Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

Hari Ibu Di Jalanan

Pulang kuliah, 15.40, metromini. Gerimis menyentak, setelah beberapa saat hujan turun deras berduyun-duyun mencumbui tanah. Percikan-percikan airnya seolah menunjukkan kebahagiaannya mampu menyentuh bumi, mampu mendekap apa yang kupijak. Melihat kemesraan mereka, memikirkan filosofi keduanya, membuatku mau tidak mau mengingat kamu. Tanah yang keras melembut ketika hujan memeluknya. Meskipun hujan bukan lagi milik kita, tetapi aku masih merasakan kamu di setiap tetesnya. Aroma tanah basah semakin menjebakku dalam kenangan yang kita ciptakan bersama hujan. Lalu secepat berkedip, gerimis mencairkan suasana. Ini bukan lagi tentang hujan, kamu dan kita. Aku berlari-lari kecil keluar dari gedung, menciptakan gerakan otomatis mengangkat sebelah tangan menutupi kepala. Langkah kakiku yang cepat menyibak-nyibakkan air dari genangan yang diciptakan hujan, menyisakan kenangan untuk tanah. Sesampainya di halte, aku membersihkan pakaian dengan sapuan-sapuan kecil tangan yang dingin. Hanya ger

Ayah, kurindukanmu di Hari Ibu

Hi, ayah! Bagaimana kabarmu? Aku percaya kau baik-baik saja. Dua tahun. Terasa waktu begitu cepat berlalu, tapi tak jarang lain waktu aku merasakan waktu berjalan begitu lambat. Sudah dua tahun aku tumbuh tak bersamamu. Tentu berbeda, tetapi aku percaya   senyummu di atas sana memperhatikanku. Cahayamu melalui bintang mengawasiku,   dan kau tetap melihatku di balik kedua bola mata calon bidadari surga-mu, mama. Dalam setiap langkahku, aku percaya ada ayah yang searah denganku. Tenang… kau tidak perlu khawatir ayah, aku tidak sedang mengetik handphone di tengah jalan. Aku berada di kamar, daritadi bidadari surgamu   sedang menyisiri rambutku, dan seperti biasa sibuk bertanya ini-itu apa yang kulakukan dengan laptop ini yang dulu sering juga ayah lakukan. Semua berjalan sebagaimana mestinya. Selalu menyenangkan. Aku masih berada di jalurmu, menyelesaikan masalah dalam diam. Begitu tenangnya, sampai-sampai masalah tidak tahu kalau aku sedang berusaha menyingkirkannya. Aku masih fan

'Miss'ing You

Kamu tak akan mengerti saat dirimu dipenuhi sesal dan keluh kesah tapi tetap merindu. Sekalipun aku terbiasa, tak bisa ku tepis, aku mengeluhkan jarak yang tercipta saat ini. Tak bisakah kau melembut untuk saat ini saja ? Menyentuh rinduku, mendengar segala keluh kesahku. Aku tidak mengerti, dulu, entah bagaimana caramu bisa membuatku lemah dan kuat di saat yang bersamaan. Mungkin terdengar mustahil, tapi itulah yang kurindukan darimu sekarang. Hadir di sini, dengan caramu yang sama membuatku tetap merasa dimanja tapi kuat menghadapi semua masalahku. Tatapanmu membuatku nyaman mengeluarkan semua tekanan yang sedang menyerangku, kamu berikan sandaran untukku beristirahat sejenak sebelum berjuang kembali menghentikan semua mimpi burukku, senyumanmu membuatku kuat dan berani menghapus airmataku sendiri. Kamu berdiri, berteriak mendukung dan bertepuk tangan sebagai penonton melihatku menjadi pemenang atas semua masalahku. Kamu tidak pernah menuntutku menjadi wanita hebat dalam segala h

