Menikmati Jeda
Ada jeda yang panjang
kala kita duduk berdua. Akulah wanita murahan itu. Wanita yang kau inginkan
selalu ada di dekatmu, yang bodoh sendiri menerka-nerka tatapan di saat kau
meletakkan tanganmu di bahuku. Aku adalah wanita yang kau tarik untuk mendekat
dan pergi setelah kau inginkan. Dari semuanya, kenapa kau tetap menginginkan ku
ada? Selalu berada di dekatmu dalam udara yang kau sembunyikan. Apakah masih
ada dia dihidupmu? Masihkah ia yang mengisi hatimu? Aku tahu, kau pernah bilang
sudah tak lagi dengannya, tapi kau seperti berada dalam samar-samar yang kau
tahan di pelupuk matamu.
Bisakah kita menjadi
biasa saja? Dua orang yang ingin saling mengenal rindu masing-masing tanpa
dunia permasalahkan. Lupakan dia, lupakan kita yang berbeda. Pernahkah kau
sesekali tersadar? Ada yang lain di antara kita. Dua orang yang lebih memilih
bungkam, sedang mata berbicara hebat menyoalkan rindu siapa yang akan bertahta,
degup hati siapa yang paling kencang saat kita bersama. Dari sanalah kita
memulai untuk menukar sapa, menerka rasa dari hangat jemari kita, meraba udara
saat kucium aroma tubuhmu dalam pelukan yang selalu kau inginkan aku ada di
dalamnya. Kita lebih dari secangkir senyuman, lebih dari aroma rumput basah di
pagi hari.
Dan itu mengapa selama
ini aku mencoba untuk tidak menatapmu. Aku mencoba menahan untuk tidak
menikmati pelangi itu. aku memilih diam, menerka-nerka apa yang sedang kau
lakukan. Sedang mulutku membisu untuk tidak tersenyum kepadamu. Aku mencoba
segala cara agar tidak mendengar suaramu. Aku ingin melepas semua tentangmu.
Aku bukanlah wanita yang patut kau perjuangkan sebab aku tidak melakukan hal
sebaliknya. Aku ingin, tapi tak mampu.
Sekuat apapun, aku
ingin membuat diriku tersadar. Semua hanya mimpi yang kapan saja bisa
menyakitiku. Maafkan, aku hanya ingin terlihat baik-baik saja saat perpisahaan
itu tiba. Aku hanya ingin kau tidak melihat bahu gemetarku. Aku menahan
perasaanku agar kelak kau tetaplah menjadi kenangan yang indah untukku. Di
pergelangan tanganmu pagi ini, aku semakin menyadari kita tidak seharusnya
seperti ini. Meski kau beri jeda untuk mengganti waktu yang tak banyak kita
habiskan berdua.
Komentar
Posting Komentar