Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2016

Mencintaimu Entah Sampai Kapan

Gambar
Selamat malam tuan, Selamat membaca isi kepala perempuan yang mungkin namanya tidak pernah kau titipkan pada doamu di ujung senja, pada malam yang menua, atau pagi yang masih muda. Barangkali kau tak ingat, atau tak ada izin yang kudapat untuk mempersempit jarak dan jeda di antara kita yang seharusnya ada. Percayalah, bukan hanya sekali aku menitipkanmu pada udara ketika doa dan airmata tak lagi mampu merengkuh lelahmu yang tak sudah-sudah. Sebab aku hanyalah satu dari banyak kemungkinan yang tak kau inginkan. Ketika mencintaimu tak semudah menampar wajah sendiri untuk membedakan apakah kita adalah mimpi atau keinginan? Mungkin disana kau penat dengan sikapku yang gemar bermain dengan prasangka sendiri dan membiarkan isi kepala kita membeku pada kebodohan yang itu-itu saja. Maafkan jika aku lebih sibuk mempertahankan rasa sedang kutahu kau tak pernah benar-benar mengenal suaraku. Tak ada satupun dari kita mau menyudahi diam yang berkepanjangan ini, dan lebih memilih mati d

Melati

Matamu masih malam laut; yang taat pada pelaut, yang luas tak tertempuh, yang sunyi berpeluh, yang anginnya membingungkan perahu. Sedang aku tinggal di dalamnya; yang rengkuh pada pasang surut, yang semrawut ke pucuk-pucuk kalut, yang menjadikan gigilku tidak berarti apa-apa di tengah angin darat dan angin laut. Kau masih menderu, menggulung pasir semaumu. Kau seperti pertandingan untuk dirimu sendiri. Aku masih ulat teh yang sembrono jatuh ke daun kering. Mataku terarah lurus padamu, menyaru bersama lamunan lembayung di utara yang sarat akan jingga menyentuh bahumu. Aku berpayah menatah diri pada titik yang masih kujagai dari ujung cahayaku, sebab wangi rempah telah menguning di bibir dan jemarimu. Membawaku berpindah-pindah bangku agar kakiku menyentuh ujung sepatumu. Kau melanglang buana di keningmu yang berpendar memeras sari malam dan kutuk siang separuh kota. Kau menghitung bijih padi sebanyak sepuluh hingga tinggal satu. Kuberanikan diri menanyai darimana kau dapat

Cukup Ucapkan Rindu, Lirih Saja

Cukup ucapkan rindu, lirih saja Tak perlu sampai lumer, sampai merambat di leher Tak perlu sampai sedu sedan, sampai melumpuhkan semua badan Cukup ucapkan rindu, lirih saja Agar tatap yang di seberang sekarang merasa lebih dari cukup, meski terkadang dekat juga tak merasa cukup Memang begitu, jika berdua sudah sama-sama rindu.

KOTA

Berjuta-juta malam kita rayakan dengan kerlap-kerlip lampu jalan. Kita mengendus setiap jejak-jejak asing yang mungkin kan gantikan baju usang yang lengket dengan kardus seribuan. Berlari-larian itu mungil sebab langkah yang dulu telah keropos di makan angin kota. Orang kota akan selalu seperti itu, ramah pada gedung tinggi dan rumah berpagar. Tapi cahaya malam yang katanya menakutkan masih tak bisa menghalangi rute tawa kita. Bagaimanapun, kita masihlah angin desa, hanya sedang menunggu kota mengantar pulang pada selimut kuning simbah. Belum juga tiba, musim kemarau sudah datang. Teras-teras mulai gusar, kanal ini-kanal itu minta dibelikan kereta labu Cinderella. Kalau bisa sekalian dikirimkan pangeran. Kita tidak peduli, nasi sekepal sedang kita penggal dalam tubuh yang seperti gigi tanggal. Kita menonton mereka yang menontoni kita. Cangkir-cangkir berdenting di bawah atap tak berayap dan tak bersemak. Apa yang sudah kita lakukan dengan kota ini? Mengapa ia malah mengiba k

?

KITA, Seperti yang selalu kukatakan Seperti yang berulang kali kukatakan Seperti yang tak pernah bosan kukatakan Hanya narasi yang diulang-ulang Kata yang tak mengenal makna Majas yang tak paham isyarat Diksi yang itu-itu saja menghuni sajak Kalimat pasif di antara baris-baris puisi KITA, Membuat kata sifat menjadi lelah Tanpa pernah terpikirkan untuk mengistirahatkannya kepada setiap paragraf tak terbaca, Membuat kalimat tak lagi majemuk di benak penghuni kota KITA, Menenggelamkan kerumunan ke dalam titik sebelum jeda Konsonan yang tak terlihat di antara kata kerja yang menjerat lidah Memekik, berseru, bersimpuh, dan lumpuh di tengadah pencerita Meminta pada tanda baca untuk memberi akhir di setiap aksara KITA, tanda tanya.