AKU BUKAN SIAPA-SIAPA

Kamu masih yang kujaga, kamu masih yang kudamba. Walau lama tak apa, daripada hanya sia-sia. Tapi tak mungkin, itu hanya asa. Aku memanggilmu,"sini!", kamu tersenyum dan berlari, menghampiri. Tapi lagi-lagi itu hanya mimpi yang tak pernah benar-benar terjadi. Kamu yang membuat jarak ini. Kamu yang membuatnya semakin jauh. Itukah dirimu sekarang ? Kecewa, pada diriku sendiri. Setega itu kamu dan berkali-kali aku masih memaafkanmu. Aku tau, kamu melihatku, mengerti pergerakanku yang semuanya karena kamu. Kamu melihatku, menatapku lama, kemudian menunduk bahkan membuang muka, tak peduli dengan semua isyarat yang kuberikan.

Mana bisa kamu sebut ini cinta jika lelah. Cinta setauku semauku membahagiakan. Jika semua ini menyakitkan, perlu kamu pertanyakan lagi, apa benar  yang kamu bangun tertatih ini cinta. Cuma kamu yang jatuh bangun sesak berulang airmata membahagiakan dia yang nyatanya susah payah hanya untuk mengingat sebaris nama pendekmu dan tak pernah tau cara memperhatikanmu. Mengapa kamu begitu menikmati pengabaian ini? Mengapa kamu begitu hebat menjadikanku korban atas perasaanku sendiri dalam cinta diam-diam? Dan membiarkanku tersesat dengan cinta yang bertepuk sebelah tangan…

Menolehlah sebentar saja, ada sosok yang selalu sesak entah bahagia karena melihatmu atau menangis karena dia di sampingmu. Bodohnya, aku kecewa dengan diriku sendiri karena tak bisa membuatmu bahagia bahkan ketika kamu belum menjadi milikku, bukan siapa-siapaku. Kamu tersenyum dalam kesakitanmu, kelelahanmu untuk dia yang nyatanya membiarkanmu berjuang sendirian. Dia tidak melihatmu dan kamu belum melihatku dan lagi-lagi hanya aku, yang berdiri sendiri melihat kalian menjadikan sedih ini, rindu ini, marah ini keras menghantam dadaku bertubi-tubi. Berjuta isyarat yang kuberikan hanya terbang hampa bagai asap tanpa pernah tersentuh olehmu. Seringkali kesadaran menghalangi langkahku, logika menggelitik perasaanku seakan menegur diri ini atas mimpi yang kubuat sendiri bersamamu.


Telah banyak airmata yang jatuh bersama namamu yang melebur dalam doa. Entah sudah berapa kali diri ini jatuh dalam keputusasaan namun berkali-kali juga mampu bangkit karena kuatnya perasaan ini yang selalu memaafkanmu. Kamu yang menggenggam erat tangannya, kamu yang membelai lembut rambutnya, kamu yang merengkuh hangat dia dalam pelukmu. Walapun kutau betapa kerasnya kamu berjuang dia tetap tak merasakan kehadiranmu. Aku benci berada di posisi diam-tak-bisa-berbuat-apa-apa. Aku selalu terjebak dalam lingkaran "siapa aku? Aku bukan siapa-siapa untukmu."

Komentar