Asing
Pinterest.com |
Pada akhirnya yang
asing akan kembali menjadi asing. Bahkan aku tidak tahu kenapa dan harus
bagaimana mengatakan "hai". Selepas kita pergi, selepas kita mengerti
bahwa langit akan tetap sama dan kita akan selalu berbeda. Sudah, biarkan saja
menunggu dan menerka-nerka menjadi tugasku, kau cukup ada di belakang garis,
dimana kau tidak melihatku yang sedang melihatmu.
Kepada siapa hatiku
hanyut? Kepada dia yang menjadikanku sudah dengan kekitaan yang sia-sia. Dia
lebih memilih asing pada sebab-sebab patah yang kusimpan sendiri dalam doa-doa
yang kukirimkan untuknya. Baginya, aku adalah suka yang itu-itu saja dan semesta
membuatku berhenti untuk mengemis rebah di lengannya.
Pada episode yang
paling nyata, kita sudah jelas berbeda. Harus selalu aku yang (masih)
mencintaimu. Kau tidak lagi ingin pulang. Aku mulai membenahi airmata yang
mungkin saja jatuh saat kau di depannya. Toh, kita akan mengulang kembali
pertanyaan yang sama "siapa namamu?" pada setiap pertemuan, nanti dan
seterusnya.
Aku lelah, kau masih
saja bermain dengan egomu sedang aku hanya mampu memandangi figura-figura omong
kosong yang berdiri kokoh di pojok rindu padamu. Bodoh, kukira keterpisahan
inilah yang sebenarnya kuinginkan tapi kau tetap saja menjadi sebuah latah saat
dia atau siapa saja membuat ketiadaanmu kembali ada.
Tentu, aku
mengupayakan kita bahagia tapi bukan begini caranya. Pergi dan menghilang. Kau
terlalu manja pada keadaan, aku lebih baik diam melihatmu tak bisa berkata
apa-apa saat dunia memerintah. Aku mendengar langkahmu di lorong malam itu,
tapi bukan untukku. Kau pergi menjauh, menjadi titik. Satu lagi asing yang
kubuat sendiri, luka baru yang harus kusembuhkan (lagi). Terima kasih sudah
mengajariku menghargai sepi (kembali).
Komentar
Posting Komentar