Cinta Di Mention Fiesta

Maaf jika postingan ini berbeda. Terselip banyak rekayasa, tidak sesuai realita. Tapi jujur aku suka dan tidak mengada-ada. Aku pengisi mu, begitu juga teman-temanku adalah bagian darimu. Manajemen pendidikan. Kamu seperti lagu. rumah kita sendiri. Selamat! Kamu telah berhasil menjadi rumah untuk kami. Tempat kami meletakkan sembilu, pilu dan kelu tanpa ragu. Tempat kami berkeluh kesah, lelah dan marah-marah. Tapi tidak hanya duka, kamu berikan kami cinta. Mention fiesta. Kamu (manajemen pendidikan) tau di saat kami lelah dengan tugas kuliah, kamu menghibur kami. Begitu meriah, buat hari-hariku cerah. Mention fiesta adalah bentuk penghiburanmu kepada kami. Kamu berikan serangkaian acara penuh suka cita. Memang tidak setiap acara aku ada. Tapi tak apa, karena kamu dan acara ini sudah berhasil buat teman-temanku, kuat dan hebat. Kerja keras dan kreativitas untuk mention fiesta. Tidak lupa juga doa di sela-sela bekerja. Kami yang akhir-akhir ini sedang terpisah-pisah karena kesibukka

Cinta Di Mention Fiesta

Maaf jika postingan ini berbeda. Terselip banyak rekayasa, tidak sesuai realita. Tapi jujur aku suka dan tidak mengada-ada. Aku pengisi mu, begitu juga teman-temanku adalah bagian darimu. Manajemen pendidikan. Kamu seperti lagu. rumah kita sendiri. Selamat! Kamu telah berhasil menjadi rumah untuk kami. Tempat kami meletakkan sembilu, pilu dan kelu tanpa ragu. Tempat kami berkeluh kesah, lelah dan marah-marah. Tapi tidak hanya duka, kamu berikan kami cinta. Mention fiesta. Kamu (manajemen pendidikan) tau di saat kami lelah dengan tugas kuliah, kamu menghibur kami. Begitu meriah, buat hari-hariku cerah. Mention fiesta adalah bentuk penghiburanmu kepada kami. Kamu berikan serangkaian acara penuh suka cita. Memang tidak setiap acara aku ada. Tapi tak apa, karena kamu dan acara ini sudah berhasil buat teman-temanku, kuat dan hebat. Kerja keras dan kreativitas untuk mention fiesta. Tidak lupa juga doa di sela-sela bekerja. Kami yang akhir-akhir ini sedang terpisah-pisah karena kesibukka

SINGKAT

Sudah satu setengah tahun sejak pesan singkatmu mulai memenuhi inbox handphone-ku. Lambat laun tegur sapa dan perhatian itu kamu alihkan ke dunia maya, dunia biru, facebook. Meskipun tidak bisa kupingkiri pesan singkatmu masih menjadi yang paling intens dalam hari-hariku. Kamu mulai hadir dalam mimpiku, mencuri pandangan dan mengambil alih ingatan. Ada perasaan aneh ketika handphone-ku bergetar karena pesan singkatmu. Hatiku tergelitik, perutku mendesir ketika ku baca barisan huruf yang mulai kau selipkan emot peluk dalam ucapan selamat pagimu. Aku mendapati diriku tersenyum-senyum sendiri saat perhatianmu mulai tumpah ruah di inbox facebook-ku. Aku bingung, aku gelisah dan menunggu-nunggu ketika namamu tak muncul di layar handphone maupun di komputerku. Entah mengapa tegur sapa dan ucapan basa-basi darimu mulai menjadi penting dalam hidupku. Dulu, ku anggap ini hanya ketertarikan sesaat, sampai aku mulai ketakutan saat kabar darimu tak kujumpai dalam media apapun. Ada perasaa

KAMU TAHU SEDIHKU

Sampai saat ini kamu masih menjadi penyebab rindu ini. Meskipun kita tak lagi sejalan, tak lagi membangun mimpi yang sama, dan tertawa bersama perbedaan. Sampai saat ini kita pun masih ada, meskipun kamu ada dan tak rasa. Sampai saat ini kamu masih menjadi penyebab bibir ini kelu, hati ini pilu karena rindu yang tak kau sentuh semakin menggebu dan jarak kian membeku. Sampai kapanpun mustahil untuk melupakanmu. Hanya bisa menerima kamu masih ada, masih bisa kurasa meskipun hanya di dunia maya. Aku tidak mengerti apa logikaku tak berfungsi atau perasaan ini yang tidak terkendali. Atau jangan-jangan ini semua ilusi, sugesti apapun itu aku sudah tidak peduli. Yang jelas kamu masih merasakan kehadiranku. Seperti pada tulisanku sebelumnya, kamu masih menyapaku. Hanya dirimu yang mengerti aku, bagaimana tingkahku ketika mengalami kesulitan yang tak berkesudahan, menghadapi masalah yang sepertinya tiada ujung. Entah dari mana kamu tahu, angin yang menyentuh tubuhmu atau udara yang kau hir

