Selamat Ulang Tahun (4)
Surat ini kutulis
bukan untuk kau baca sekarang. Sekuat apapun kau mengejar, kau tidak akan cukup
mengerti maksud dari surat ini melebihi aku. Meski waktu merenggut usiamu
begitu cepat, kau tetaplah pangeran kecil di kerajaanmu. Kini, kau mulai
belajar mencari definisi cinta sebesar jari manis kakakmu, belajar memoles
wajah dunia, dan belajar mencari celah untuk mencium bumi. Tunggulah sampai kau
berusia sama sepertiku saat menulis surat ini, untuk mengetahui bahwa dunia
tidak selalu baik-baik saja.
Hidup tidak sebatas
kau lupa mengerjakan PR atau uang jajan yang tidak mencukupi. Lebih pelik dari
itu, bahkan hingga kini kakakmu masih belajar bermuka dua di depan dunia. Tidak
perlu kau tiru sifat malas dan cuek kakakmu,
cukup segala yang baik melekat padamu. Aku tidak sedang menakut-nakuti tentang
kehidupan saat kelak kau sudah bisa melihat lelah di kepala kakakmu. Aku
percaya kau lebih kuat untuk memperbanyak syukur hingga dunia yang nantinya kau
lihat begitu pelik, akan melembut dan berbalik memelukmu.
Kau tumbuh cepat,
secepat kau menanamkan keyakinan di hatimu agar kelak segala yang kau lakukan
menjadi hadiah untuk ayah mamah, dan juga kakak-kakakmu. Meski jujur, aku tidak
rela. Aku mengkhawatirkan diriku yang tidak bisa mengatasi rindu ketika kau merobek
kamusku, mengisi tas sekolahku dengan mainan, atau merengek ingin memakai
sepatuku. Kelak, kau akan menjadi laki-laki dewasa yang mengerti kotor dan
memoles debu di wajahmu.
Bulan ini, sepasang
kaki kecilmu melangkah menuju satu tahap lagi dari kehidupan yang selalu
memberimu tawa. Bagaimana ujianmu? Lancarkah? Aku tahu kau sedang mengalami
masa sulit. Kau ingin bercerita, namun kau bungkam. Kita tidak terbiasa untuk
hal semacam itu, mengutarakan perasaan kemudian merengek di bahu satu sama
lain. Entahlah, kita tidak dibesarkan untuk saling melempar pujian dan
kata-kata sayang, namun kita mengenal dukungan lebih dari sekedar pelukan dan
basa-basi.
Kau tahu, selama kau
menggunakan hatimu untuk apapun yang menjadi pilihanmu, aku selalu mendukungmu.
Aku berharap kau sudah cukup mengerti bagaimana menertawai dirimu sendiri
ketika kau lelah dengan segala tetek-bengek
dari ayah-mama yang sok tahu tentang
dirimu. Terkadang, mereka tidak
benar-benar tahu. Tanamkan satu hal ke dalam dirimu bahwa apapun yang kau
lakukan akan berakhir menjadi sepasang mata yang akan melihat senyum-senyum
bangga keluargamu, apapun pilihanmu.
Jika kau yakin,
lakukanlah. Usiamu terus bertambah, dan waktumu untuk bermain PS atau nongkrong akan semakin berkurang. Kau akan
semakin sibuk, dan mungkin lupa untuk menyapa kakakmu. Tak apa, jauh lebih
penting kau selalu ingat untuk menyapa Tuhanmu. Hmm, jangan kau ambil pusing
perkataan kakakmu kalau terkadang ayah-mama sok
tahu, bagaimanapun celotehan mereka yang akan menjadi jalan pulang
untukmu kelak ketika kau lelah dengan urusan dunia yang tak sudah-sudah.
Terakhir, meski sangat
terlambat; selamat ulang tahun dan semoga kau lulus!
Komentar
Posting Komentar