Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Aku di Jakarta

Sore itu di kedai kopi tempat biasa kita bertemu. Kau duduk di situ, di depanmu seorang perempuan dengan rambut bergelombang, berkacamata, dan tertawa. Pun dirimu. Entah apa yang membuatku tersenyum melihatmu. Kau tidak begitu, dulu, ketika bersamaku. Perempuan itu memanggil pelayan untuk menambah segelas kopi lagi. Kalian sama. Dan aku? bahkan pernah memintamu berhenti. Rasanya akan sia-sia sapaan dariku, meski kau seringkali berkata, "kabari aku jika di Jakarta". Aku memperhatikanmu, dari meja yang paling jauh mendekati pintu. Aku masih sama, dan kau tidak. Masa depan sudah ada di tanganmu, tepatnya di hadapanmu sekarang ini. Aku tahu dari caramu menatapnya, dulu juga begitu, tapi aku lebih sering mengalihkan pandangan. Kau mendengarnya bercerita, sesekali jemarimu menyentuh punggung tangannya. Tidak jauh dari tangan kirinya terlihat sebuah alkitab yang membuatku bergumam,  "kau sudah menemukan yang sepantasnya". Aku memesan kopi kesukaanmu, hanya saja

Pamit

Maaf, beberapa hari yang lalu sempat meracau yang mungkin membuatmu kaget karena rutinitas dan rindu yang tak sudah-sudah membuat semuanya terjadi secara tiba-tiba. Kamu bisa protes, bisa saja, semua orang punya rutinitas dan masalah tapi tidak perlu sampai mengganggu kenyamanan orang lain seperti yang saya lakukan. Saya bisa saja bertahan lebih lama lagi, bisa saja, atau membiarkan semua hilang tanpa harus izin dan berpamitan. Sayangnya, saya tidak terbiasa mengumpulkan gengsi, sukarela menyiksa diri sendiri, menerkan-nerka kehidupanmu di sana. Saya menyukai kamu. Tidak persis begitu yang saya katakan, lebih tepatnya memberi tahu bahwa kemarin saya menyukai kamu dan sekarang saya ingin berhenti, walaupun mungkin di kemudian hari saya masih tidak bisa melupakan, setidaknya kamu tahu saya menyukaimu, pernah. Saya hanya ingin kamu tahu, bahkan tanpa bertanya bagaimana perasaanmu. Bagi saya tidak perlu. Saya tidak sedang mencari kepastian apakah yang saya utarakan berbalas atau tid

Sabarrr

Pertanyaannya adalah apakah dia sesabar aku dalam mencintaimu? Kamu itu galak lho, Mas. Kamu itu keras kepala, ngeyel , apa-apa maunya kamu yang dipenuhi. Kamu galak aku nurut, kamu yang salah aku yang minta maaf, kamu capek aku yang nyemangatin, kamu berhenti aku terus dorong kamu, terus sekarang kamu sudah bisa bangkit dan berdiri sendiri malah mau lari dengan yang lain. Aku enggak masalah kalau kamu mau dengan dia, tapi seenggaknya kamu harus jujur sama diri sendiri apa dia sesabar aku? Aku bukan Nabi, sabarku ada batasnya. Iya. Memang itu alasan. Sabar tidak ada batasnya, yang ada hanya seseorang yang memilih untuk berhenti bersabar. Ya. Aku memang memilih untuk tidak lagi bersabar sama kamu, Mas. Untuk apa? Kamu tidak pernah melihat kesabaranku. Kamu selalu mencari dalam diri seseorang yang bukan aku. Tidak masalah jika kamu memang benar-benar inginkan dia, tapi pastikan dia sesabar aku atau mungkin lebih sabar dariku. Mencintaimu itu butuh kesabaran, karena kamu sendiri t

Berharap

Tidak bisa diam-diam saja Sebab dia masih ada Sebab aku bukan sebuah sembunyi Sebab mataku tak pernah malu-malu Dan dia tahu. Tidak bisa menunggu saja Tidak bisa juga berkata-kata Bersuara Di depannya Karena dia tahu. Satu pun tidak pernah Keluar dari bibirnya Pun diriku Kelu Lalu pilu. Aku memaksa Padahal Dia sudah tahu Inginku Lebih dari itu. Suatu waktu Aku bertanya Hatimu Apa sama denganku? Jawabmu, "aku tidak tahu". Jika bingung Mungkin kita mulai sama Aku bertambah Kau mulai tumbuh -rasa- Terinsipirasi dari Ikvinia Nur Fatimah "Empat tahun memang bukan waktu yang sebentar. Terserah mau menyerah atau tidak. Yang jelas sabarmu itu akan ada gantinya".