SEKEDAR PENDAPAT

Awalnya bingung dan heran dengan anak-anak muda zaman sekarang, yang berseragam sekolah ataupun tidak, mungkin umurnya sekitar 13-17   tahun yang berbicara dengan menggunakan bahasa tidak manusiawi, planetiawi saya menyebutnya. Hampir di setiap tempat yang saya kunjungi, pasti samar-samar sering saya dengar kata-kata asing yang belum pernah saya dengar sebelumnya. Awalnya saya pikir, mungkin itu bahasa luar, tapi lama-kelamaan karena sering terdengar mengapa menjadi begitu risih di telinga. Sepertinya itu bukan bahasa negara lain. Apa anda kenal dengan kata "perez", "keles", "bingits" ? Dan saya terkejut ketika mengetahui kalau kata-kata tersebut berasal dari bahasa ibu yaitu Indonesia. Mungkin kalau "keles" yang berarti kali masih bisa saya toleran, begitupun dengan "bingits" yang berarti banget. Tapi yang membuat saya bingung sampai sekarang adalah bagaimana bisa kata "perez" berarti bohong?!? Jauh sekali perbedaannya.

KEMBALILAH...

Aku merasakan kehadiranmu. Meskipun kamu tak lagi menatapku dan menjauh. Aku tetap merasa kita masih ada. Meskipun tak kutemukan lagi sorot mata itu, yang teduh dan mampu membuatku nyaman, tak ingin pergi kemana-mana. Kamu tetap menjadi rumahku, tempat di mana aku kembali sejauh apapun ku pergi. Kamu tetap menjadi sebab rindu ini meskipun perpisahan terjadi. Perpisahan yang membuatmu tidak melihat semua isyaratku. Aku ingin kau kembali. Apa sekolot itu perasaanmu? Sampai tidak kau gunakan lagi logikamu dan buta terhadap realitas yang ada. Kamu masih bisa menjangkauku meskipun tidak pernah kau lakukan. Ayolah sayang, mengertilah duniamu luas, jangan sampai kamu persempit dengan gengsimu yang sekokoh gunung es. Perpisahan yang kita jalani sekarang kau anggap begitu sakral sampai kau takut melangkahinya. Seharusnya kamu mengerti sayang, ini hanyalah emosi sesaat. Kita hanya pasangan muda yang sedang dimabuk cinta, berbunga-bunga menebar wangi kemana-mana, cahayanya menyilaukan, sehan

(SELALU) RINDU

Aku rindu. Aku ingin hadirmu. Aku tidak tau apa kaupun begitu. Aku tidak peduli. Kita sama-sama bertanya kemana rindu yang menggebu, sementara kita asik dalam gengsi yang kita pertahankan dan terlalu kita banggakan. Tentu saja rindu ini hanya akan menumpuk layu. Aku merindukanmu jauh seperti mereka merindukanmu. Tidak perlu kau tanya bagaimana cintaku. Ini jauh lebih hebat dari mereka, mengalir deras bagaikan hujan tetapi tetap saja tidak bisa menghanyutkanmu dalam pelukanku. Kamu tidak akan mengerti begaimana rasanya menjadi seseorang yang rindunya diabaikan. Kamu sibuk menjadi orang yang selalu dirindukan dan tidak peka. Maka tidak melulu aku menunggu kehadiranmu. Sulit untuk membuat nyatamu meredam kerinduanku. Karena sebenarnya yang paling dibutuhkan rindu ketika jarak menjauh bukanlah menggebu membunuh jarak membuat kedua jiwa saling mendekat. Tetapi lebih kepada meredam rindu itu dengan segala keterbatasan yang akhirnya menciptakan suatu masa yang indah entah sama dengan yan

