Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2014

DI PERSIMPANGAN ISTIQLAL DAN KATEDRAL

Gambar
Senja sudah habis tertawa pada jalanan yang basah. Entah semesta yang sedang apa atau kita yang mengapa. Aku melangkah cepat sembari memeluk tubuh dengan lengan sendiri. Hangat di dalam mulai terkikis dengan dingin yang mengecupku satu persatu. Melewati gerbang yang kokoh, sekokoh diriku bagaimanapun berkelok-keloknya untuk menujuMu. Mengerjap-ngerjapkan mata, pelan-pelan menerima terang yang menjadi remang di bawah lampu jalan yang perkasa. Peluh cinta masih kurasa sehabis menikmati cahaya indah di dalam rumahMu dengan debar-debar gegas menggebu meneriakkan  takbir demi memenuhi kebutuhan rohaniku yang tak pernah lunas. Tak berapa lama seratus delapan puluh derajat di depanku,  gerbang yang tak kalah kokoh itu berderit sedih kamu tinggalkan. Dengan berlari-lari kecil menyeberangi jalan, kamu menghampiriku. Gerimis ramai-ramai ingin memelukmu dan kamu balas menggoda dengan senyuman itu, melumer di udara yang lembab. Jalanan tak begitu ramai, hanya ada beberapa isinya, mobil-

19

Gambar
Untukmu yang dewasa, Sore ini habis dengan diam. Meski begitu, entah untuk menit keberapa senyum ini selalu mengembang. Seratus delapan puluh derajat di depanku, kamu, membuatku berdebar-debar menunggu setiap kejutan pada sepotong cerita yang akan kita ciptakan. Senja yang indah, senja yang cerah seperti mengulang pagi, membiarkan kita mengecupi syahdunya satu persatu. Wajahmu yang cemberut sembari menjamah setiap lekuk cameramu yang seksi, tak ayal membuatku liar dalam dunia khayalku. Bisa kau lebih buruk dari ini? Apa tidak bisa kau tunjukkan sifat jahatmu agar aku tak lagi terkunci pada sosokmu? Semakin kau diam, semakin aku ingin melakukan pikiran liarku. Melumat bibirmu, menciumi kedua matamu, mengecup keningmu, merasakan hidup pada setiap helai rambutmu, memelukmu, menikmati aroma tubuhmu. Aku terus memperhatikanmu, menelanjangi satu persatu kemagisanmu yang kau sembunyikan pada setiap lekuk tubuhmu. Hatiku membuncah, melompat sana-sini menikmati percikan-percika

Aku Mencari Aku

Gambar
Aku rindu dirimu. Rindu tawamu yang memecah hening meski tidak berkeping-keping. Rindu pada dirimu yang melawan gravitasi, lompat sana-lompat sini. Aku rindu senandung suaramu yang tidak pernah berhenti melebur A sampai Z, mengulangnya kembali begitu terus sampai kau lelah. Kau beri jeda pada malam, lalu kau kembali mengulang senyum, tawa dan nyanyian ketika pagi menculik bulan. Kau berpetualang pada bosan, bagimu menaklukkan monoton adalah hal menyenangkan. Aku suka tingkahmu bersungut-sungut memecah sepi. Bagimu, cukup mandiri saja yang membawamu sendiri dan keangkuhanmu pada sepi membuatku berempati menemani. Meski begitu, sesekali dirimu masih bermanja ria untuk mengecup sedikit kasih sayang mereka yang menyayangimu tanpa terkecuali pembencimu. Aku ingin bertemu dengan sifatmu yang tidak pernah berpura-pura meski kau berada di dunia yang menomorsatukan kepalsuan. Ingin kuculik apa adanya dirimu, bahkan ketika dirimu melucuti satu persatu kesombongan dan kebinatanganku di