Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2014

MENYELAMI DELAPAN PULUH HARI

Gambar
Biarlah malam yang patah, Sedang aku, kau bilang adalah rumah untuk dadamu yang lelah. Pelukanku ada pulang untuk punggungmu yang ingin rebah. Aku terlalu lemah, tak bisa menolak lengan-lenganmu yang merengkuh pasrah. Biarlah malam yang resah, Segala desah dan detak di nadi kita membuat malam semakin jalang. Senja dikubur begitu cepat hingga garis petang yang tak ingin kita pulangkan justru hilang.  Hujan dan dingin didatangkan, namun buat kita, segala berisiknya adalah gurauan para bintang. Terkadang aku menunggu, sisa-sisa parfum dalam dekapmu. Terkadang aku merindu, kau mabuk cepat-cepat mengecup keningku seraya bilang, "aku cinta kamu", seperti dulu bagaimana kita bertemu. Waktu itu, aku termangu, hanya memperhatikan wajahmu yang semakin malam semakin layu, terjebak dalam pundakmu yang lelah. Kau ucapkan tiga kata itu kembali karena kau heran masih tak mendengar jawabanku. Aku sibuk sendiri, mencoba melerai pikiran dan hati yang saling berteriak di

THE KING

Gambar
Langkah kami sama, senyum kami sama. Namun, getar di dada mungkin berbeda. Perlahan-lahan kami berjalan, menandai setiap pasang mata yang melihat dengan senyuman. Di ujung sana, pria dengan tuxedo hitam menungguku juga dengan senyuman. Ruangan ini penuh dengan warna-warni senyuman, meski mungkin dengan percikan bahagia yang berbeda. Pria yang berjalan bersamaku kembali menguatkan dengan sentuhannya di tanganku. Dia tahu, aku gemetar, penuh dengan ketar-ketir yang sekuat tenaga kututupi dengan bubuk putih di wajah dan gincu merah di bibirku. Aku sampai di ujung jalan, di depan meja yang berbunga-bunga sama seperti yang kurasakan meski indahnya masih tertutupi gugup yang entah bagaimana untuk mengusirnya lagi. Pria yang menungguku menyambut tanganku, dan pria yang berjalan di sampingku lambat-laun pergi dengan langkahnya yang begitu hati-hati. Dia tidak ingin merusak sakral yang sebentar lagi akan terjadi. Tetapi, begitu keras langkahnya terdengar di telingaku, seperti dent

PANGERAN DATANG

Gambar
Seperti sepi yang tak pernah pulang. Begitulah hujan datang, bak singa yang kelaparan. Aku adalah rusa yang malang, dari balik jendela pasrah diserang. Hingga hari kesepuluh kau datang, mengetuk hati yang memang sedang bosan sendirian. Sudah tidak paham lagi, dingin yang menyelimutimu atau sebaliknya. Hangat yang kau sebarkan seperti pupuk tanaman melebur bersama angin cepat-cepat menghilang. Penampilanmu bak badut kerajaan, tetapi dalam mataku kau tak ubahnya pangeran. Aku menerka-nerka apa alasanmu kemari, sedang kau di bawah hujan menari-nari. Seperti orang bodoh, aku bertanya-tanya dalam hatiku sendiri, sedang kau di sana masih dengan gelak tawa. Sudah tidak terhitung lagi berapa kali kau buang senyuman. Segala candamu saat itu juga ciptakan kerinduan. Waktu terus berjalan, entah menit keberapa kau mendekat. Kau adalah kejutan, dan aku tak siap. Aku gugup, gelagatku tak karuan. Kau menangkapku yang salah tingkah, membekukanku dengan senyuman. Kau bercerita tentang

KUKIRA ADA KAMU

Gambar
Menikmati siang Jakarta yang mengecup lembut sampai pori-pori kulitku. Teriknya terlambat untuk menghangatkan, namun tetap menenangkan. Dan kamu, penuh di depanku memperhatikan ice cream yang semakin mencair dengan senyum itu melulu. Aku melucu dalam imajinasiku antara kau dan senyum itu yang membuatku luluh bersama ice cream di tanganmu. Keningmu berkerut melihatku tersenyum sendiri tanpa kau melucu seperti kemarin atau esok yang kunanti. Kamu memang tidak lucu, tetapi tanpa itupun aku tetap tersenyum bahkan tertawa melihatmu. Entah karena apa... Kamu adalah masa laluku yang tak ingin aku tahu alasannya. Kamu adalah kita hingga saat ini, yang lagi-lagi tidak ingin aku tahu mengapa. Kamu yang terisi penuh bahagia, alpa, dan juga aku. Kamu adalah tempat di mana "iya"ku menuju. Kamu adalah tempat di mana segala "pas"ku menyatu. Tak pernah kuanggap kamu adalah hampa yang harus aku isi penuh seperti bejana, membuatmu diam pasrah dan berpura-pura suka. Kamu buk

PEOPLE TODAY

Gambar
Karena mereka banyak bersedih Karena mereka banyak membenci Karena mereka banyak berbicara Karena mereka banyak bekerja Tetapi mereka sedikit tertawa Tetapi mereka sedikit yang saling mencinta Tetapi mereka sedikit yang berkata jujur Tetapi mereka sedikit sekali bersantai Kadang mereka hanya lupa berkedip Kadang mereka hanya lupa menarik nafas Kadang mereka hanya lupa mengosongkan pikiran Kadang mereka hanya lupa dengan diri sendiri Dan kamu? Adalah mereka.

SELAMAT ULANG TAHUN (2)

Gambar
Namanya Ririn. Wanita pertama yang merasakan rahim ibu sekaligus menjadi gadis kecil yang pertama untuk ayah. Siluet tubuhnya tampak sempurna memeluk lelah di balik layar notebook-ku, sembari jemari ini melukis kata tentangnya, membuatku tampak seperti pelukis handal. Meringkuk adalah caranya bergelut bersama kantuk. Tawa renyah miliknya membuat malam seperti pecundang, meski bulan bintang berusaha keras mempertahankan citranya. Aku takkan lama berbasa-basi. Aku sadar, semeriah apapun kejutan di bulan Juli, tetap tak mampu menggantikan cintamu yang memang tak pernah ingin aku lunasi. Hanya barisan abjad yang tak tahu diri untuk merengkuh kasih sayangmu yang penuh. Hanya paragraf-paragraf usang untuk mengabadikan kebaikanmu hingga tampak antik. Meski begitu, setarik nafas kutiupkan dalam cerita ini. Agar bernyawa, agar menjelma nyata serupa rapalan doa yang dikabul oleh Sang Pemilik Maha. Kau adalah suara dimanapun kau berada. Bagimu, hidup adalah lelucon yang memang terlah