WHEN YOU'RE MY MAN

Aku benci ketika ada perempuan lain yang mendapat sapaan hangat di pagi hari dari pesan singkatmu. Aku benci ketika ada perempuan lain yang kau tanyakan kabarnya, kau ingatkan pola makannya selain aku. Sengaja aku tidak menghapus pesan darimu, kubiarkan berlama-lama di inbox sebagai pengganti ragamu di sela-sela waktu luangku. Itulah caraku menghargai keberadaanmu meskipun hanya di dunia maya. Membuatku senyum-senyum sendiri ketika membacanya karena jarak yang memisahkan kita. Membuat ragamu yang jarang sekali nyata kutangkap dalam setiap tatapanku. Pertemuan kita yang tak seintens dulu. Aku, sosok yang begitu mudahnya percaya padamu yang berjuang dan berkorban di sana demi kita. Aku luluh dan terharu. Begitu bodohnya kusebutkan namamu dalam doaku demi memohon perlindungan dan penguatan dari Nya untukmu. Sakit. Ketika kutahu bukan hanya aku yang menerima emot ;* atau ;){} darimu. Bukan hanya aku yang mendengar kata 'sayang', 'kamulah duniaku', 'cintaku',

DEKAT

Sampai saat ini aku masih berusaha untuk melupakanmu, lebih kepada belajar ikhlas bahwa memang sampai kapanpun yang kusebut 'menyatu' sulit untuk kita bangun. Yang ingin kutanyakan adalah, sebenarnya apa kamu sudah ikhlas untuk aku lupakan ? Memang benar nyatanya kamu mengabaikanku.   Tapi apa tidak bisa kamu mengerti bahwa aku ini wanita. Kodrat wanita yang lebih dilihat banyak menggunakan perasaan dibandingkan logika. Itulah yang terkadang membuatku marah pada diri sendiri, kenapa jika itu kamu, aku tidak bisa menemukan perasaan dan logikaku dalam keadaan yang sejajar. Selalu saja perasaanku yang menggebu-gebu. Aku berprasangka buruk padamu. Memang kamu mungkin dalam tahap-niat-sekalipun tidak ingin mengingatku, tapi aku merasa kamu memaksaku untuk terus mengingatmu, dengan segala pergerakanmu. Kamu seolah menggunakan cara yang tidak kulihat untuk terus menyakiti perlahan-lahan dalam kerinduanku. Egois. Aku bingung. Sebenarnya siapa melupakan siapa ? Aku merasa semest

MENYAPAKU DALAM MIMPI

31 Oktober 2013, 09.36, terbangun-sesak-menangis. Aku sendiri masih bingung, apa yang terjadi dengan diriku pagi ini. Pagi yang seharusnya kusambut dengan senyum syukur karena masih bisa melihat matahari melakukan aktivitas mulianya, menghangatkan semua insan yang ada di dunia. Tapi itu tidak terjadi denganku pagi ini, entahlah apa yang kurasakan. Aku tidak merasakan kehangatan itu, seolah udara disekitarku menyatu menyiksaku. Aku memimpikanmu. Mimpi yang mampu membuatku terbangun seperti orang bodoh. Melamun, merasakan hatiku yang tiba-tiba sesak teramat sangat merindukanmu. Dan hitungan menit selanjutnya aku menangis. Aku tidak tau kapan terakhir kali aku memimpikanmu dan hal itu terjadi lagi. Beda dengan mimpi-mimpi sebelumnya, mimpi ini terasa begitu nyata dan dekat. Aku seperti benar-benar bisa menyentuhmu dan suaramu yang lembut dapat kurasakan begitu nyata di telingaku. Kamu cemas mencariku yang hilang, tidak peduli keringat yang mengalir lembut di wajahmu. Akhirnya kita

HANYA SEBENTAR SAJA

Perpustakaan FIP UNJ, sepulang kuliah, 14.37. siang semakin hilang ditelan awan yang membumbung tinggi sehabis hujan. Entah hujan akan kembali datang karena mendungnya tak kunjung hilang. Aku duduk sendiri menatapmu. Kita berseberangan dalam jarak dekat, kamu bisa rasakan itu karena memang ruangan perpustakaan yang tidak terlalu besar.  Kamu duduk santai membaca skripsi dengan jaket merah dan jeans hitam yang membuatku lupa waktu dan tujuanku ke perpustakaan.  Melihat jenjang kakimu yang kusebut itu seksi. Kamu sesekali terdiam lama, melihat keluar jendela memikirkan sesuatu. Andai kamu tau, begitu penasarannya diri ini. Sesekali kamu memejamkan mata sejenak melepas keletihan dalam keadaan duduk tegak di kursi dan melipat kedua tanganmu di dada, yang saat itu kusebut cool. Baiklah. Kamu sudah mengalihkan perhatianku, yang semula tertuju ke buku yang berjudul-apapun-itu. Nah, lihat kan ? Betapa kamu mampu membuatku lupa apa yang seharusnya aku lakukan. Anehnya, apa yang membuatku t

