Hello Goodbye


Aku, kamu, dan dia. Tidak apa-apa. Kita semua baik-baik saja. Kalau ada apa-apa, berarti dari kita saja yang mengada-ada. Atau kalau readers gak suka, kalian saja yang terlalu perasa. Santai saja, ini cuma cerita belaka. Kalaupun ada kesamaan, mungkin penulisnya tidak sengaja.

Masih tentang cinta-cintaan yang ditulis oleh seorang perempuan yang belum pernah pacaran.
Seriusan?
Bercanda.
Jadi bercanda nih?
Beneran juga gapapa.
Err jadi bener apa bercanda sih?
Beneran bercanda.
Auk ah.

Halo kamu! Iya kamu. Kamu yang di sana, yang tinggal di tengah-tengah pulau Jawa, yang hilang begitu saja, yang datang dan pergi secara suka-suka, yang meninggalkan tanya, yang memberi luka, dan yang diam-diam aku suka. Kamu yang beberapa bulan terakhir dengan sotoynya aku sebut sebagai gebetan, padahal kamu seringkali tanpa kabar, kadang-kadang terdengar kabar, besok kasih kabar, lusa hilang lagi. Kamu yang perhatian, selalu chat duluan, seringkali buat aku tenang, sukanya tanya aku lagi apa, terus besok hilang lagi. Ya, intinya memang kamu sudah hilang.

Kamu yang diam-diam memperhatikanku, saat aku lihat kamu pura-pura buang muka padahal salah tingkah. Kamu yang panggil aku, senyum-senyum kepadaku, paling suka duduk di dekatku, tapi tidak berani menatapku, diam dan bilang kalau kamu grogi. Kamu yang suka memegang tanganku, merangkulku, tidak mau melepaskan genggaman, tapi saat aku benar-benar pergi kamu tidak menahanku, tanpa sepatah katapun. Lalu ketika aku tanya,"kita ini apa?" kamu hanya tersenyum, mengganti topik pembicaraan tentang jerapah, tentang rusa, atau tentang kelinci. Dari situ aku menyadari bahwa sudah saatnya aku mundur, menyerah menjadi bagian yang keras kepala kalau pertemuan kita memang bukan untuk menyatu.

Kemudian inilah klimaksnya.
Untuk apa aku terikat pada hal-hal yang tidak kuucapkan. Begitu berartinya kamu untukku atau aku yang terlalu bodoh menunggu. Berbulan-bulan hati ini hampir selesai merajut tenang, kemudian kau buat biru kembali. Kau sebut-sebut setiap pertemuan sebaiknya aku hargai, karena berbagai alasan ada tangan Tuhan pada pertemuan kedua kali. Namun tidakkah kau mengerti bahwa ada luka yang tidak sembuh hanya dalam hitungan hari.

Untuk apa bertemu kembali jika hanya membuat airmata ini menyapa lagi. Betapa pun megahnya dirimu, kau tetap menjadi bagian yang tidak bisa kumiliki. Kau seperti kopi, pandangmu  larut ke dalam latte yang bibir cangkirnya kau usap dengan jemari sedari tadi. Aku mengaduk kopiku, menambahnya dengan gula berkali-kali pada pahit pertemuan kala itu-seni untuk membohongi diri sendiri. Kemudian sesekali kita tertawa pada jenaka yang itu-itu saja, merasa hebat karena melukai satu sama lain.

Dingin dan fatal. Seharusnya aku tidak datang hari itu. Sebenarnya ada banyak kesempatan yang mungkin bisa saja jika kupilih salah satu membuatku tidak akan hadir pada pertemuan itu. Kau yang meminta, bilang rindu, dan lagi-lagi aku luluh. Aku membuka kembali luka lama yang belum sembuh sepenuhnya, kau memberi lagi harapan yang kutahu akhirnya. Kau biarkan harapan itu menggantung di pelupuk mataku, kemudian kau pergi sesuka hatimu.

Tidak bisa habis ku ceritakan bagian klimaks ini sebab terlalu panjang dan rumit kisah kita karena tak satupun dari kita mau mencari jalan keluarnya, meluruskan apa yang sebenarnya terjadi, dan menegaskan apakah kita sebaiknya berhenti atau melanjutkan rasa yang selama ini kita coba tutupi. Jika klimaks saja tidak bisa ku selesaikan, apalagi bagian penyelesaian, di mana seharusnya ada ending yang bahagia untuk kita. Belum lagi ku sebut-sebut dia di awal cerita, rasanya takkan habis aku bercerita jika menyangkut apa-apa yang tidak terucapkan namun sudah terpaksa untuk berpisah.

Kini kau bersama dia. Mungkin tidak pernah kau sebut-sebut tentang diriku di depannya. Sedang di sini kau masih jadi bagian dalam tulisanku, tentang bagaimana kita bertemu, bagaimana mudahnya aku memberikan hati ini untukmu, bagaimana aku mulai menyadari ada yang tidak berhasil dari kita. Ya, aku mengaku kalah kepada dia yang bisa memberimu ending dibanding perjalanan kita yang dari awal sudah jelas terlihat buntu. Selamat untuk kalian berdua! Aku tunggu kabar bahagianya ):)


pic: http://picmia.com/img/84277.jpg

Komentar