Mencintaimu Entah Sampai Kapan
Selamat malam tuan,
Selamat membaca isi
kepala perempuan yang mungkin namanya tidak pernah kau titipkan pada doamu di
ujung senja, pada malam yang menua, atau pagi yang masih muda. Barangkali kau
tak ingat, atau tak ada izin yang kudapat untuk mempersempit jarak dan jeda di
antara kita yang seharusnya ada. Percayalah, bukan hanya sekali aku
menitipkanmu pada udara ketika doa dan airmata tak lagi mampu merengkuh lelahmu
yang tak sudah-sudah. Sebab aku hanyalah satu dari banyak kemungkinan yang tak
kau inginkan. Ketika mencintaimu tak semudah menampar wajah sendiri untuk
membedakan apakah kita adalah mimpi atau keinginan?
Mungkin disana kau
penat dengan sikapku yang gemar bermain dengan prasangka sendiri dan membiarkan
isi kepala kita membeku pada kebodohan yang itu-itu saja. Maafkan jika aku
lebih sibuk mempertahankan rasa sedang kutahu kau tak pernah benar-benar
mengenal suaraku. Tak ada satupun dari kita mau menyudahi diam yang
berkepanjangan ini, dan lebih memilih mati dalam ingatan yang kapan saja bisa
menghilang hanya dalam satu sapuan ombak.
Jika suatu hari, entah
bagaimanapun caranya, aku dapat membaca matamu maka jawab pertanyaanku dengan
sebuah senyuman, "apakah kita adalah sebuah tujuan?" kuharap kelak
kau mampu menjadikanku perempuan yang tak henti-henti bersyukur kepadaNya sebab
menujumu adalah apa yang kujaga dalam setia dan doa. Jika kau tak inginkan kita
ada, biarkan belati membunuhku lagi lalu pergilah tanpa menoleh ke belakang.
Dengan cara itu kita akan menghilang dalam ingatan sampai nadiku tak lagi ada.
Komentar
Posting Komentar