Kata-Kata Yang Tidak Kau Dengar

Gambar
Pict. We Heart It Sebab memandangmu dari kejauhan adalah kebahagiaanku. Sebab aku selalu mengagumi gerak-gerik bibirmu mengikuti kata satu per satu. Pun jari telunjukmu menyusuri satu per satu kalimat yang ingin kutahu. Seringkali tanpa sadar aku menutup mulut sebab penuh dengan tawa gemas melihatmu membenarkan letak kacamata, tentu dari jarak yang tidak kau tahu. Sesekali kau tersenyum, aku ingin menjadi buku yang kau baca meski memang segala tentangku selalu mudah untukmu. Aku tidak mengerti, kenapa aku begitu sederhana? Begitu mudah jatuh padamu meski kau tidak seberjuang itu. Aku ingin melihatmu jatuh cinta, entah pada apa atau siapa. Aku ingin melihatmu tersesat pada apa-apa yang kau suka, menangkap ekspresimu dalam banyak rupa. Sesekali, aku ingin melihat apa kau memiliki rona yang sama saat kita berjumpa. Tak apa, toh aku bukan apa-apa yang selalu kau doakan pada sujudmu pukul dua. Pun tak mengapa jika pada akhirnya aku bukan siapa-siapa sebab dilema tak memberiku jaw

Jauh

Gambar
Tidak ada lagi percakapan yang menghangatkan di balik selimut malam, juga tidak ada lagi percakapan yang mengetuk jendela sebagai pengantar sarapan sebelum mengecup rutinitas tanpamu di pagi hari. Kalaupun ada, percakapan hanya untuk menyakiti. Tidak ada lagi lengan-lengan setia untuk setiap pelukan, yang direntangkan dengan senyuman untuk mengawali aktivitas yang selalu melahirkan rindu yang tak sudah-sudah. Tidak ada lagi dekap erat dariku yang selalu mengingatkan bahwa kau kuat dalam pekat sebab aku menemukanmu dalam gelap. Kalaupun ada, pelukan hanya kau berikan sebagai pengantar perpisahan. Tidak mudah rasanya menjadi seorang yang menyimpan kenangan sedang kau tak pernah berpikir bahwa kita pernah ada dalam sebuah perjalanan. Aku ingin pulang ke rengkuhmu saat hati ini tidak baik-baik saja. Sebab selalu begitu saat pikiranku dilema, kau biarkan lengan-lengan setia menyambut lelah dan airmata. Dulu. Apa sekarang masih bisa? Bolehkah? Kau pernah berkata hidup haruslah terus

To The New Girl In His L

Dear Friend of friend, Congrats! He chooses you. I know it's a little bit awkward to talk to you like this, we never met before and don't know completely each other. I apologize for disturbing you with this letter like a best friend when you absolutely have no idea who-i-am. But at least, we fall for same person or maybe right now, he is in your lap, under blanket, and enjoy the night. I was an idiot to let him go, to give up on 'us'. Well, it's never exist... Anyway, let me tell a thing or two about this boy, hoping you can be wiser than i was, or maybe you know him better than me... He isn't humorous, don't push him joking with you because he definitely have no idea how it can be. He can't even make jokes for you. It doesn't mean he is an arrogant, he just don't know answering your kidding but you should know he loves looking at you when you're laughing. He will stare at you for a while and be thankful that have you in his life.

