikan jaketnya ketika hujan, yang
menutupi kaki saya dengan kemejanya ketika saya memakai rok pendek. Laki-laki
yang pintar membalas lelucon saya. Laki-laki yang selalu memuji atas apa yang
saya kerjakan. Tetaplah berada dimana saya bisa menatapmu, terjangkau untuk
bisa saya peluk. Bahkan ketika kamu menghindar, saya tetap memilih bersandar
pada bahu bayanganmu. Seringkali kamu berkumpul atau sekedar makan malam dengan
teman lainnya, saat dimana saya lebih memilih bernostalgia dengan pesan singkat
kita, tersenyum sendirian. Atau menghabiskan waktu dengan menonton film
kesukaan kita, tertawa sendirian. Menikmati bayanganmu di jalan yang biasa kita
lalui, menari bersama malam di bawah hangat lampu jalan.
Kamu akan datang
dengan terengah-engah, khawatir. Berbicara cepat kenapa keluar malam-malam,
kenapa tidak memakai jaket, kenapa tidak bawa payung, kenapa tidak mengabari,
bla bla bla. Saya hanya bisa tersenyum gemas melihatmu, dan pada akhirnya
membuatmu ikut tersenyum. Laki-laki yang mengantar saya pulang, bercerita
tentang waktu yang kita habiskan bersama kapan dan dimana saja. Laki-laki
dengan segala tingkah lakunya yang membuat saya merasa dihargai. Laki-laki yang
sering bernyanyi untuk saya. Laki-laki yang tidak malu untuk ikut-ikutan
bertingkah konyol bersama saya. Laki-laki yang menghidupkan suasana karena dia
tahu saya tidak menyukai kesunyian.
Laki-laki yang membuat
saya mengecat kuku karena saya tahu dia menyukai wanita seperti itu meski dia
tidak mengatakannya. Dia tahu saya mudah bosan berlama-lama di salon, tapi
untuknya, saya melakukannya. Laki-laki yang tetap memikirkan saya meski kita jauh.
Laki-laki yang memeluk saya ketika saya malu. Laki-laki yang pintar menirukan
suara ayam dan burung gagak. Laki-laki yang terbuka meski saya tidak memintanya
untuk bercerita. Laki-laki yang selalu mempertimbangkan saya dalam setiap
keputusan yang akan diambilnya. Laki-laki yang tidak lupa mengabadikan momen
pada setiap kegiatan yang kita lakukan bersama.
Laki-laki yang
mengajarkan saya bermain layangan. Laki-laki yang pintar mengupas buah.
Laki-laki yang mau menjadi nada tinggi untuk saya ketika suara saya tak sampai.
Laki-laki yang selalu meminta saya untuk belajar memijat. Laki-laki yang rela
wajahnya dimake up. Laki-laki yang
menggenggam tangan saya ke dalam sakunya. Laki-laki yang tidak suka film
horror. Ya, itulah kamu. Laki-laki kesukaan saya, yang susah untuk diajak
serius, yang sering bertingkah seperti anak kecil, tapi yang paling bisa
menerima sifat keras kepala saya. Kamu tidak pernah pergi, betapapun lelahnya. Seperti membangun jembatan kesempatan untuk orang
yang kamu cintai.
Film "If I Stay" |
Komentar
Posting Komentar