Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Pamit

Maaf, beberapa hari yang lalu sempat meracau yang mungkin membuatmu kaget karena rutinitas dan rindu yang tak sudah-sudah membuat semuanya terjadi secara tiba-tiba. Kamu bisa protes, bisa saja, semua orang punya rutinitas dan masalah tapi tidak perlu sampai mengganggu kenyamanan orang lain seperti yang saya lakukan. Saya bisa saja bertahan lebih lama lagi, bisa saja, atau membiarkan semua hilang tanpa harus izin dan berpamitan. Sayangnya, saya tidak terbiasa mengumpulkan gengsi, sukarela menyiksa diri sendiri, menerkan-nerka kehidupanmu di sana. Saya menyukai kamu. Tidak persis begitu yang saya katakan, lebih tepatnya memberi tahu bahwa kemarin saya menyukai kamu dan sekarang saya ingin berhenti, walaupun mungkin di kemudian hari saya masih tidak bisa melupakan, setidaknya kamu tahu saya menyukaimu, pernah. Saya hanya ingin kamu tahu, bahkan tanpa bertanya bagaimana perasaanmu. Bagi saya tidak perlu. Saya tidak sedang mencari kepastian apakah yang saya utarakan berbalas atau tid

Sabarrr

Pertanyaannya adalah apakah dia sesabar aku dalam mencintaimu? Kamu itu galak lho, Mas. Kamu itu keras kepala, ngeyel , apa-apa maunya kamu yang dipenuhi. Kamu galak aku nurut, kamu yang salah aku yang minta maaf, kamu capek aku yang nyemangatin, kamu berhenti aku terus dorong kamu, terus sekarang kamu sudah bisa bangkit dan berdiri sendiri malah mau lari dengan yang lain. Aku enggak masalah kalau kamu mau dengan dia, tapi seenggaknya kamu harus jujur sama diri sendiri apa dia sesabar aku? Aku bukan Nabi, sabarku ada batasnya. Iya. Memang itu alasan. Sabar tidak ada batasnya, yang ada hanya seseorang yang memilih untuk berhenti bersabar. Ya. Aku memang memilih untuk tidak lagi bersabar sama kamu, Mas. Untuk apa? Kamu tidak pernah melihat kesabaranku. Kamu selalu mencari dalam diri seseorang yang bukan aku. Tidak masalah jika kamu memang benar-benar inginkan dia, tapi pastikan dia sesabar aku atau mungkin lebih sabar dariku. Mencintaimu itu butuh kesabaran, karena kamu sendiri t

Berharap

Tidak bisa diam-diam saja Sebab dia masih ada Sebab aku bukan sebuah sembunyi Sebab mataku tak pernah malu-malu Dan dia tahu. Tidak bisa menunggu saja Tidak bisa juga berkata-kata Bersuara Di depannya Karena dia tahu. Satu pun tidak pernah Keluar dari bibirnya Pun diriku Kelu Lalu pilu. Aku memaksa Padahal Dia sudah tahu Inginku Lebih dari itu. Suatu waktu Aku bertanya Hatimu Apa sama denganku? Jawabmu, "aku tidak tahu". Jika bingung Mungkin kita mulai sama Aku bertambah Kau mulai tumbuh -rasa- Terinsipirasi dari Ikvinia Nur Fatimah "Empat tahun memang bukan waktu yang sebentar. Terserah mau menyerah atau tidak. Yang jelas sabarmu itu akan ada gantinya".