We Were Almost Together

Gambar
pict. we heart it One evening i met you for the first time, i could barely see your face. It was almost 9. There was a candle in the middle of us and our friends. It would just be like any other Thursday. I was kind of sleepy and had no idea who you are and the others. Then we started to chit chat, introduced ourselves, giggled, and many more. You told us about your dreams, ambitions, and sometimes you made a joke. I have a favorite habit that is  getting lost in listening people. I'm enjoying their gestures when they're talking about their lives, especially loving their gaze. I will be just quiet, stare at them, and nod my head without realize it. Perhaps, it was what made you looked nervous that night. I could see you looked away when our glance bumped into each other many times. And that was cute. After hours, we ended our nice conversation, and shook hands like an old friend. The next day, i didn't know what happen to us. I always found us staring at each oth

Mudah Saja

Gambar
Apa yang kau cari dariku? Bersama tidak bisa, apalagi berakhir denganmu. Kau yang memilih pergi, bukan aku yang melepasmu. Cukup kau tahu, bukan aku tidak pernah berjuang selama ini, hanya saja aku tidak mengerti apa sedetik pun kau pernah melihatku, memahami isyarat yang kuberikan untukmu. Bukan aku ingin membuatmu bingung, jika sayang sudah seharusnya ku bilang sayang, tapi untuk mencuri-curi waktu agar bisa menatapmu saja rasanya sulit sekali. Sekali saja, aku ingin tahu apa pernah kau berjuang untuk mendapatkan perhatianku. Mungkin aku yang terlalu perasa atau kau yang tidak mengerti bagaimana caranya menunjukkan perasaanmu. Jangan tanya sudah sebanyak apa rinduku. Mungkin bagimu aku menyerah, tapi bukan tanpa alasan aku tidak lagi berjuang sebab ku tahu tidak ada akhir untukku. Meski sedikit terlambat, pelan-pelan aku mulai bersiap-siap jika sewaktu-waktu kau datang kembali dengan wanita yang lebih sabar dariku perihal ego tinggimu, perangai kerasmu, dan sifat keras kepala

Gaje

Halllooooww gess. Hmm... kalian pernah gak sih disuruh orangtua buat beresin barang-barang jaman dulu-jaman baheula-jaman masa kecil-jaman masa-masa sekolah, ya apapun itu pasti pernah dong. Selamat gess you're not alone! So, gue juga ngerasain hal yang sama. Udah dari beberapa hari yang lalu sebenernya gue diminta sama nyokap buat beresin barang-barang gue yang gak kepake lagi, but baru tadi pagi tepatnya sekitar pukul 08.30 WIB gue baru dapat niat yang tulus dari hati yang paling dalam buat ngeberesin my 'unforgettable' stuff. Sebenernya membereskan barang-barang dari jaman dahulu kala-jaman di mana gue jatuh cinta diam-diam sampe berpikir cinta-kita-meleburkan-sejarah tapi yang diliat emak gue cuma cinta monyet anak sekolahan yang masih bau bedak adalah salah satu hal yang paling males gue selesaikan. Now you see, i am a lazy girl. Wait, girl or woman? Whatever. Gils, segitu hinanya perasaan gue di mata emak gue dari jaman putih-biru sampe putih abu-abu. Any

Aku Tahu Kok Caranya Mundur

Gambar
Aku pernah membutakan diri perihal dirimu, apapun itu. Pernah pasrah dan menjadi airmata untukmu. Aku ingin mengenalmu lebih dari keras kepalamu, hingga ketika dunia melupakanmu, kau akan berlari ke arahku bertanya ke mana tujuanmu. Banyak hal yang ingin ku ketahui tentang dirimu sampai penuh ruas-ruas jemariku dengan ceritamu, sampai tak ada lagi waktu tentang diriku. Aku ingin tahu bagaimana suasana hatimu, makan siangmu, dan pekerjaanmu. Tidak perlu kau dengar kabarku, atau bagaimana aku berusaha mencari kesibukan untuk mengalihkan pikiran tentangmu. Tak satupun berhasil. Cukup aku yang bertanya kepadamu, apa rahasiamu hingga begitu mudahnya pergi dariku kemudian menemukan yang baru. Jika kau ada waktu, mungkin kita bisa bertemu, bukan, bukan untuk memintamu kembali tapi sekedar berbagi bagaimana senyum itu hadir kembali. Bagiku, tidak ada kata selesai untuk apa-apa yang tidak terucapkan. Tapi kau tetaplah dirimu, akan selalu seperti itu. Aku pernah larut dalam gelap hanya u

