WHEN YOU'RE MY MAN
Aku benci ketika ada
perempuan lain yang mendapat sapaan hangat di pagi hari dari pesan singkatmu.
Aku benci ketika ada perempuan lain yang kau tanyakan kabarnya, kau ingatkan
pola makannya selain aku. Sengaja aku tidak menghapus pesan darimu, kubiarkan berlama-lama
di inbox sebagai pengganti ragamu di sela-sela waktu luangku. Itulah caraku
menghargai keberadaanmu meskipun hanya di dunia maya. Membuatku senyum-senyum
sendiri ketika membacanya karena jarak yang memisahkan kita. Membuat ragamu
yang jarang sekali nyata kutangkap dalam setiap tatapanku. Pertemuan kita yang
tak seintens dulu.
Aku, sosok yang
begitu mudahnya percaya padamu yang berjuang dan berkorban di sana demi kita.
Aku luluh dan terharu. Begitu bodohnya kusebutkan namamu dalam doaku demi
memohon perlindungan dan penguatan dari Nya untukmu. Sakit. Ketika kutahu bukan
hanya aku yang menerima emot ;* atau ;){} darimu. Bukan hanya aku yang
mendengar kata 'sayang', 'kamulah duniaku', 'cintaku', dari suaramu di telepon
yang membuatku tidak bisa tidur. Kini aku memandangmu sebagai pria yang ku
kasihani. Bersusah payah dengan cara yang elegan menebar pesona ke sana-kemari
demi mendapat puja dan puji dari banyak wanita. Begitu kejamkah kesepian yang
menyiksamu hingga kau tega berbuat seperti ini. Aku bersyukur, sangat-sangat
bersyukur kepada Tuhan karena telah menunjukkan siapa dirimu. Kelakuan tak
kasat mata darimu bagaikan kuman, bakteri, virus jahat yang menggerogoti
perasaanku yang tulus.
Untuk apa setiap
malam aku susah tidur karena memikirkanmu, merindukanmu. Untuk apa setiap pagi
dan siang aku risau, gelisah menunggu
kabar darimu. Beruntunglah selama bersamamu, aku tidak pernah melupakan
Tuhanku. Dengan cara yang indah, Dia tunjukkan kelakuanmu di luar sana bagaikan
orang yang kurang perhatian meminta ke sana-sini dengan banyak wanita. Tingkah
lakumu melebihi pengemis yang hidup sebatang kara! Mereka secara
terang-terangan meminta, tapi kamu ? Sembunyi-sembunyi di belakang para wanita.
Pengecut.
Kurang apa aku di
matamu? Aku yang sering mengalah denganmu, menerima setiap kemarahan dan
bentakan darimu ketika bertemu. Mendengarkan setiap keluh kesahmu, hanya bisa
menangis sepanjang malam karena perkataan-perkataan kasarmu. Tapi betapapun
jahatnya kamu, aku berterimakasih karena telah menjadikanku semakin kuat atas
semua perlakuan kasarmu. Yang masih membuatku bingung, apa yang membuatku
bertahan selama ini? Rayuanmu? Atau segala kebaikan yang ternyata hanyalah
topeng murahanmu. Aku begitu lepas dan bahagia setelah berpisah denganmu.
Ternyata selama ini aku menyia-nyiakan waktuku untuk menyayangi dan menangisi
orang sepertimu. Yang sebenarnya sama sekali tidak berpengaruh besar dalam
hidupku.
Komentar
Posting Komentar