Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2015

Kisah Lain; Fatimah dan Ali

Gambar
Kau adalah pulang yang dia tunggu. Selayaknya rumah, itulah mengapa ia tak pernah pindah, karena ia tahu dirinya tempat pulangmu menuju. Anggaplah saat ini kalian adalah perantau karena ada kalanya rumah butuh sendirian. Pun kalian, perlu waktu untuk menyesap rindu di bibir cangkir untuk jarak yang memberi satir. Kalian perlu cara paling picisan untuk membuktikan bahwa perasaan kalian kuat, lebih kuat dari derit pintu yang terbuka-dengan-kalian-berjauhan- pada rumah sebagai pulang untuk mereka yang lelah dan menghabiskan detik - detik tubuh yang menunggu pasrah. Perantau bukan untuk datang kemudian hilang, tetapi ia pergi untuk kembali. Jadi, tenanglah karena dengan berjauhan pun adalah cara perantau untuk kembali pulang. Untukmu yang belum 'pulang' Mungkin sampai kapanpun tulisan ini takkan mampir di pelupuk matamu. Ingatkah denganku? Aku bertanya pada fotomu, pada sejarah yang belum selesai kau tulis di layar segi empat. Aku ini perempuan yang luruh pada lengan

Kau Akan Membencinya

Gambar
Kau akan membencinya; serupa dia membenci hari ini, dimana kau mengikat cinta untuk yang lain dengan kilau yang melilit di jari manismu. Kau akan membencinya, serupa ia membenci hari ini, dengan sengaja melepas tanganmu yang melingkar di pinggangnya. Katanya, kau bukan lagi tangan mungil yang menarik - narik bajunya, sedang wajahmu mengarah ke toples gula. Sekuat yang dia bisa, tersenyum dipecundangi waktu bahwa kau kini wanita dengan pilihan. Langkah kalian tak lagi sama, ia membelakangimu jauh. Begitu jauh agar melupa bahwa kini kau adalah wanita yang kuat bersama kerajaan barumu. Tak terlihat, perlahan mahkota itu ia lepas dari kepalanya, sedang tangannya yang lain gemetar karena menahan airmata. Ia tak ingin lemah pada hari ini dimana kau membencinya. Membenci ketidakhadirannya, semoga kau paham ini takkan mudah baginya. Melihatmu memeluk wanita lain yang kini akan menikmati tawamu setiap hari, kau beri pelukan hangat yang sama untuk wanita dari rajamu. Di kepalamu, ia

Rabu

Gambar
Sejak selasa malam aku sudah sibuk memilih mana pakaian yang akan kugunakan besok untuk kuliah. Tentu ini bukan alasan yang pertama, niatku mencari ilmu justru tertimpah oleh bayangan rabu yang penuh kamu. Jangan tanya perihal tidurku. Yang kutahu, hari sudah pukul delapan pagi dan tubuhku sepenuhnya sudah berada di kampus. Kau tampak serius membaca buku, membolak-balik halaman dan sesekali memejamkan mata. Selalu aku menjadi tokoh utama perihal-menatapmu-dari-jauh. Kemeja pink terbalut manja di tubuhmu, kukira perasaan kita sama, berbunga - bunga . Aku setia menontonmu, memperhatikan gerak bibirmu ketika berbicara dengan lawanmu. Hari itu, kau sedang berjuang mempertahankan pendapatmu. Hiruk - pikuk seperti menjauh, yang ada hanya suaramu seperti residu kopi yang selalu menunggu. Kau tak dimenangkan oleh mereka, namun kau tetap memenangkan aku yang antusias menyaksikan segala pikiranmu tumpah dalam kata. Aku berjalan mendekat, ingin menyapamu. Nyatanya, tanganmu telah sampai

Perayaan

Gambar
Hidup kita adalah perihal merayakan kebetulan-kebetulan yang disiapkan Tuhan. Kamu yang mengisi bangku kosong di belakangku, sedang aku menikmati sore yang ganjil di kedai kopi sendirian, kita menepi dari riuh yang berlari-lari. Saat itu aku tak paham, Tuhan sedang bekerja. Buku menu yang biasanya tersedia di semua meja, entah mengapa saat itu tak ada di tempat yang kau pilih - dan hanya meja yang kau tempati tidak tersedia buku menu! Lihat? Kita berdua sedang merayakan kebetulan dari Tuhan. Kau menyentuh bahuku, mengejutkanku yang sedang mencari pulang. Dalam jarak yang cukup dekat, satu persatu mulai masuk mencari tempat di dalam memori ingatanku - aroma tubuhmu, lekuk wajahmu, sinar mata, dan getar suaramu saat meminjam buku menu. Segala kebetulan yang tak pernah ingin kupahami sampai saat ini, biarlah begitu saja… mencipta lintasan yang tak pernah pasti sebagai kenangan yang akan terus berotasi. Selanjutnya, kita terus berpesta merayakan kebetulan. Aku yang pada awalny