Kita Udahan Dulu Ya

Gambar
Apa-apa yang belum tersurat di antara kita sebenarnya sudah tersirat, hanya saja kita terlalu sering berpura-pura. Pura-pura tenang, pura-pura bahagia padahal kita sibuk menunggu rindu datang, menerka-nerka apakah rindu sudah sampai dan tersampaikan di sana. Persamaan kita adalah sama-sama tidak mengerti bagaimana caranya mengekspresikan perasaan tetapi berharap salah satu lebih dulu menunjukkan kasih sayang. Jika benar-benar sayang kenapa takut untuk mengatakan. Kau takut untuk menyakiti perasaan, sedang aku tidak mampu mengartikan kata dan gerak yang kau berikan. Seringkali kita berselisih paham, saat aku tidak ingin kau merasa terganggu sedang ternyata yang paling kau butuhkan adalah aku. Meski begitu, anehnya aku selalu memaafkanmu, tanpa kau minta, tanpa kau tahu. Dan apa yang sebenarnya sudah tersirat membuatku lelah menunggu apalagi ketika ku tahu aku berjuang sendirian untuk menjadikan semuanya sebuah suratan, atau garis tangan yang ku impikan. Meski sudah tersirat, aku

Hello Goodbye

Gambar
Aku, kamu, dan dia. Tidak apa-apa. Kita semua baik-baik saja. Kalau ada apa-apa, berarti dari kita saja yang mengada-ada. Atau kalau readers gak suka, kalian saja yang terlalu perasa. Santai saja, ini cuma cerita belaka. Kalaupun ada kesamaan, mungkin penulisnya tidak sengaja. Masih tentang cinta-cintaan yang ditulis oleh seorang perempuan yang belum pernah pacaran. Seriusan? Bercanda. Jadi bercanda nih? Beneran juga gapapa. Err jadi bener apa bercanda sih? Beneran bercanda. Auk ah. Halo kamu! Iya kamu. Kamu yang di sana, yang tinggal di tengah-tengah pulau Jawa, yang hilang begitu saja, yang datang dan pergi secara suka-suka, yang meninggalkan tanya, yang memberi luka, dan yang diam-diam aku suka. Kamu yang beberapa bulan terakhir dengan sotoy nya aku sebut sebagai gebetan, padahal kamu seringkali tanpa kabar, kadang-kadang terdengar kabar, besok kasih kabar, lusa hilang lagi. Kamu yang perhatian, selalu cha t duluan, seringkali buat aku tenang, sukanya tany

Semoga Tulisan Ini Terbaca Olehmu

Gambar
Aku masih di sini, jika kau kembali. Masih perempuan biasa yang bodoh menunggumu, berharap kau masih laki-laki yang penuh cinta. Laki-laki yang mampu membuatku tertawa di saat aku patah hati berkali-kali dan terluka. Aku masih di sini, jika kau kembali. Duduk di kursi kita, yang dulu hangat kini mulai renta dimakan senja. Setiap hari mengulang memori pada tiap foto yang banyak menampung cerita. Aku masih di sini, jika kau kembali. Sibuk berprasangka kau sedang apa, dengan siapa. Berpura-pura bahagia, semua baik-baik saja, dan berjalan sempurna. Mungkin kau di sana sedang sibuk berjuang apa saja, memperjuangkan siapa saja. Bukan aku, bisa jadi dia. Entah dia siapa yang ku bentuk sebagai rasa takut kehilanganmu. Mungkin kau di sana sedang menggandeng tangannya. Bukan kewajibanmu harus kembali, menjelaskan semuanya kemudian merangkulku. Yang sebenarnya terjadi adalah kau tidak tahu aku menunggumu. Suka-suka dirimu mau memeluk siapa, pergi diam-diam atau bersuara. Tidak sepantasny

Bertemu Untuk Berpisah

Gambar
taken by: Nyoman Suarningrat Bodoh. Bertemu kemudian berpisah. Untuk apa? Berpisah tapi masih merasakan saling. Untuk apa? Memang. Tidak pernah ada kita. Tidak. Pernah. Jika ada yang menyebut aku dan kamu adalah kita, sudah pasti bukan kita. Hanya orang-orang yang berprasangka, kemudian dengan egois aku dan kamu mengamininya. Sebenarnya, banyak kesempatan untuk kita bisa bertemu. Tapi kau tahu, Tuhan Maha Bercanda, banyak pula kesempatan yang membuat kita tidak bisa bertemu. Kita hampir putus asa dengan keadaan. Aku di mana, kau ke mana. Kau sedang apa, aku bersama siapa. Aku bisa, kau kesulitan. Aku dan kamu tujuannya sama, tapi semesta yang tidak suka. Begitu terus sampai berhari-hari kita diam tanpa kabar. Jenuh dengan kata-kata yang itu-itu saja, bosan dengan janji-janji siapa. Tapi aku masihlah perempuan biasa, yang begitu perasa dan tidak tega membiarkanmu pergi diantar senja sendirian. Tidak seperti perpisahan sebelumnya, di mana kau membiarkanku menunggu diri

