Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2016

Setiap Hari

Gambar
kmoneycokovska.tumblr.com Belum pula kapal berlabuh, sudah kuyup tubuhmu memeluk laut pukul 04.10. berlari menjemput lambaianku. Bajumu putih menua dengan lubang sebesar kepalan tangan si bungsu kita. Senyumanmu saling kejar-kejaran dengan sinar mentari yang masih muda kemerahan. Tiga goresan di telapak tangan kananmu, sisa-sisa antusias di masa muda. Tidak bisakah kau menunggu sampai kapal benar-benar berlabuh? Tidak bisa aku pungkiri, berlari-lari kecil menjemputmu. Ujung kainku basah, ombak kecil sudah gelisah mengajakku bersatu. Kau masih cukup jauh jaraknya sekitar tiga gubuk di depanku. Tiba-tiba kau berhenti lalu berteriak, "hari ini aku mencintaimuuuuuuuu!!" Setiap pagi kau selalu begitu ^_^

Pelukan Yang Tak Pernah Usai

Gambar
Film "Timeline" Bukan pula kasih ibu yang menetes di ujung jemarimu, melainkan tanah basah yang sama pada tepi-tepi lengan bajumu. Tentang caramu berhumor dengan dirimu se ndiri. Perihal aku yang sembunyi pada malam yang pendiam, lupakanlah. Aku tidak ingin menjerumuskan cintaku ke dalam bahasa yang tidak kau mengerti. Tidak pula memaksakannya ke dalam rumus-rumus yang tak perlu kupahami. Aku mencoba kuat, menyadari sendi-sendimu membeku untuk menerimaku sebagai bagian dari duniamu yang lain. Ikat tali sepatumu, sempurnakan senyummu, sembuhkan lubang di dada kirimu. Perlu kau tahu, aku selalu menunggumu. Biarkanlah kita tetap dekat pada jarak yang kau buat. Kau masih sibuk bercerita kepada bintang setiap malam tentang luka-luka yang harus kau jahit sebelum tahun mengulang. Aku tetap di sini mendengarkanmu, mengisi bulir-bulir airmatamu meski kau tak pernah meminta angin untuk meminjam bahuku. Aku bersikeras meminjam tanda tanya pada rintik hujan yang be

Perayaan Setahun

Gambar
weheartit.com Meringkuk memeluk cemas di malam kesebelas Desember. Hujan dan lembab tak ubahnya jutaan airmata yang melepas kesedihan. Senyummu sejajar dengan lipatan tangan sebesar lonceng-lonceng merah yang tergantung di hari minggu. Bulan penuh kasih sayang katamu. Padahal yang ku tahu, setiap hari seharusnya begitu. Rintik-rintik hujan memeluk hari kedua, seperti pengingat bahwa di minggu terakhir Februari kau akan bertambah usia. Meraup puji dan cerca untuk langkah-langkahmu menjadi dewasa. Sebenarnya, tidak perlu menunggu sampai bulan kedua karena kau hanya perlu memejamkan mata untuk membual perihal resolusi pada tanggal satu. Aku melangkah mundur perlahan, meski mataku tak jua jengah melepas syukur seiring cahaya warna-warni dilepaskan. Aku takut kembang api, namun kau disitu. Tahun baru lagi-lagi menjadi saksi ketika kita menanggalkan satu per satu mimpi yang tak jadi. Januari kita tinggalkan dengan berlari-lari. Bulan ketiga, keempat, dan kelima adalah hari-hari

Oi, J!

Gambar
Para perempuan ini yang membuat saya lebih kuat dari seorang laki-laki. Bukan perihal mereka ada di urutan keberapa setelah Sang Pencipta, ayah, mama, adik, dan kakak. Tetapi mereka adalah rumah ketika pulang masih terlalu dini dan rindu telah berusia. Para perempuan pagi yang masih bersinar di ujung senja, meski wajah bergulat dengan debu, meski tangan menghitam karena banyak mencumbu buku. Kita lahir dari lapar dan tawa di saat yang bersamaan. Ketika tangan saling silang di atas nasi sebesar dadu. Duduk bersama menenggak terik hingga mata memecah sungainya dan menuntut sebuah bahu. Saya mencintai pandangan mereka tentang poros waktu yang mulai aus dirayapi oleh para kepala batu. Saya mencumbui jiwa mereka karena pandai berkelakar dengan sumbu X dan Y yang ada di halaman ke-21. apa yang mereka tertawakan tidak perlu dicari tahu, tidak tercantum di buku manapun karena mereka adalah murid dan guru dalam satu tubuh. Bersama mereka seperti melipat buku, penanda yang akan saya

Fighting!

Gambar
ilovehimus.tumblr.com Aku punya teman. Teman sepermainan. Dimana ada dia selalu ada aku. Wahai teman sepermainan, Mungkin lidahku terlalu kelu, takut menjadi benalu dipikiranmu yang mungkin sudah penuh dengan lika-liku hidupmu. Lagi-lagi segala resah akan kerinduanku padamu menjadi pribadi yang gagah dalam melawan gelap (sebuah ketakutan yang menjadi favoritmu), aku pahat menjadi barisan-barisan kata lazim dan penuh basa-basi. Namun karena aku tahu kau bisa membaca, semoga tulisan ini bisa memelukmu kala aku terlalu bodoh untuk tak sempat lagi menyumpahimu menjadi wanita yang selalu berbincang kepada bumi dengan kaki dan pikiran yang jati. Wahai teman sepermainan, How's life? Pelik bukan? Tak semuanya berjalan seperti apa yang kita rencanakan. Namun aku tahu kau cukup mengerti perihal ini sehingga tak perlu lagi ku ingatkan dimana kau harus beristirahat, dimana kau harus mengisi nutrisi agar kembali bersemangat. Kita berada di usia yang tidak terlalu jau