BERBEDA

Bahkan kita pernah lebih dekat dari ini, dari biasanya. Dalam kedekatan itu, aku berharap waktu berhenti berputar. Saat itulah aku dapat merasakan hangatnya hembusan nafasmu. Kamu membuatku merasa dilindungi dengan lembutnya suaramu. Kedekatan yang hanya terjadi dalam hitungan detik mampu membuatku tersenyum malu sendirian, membuatku terjaga sepanjang malam. Terimakasih sudah memberikan kebahagian kecil untukku. Duduk di sampingmu, berbicara denganmu, dan saat itulah untuk pertama kalinya aku dapat menatap matamu lebih dekat. Sorot matamu mampu melindungiku, memberikan kenyamanan, dan menghangatkanku. Karena sorot matamu itu, sampai sekarang aku kebingungan. Kamu selalu hadir dalam setiap tarikan nafasku, menyapaku dalam mimpi, dan membayang-bayangiku setiap apa yang kulihat. Terimakasih untuk dua hari yang kamu berikan. Kembali terlintas dalam pikiranku mengenai apa yang kita jalani selama ini. Perbedaan yang menjadi musuh terbesar dan terberat buat kita. Agama dan cinta. Sebenar

KEBINGUNGAN

Itulah mengapa aku takut, karena ketika malam datang bersama kesunyiannya, semesta seolah menyatu menyiksaku dalam kerinduan, untukmu. Dan bodohnya, kamu masih buta dengan semua isyarat yang kuberikan ? Semakin aku berlari, meronta, ingin membunuhmu dalam pikiranku, semakin aku tersakiti karena merindu. Rasanya begitu sulit untukmu mengerti pergerakanku yang risau bersama perasaan yang masih takut kusebut cinta. Bagaimana mungkin aku sosok yang jauh dan kecil dari sekian banyak perhatianmu begitu sombongnya menyebut ketidakpekaanmu, ketidakpedulianmu sebagai wujud cinta  semu untukku. Percuma berkali-kali aku menangis, berteriak meronta, kamu tak akan pernah mengerti. Bahkan begitu banyaknya kamu dalam setiap jengkal kehidupanku, aku berimajinasi mengancam akan pergi. Tapi lagi-lagi aku siapa untukmu ? Toh kamu hanya akan diam menatap kepergianku tanpa pernah mengerti siapa aku dan apa yang kulakukan. Pada akhirnya aku kembali ke alam sadar dan terpuruk sendiri. Susah sekali menge

AKU BUKAN SIAPA-SIAPA

Kamu masih yang kujaga, kamu masih yang kudamba. Walau lama tak apa, daripada hanya sia-sia. Tapi tak mungkin, itu hanya asa. Aku memanggilmu,"sini!", kamu tersenyum dan berlari, menghampiri. Tapi lagi-lagi itu hanya mimpi yang tak pernah benar-benar terjadi. Kamu yang membuat jarak ini. Kamu yang membuatnya semakin jauh. Itukah dirimu sekarang ? Kecewa, pada diriku sendiri. Setega itu kamu dan berkali-kali aku masih memaafkanmu. Aku tau, kamu melihatku, mengerti pergerakanku yang semuanya karena kamu. Kamu melihatku, menatapku lama, kemudian menunduk bahkan membuang muka, tak peduli dengan semua isyarat yang kuberikan. Mana bisa kamu sebut ini cinta jika lelah. Cinta setauku semauku membahagiakan. Jika semua ini menyakitkan, perlu kamu pertanyakan lagi, apa benar  yang kamu bangun tertatih ini cinta. Cuma kamu yang jatuh bangun sesak berulang airmata membahagiakan dia yang nyatanya susah payah hanya untuk mengingat sebaris nama pendekmu dan tak pernah tau cara memperhat