Selalu Bersamamu

Beberapa minggu terakhir aku seperti menarik diri entah karena apa. Dada begitu sesak, kepala tidak henti-hentinya bersuara, sedang bibir tanpa sepatah katapun. Aku tidak mengerti, mengapa aku begitu keras kepala tidak mau berbicara kepada siapa saja selain Dia yang mau menangkap doa. Begitu keraskah semesta sampai aku hanya mampu berpura-pura tertawa di depan mereka. Aku ingin membenci mereka yang bisa menangis ketika kesal, tidak hanya diam ketika marah. Aku kewalahan menuruti keinginan diri tanpa kutahu kemana ego membawaku pergi. Aku ingin tenggelam dalam keramaian, mengalihkan pesta di dalam badan sebab seringkali kepalaku menyumpahi diri sendiri. Di lain waktu aku ingin menyepi, mendapati diriku mencari kepastian hati, pada ucapan terbata-bata di depan lelah dan airmata. Kapan terakhir kali aku berdamai dengan diri sendiri? Entahlah. Mungkin ini saatnya aku menyapa seseorang dalam diriku, perempuan kecil yang sudah lama kutinggalkan, karena dia adalah siapa-siapa ketika aku

Untuk Kamu

Gambar
Dek, Apa kabar? Pertanyaan yang sama, apa kamu sudah menentukan akan kerja di mana? Sudah keluarkah hasil kerja kerasmu beberapa bulan yang lalu? Apakah sesuai target? Bagaimana kabar mamah, Dek? Sudah ada calon yang dikenalkan? Atau Mas harus ke sana sekarang? Hehe. Ini pertama kalinya Mas menulis untuk menjawab tulisanmu sebelumnya. Mas tidak pernah bermaksud untuk membuatmu menunggu atau khawatir terhadap apa yang Mas lakukan. Memang benar, terkadang jarak membuat ruang gerak terbatas untuk bisa melihat senyum dan tawamu yang hangat, tapi percayalah Mas tidak pernah menginginkan kamu untuk pergi. Sungguh, sekalipun tidak pernah. Ketika Mas bilang ingin dekat dengan kamu, itu sejatinya benar. Atau ketika Mas bilang kamulah satu-satunya perempuan yang bisa membuat Mas grogi, itu juga benar. Bahkan entah kamu sadari atau tidak, Mas berpura-pura salah kirim pesan Whatsapp ke kamu untuk memulai obrolan karena sebenarnya Mas rindu tapi terlalu pengecut untuk mengatakannya.

Hampir Asing

Gambar
Mas, Apa kabar? Bagaimana latihanmu? Sudah kau putuskan akan kerja dimana? Bagaimana hari-harimu mengejar mimpi untuk membahagiakan ayahmu? Meski sudah sejauh ini, diam-diam aku yang hampir asing masih menyentuh namamu pada doa pukul dua, bercerita perihal dirimu kepada Tuhan agar suatu hari kita dipertemukan kembali. Sudah banyak malam ku susun rencana-rencana jika nanti doaku dikabulkan, mengajakmu ke taman hiburan atau kebun binatang. Kita akan duduk saling berhadapan atau saling menyandarkan kepala di bahu. Sembari bertukar kabar dengan senyum yang mengembang. Ingatkah kau, kali pertama kita bertemu? Ya, aku ingin pertemuan itu kembali. Suka-suka saja, dalam suasana malam atau siang. Dimana kita saling mengenal tawa masing-masing sebab mimpi kita terlalu romantis untuk dunia yang bengis. Kau ceritakan cita-citamu, tentang negeri Timur Tengah, kelimpahan minyaknya, dan keinginanmu untuk bisa terbang ke sana. Kemudian, entah kau masih ingat atau tidak, aku hanya mampu