HANYA SEBENTAR SAJA

Perpustakaan FIP UNJ, sepulang kuliah, 14.37. siang semakin hilang ditelan awan yang membumbung tinggi sehabis hujan. Entah hujan akan kembali datang karena mendungnya tak kunjung hilang. Aku duduk sendiri menatapmu. Kita berseberangan dalam jarak dekat, kamu bisa rasakan itu karena memang ruangan perpustakaan yang tidak terlalu besar.  Kamu duduk santai membaca skripsi dengan jaket merah dan jeans hitam yang membuatku lupa waktu dan tujuanku ke perpustakaan.  Melihat jenjang kakimu yang kusebut itu seksi.

Kamu sesekali terdiam lama, melihat keluar jendela memikirkan sesuatu. Andai kamu tau, begitu penasarannya diri ini. Sesekali kamu memejamkan mata sejenak melepas keletihan dalam keadaan duduk tegak di kursi dan melipat kedua tanganmu di dada, yang saat itu kusebut cool. Baiklah. Kamu sudah mengalihkan perhatianku, yang semula tertuju ke buku yang berjudul-apapun-itu. Nah, lihat kan ? Betapa kamu mampu membuatku lupa apa yang seharusnya aku lakukan. Anehnya, apa yang membuatku tertarik ? Kamu hanya diam duduk tenang di kursi, sibuk sendiri dan mungkin tidak menyadari ada sosok berlawanan arah yang sedang memperhatikanmu. Kamu pernah membuatku malu sendiri ketika tidak sengaja tatapan kita bertemu. Kamu pernah membuatku senyum-senyum sendiri ketika tidak sengaja aku membangunkanmu, menyentuh sedikit rambutmu. Ah…semakin kuingin membelai rambutmu.

Tiba-tiba segerombolan mahasiswa entah darimana masuk membuatku benci dan sempat menyerah. Mereka merusak jarak indah yang telah tercipta. Kamu hilang dari pandanganku. Jarak yang hanya diperuntukkan untuk kita menjadi terasa begitu jauh. Aku tidak peduli bagaimanapun mereka menghalangi, kamu harus tetap bisa kujangkau walau hanya dengan tatapan ini. Kamu, sosok yang susah payah aku cari, rela berdesak-desakkan demi kamu-seseorang yang tetap kuinginkan berada di dekatku meskipun tak bisa kusentuh dan kumiliki. Kamu membuatku tidak berminat lagi dengan segala keriuhan mahasiswa lain yang sibuk mencari buku dan mengerjakan tugas. Hilang sudah minat bacaku. Aku seperti orang bodoh yang hanya bisa memegang buku tanpa mengerti apa yang kubaca. Kamu menjadikan semua buku yang ada di depanku sebagai pemanis yang menjadi awal terbaginya perhatianku. Aku sibuk mencuri-curi pandang dalam ketenanganmu.

Akhirnya waktu itu tiba, kamu pergi dengan ekspresi wajah yang tak suka dengan segala kesibukan orang-orang yang mulai ramai di sekitarmu. Kita sama-sama menyesali kedatangan mahasiswa lain meskipun dengan perasaan yang berbeda. Aku ingin waktu berputar kembali, ketika hanya aku dan kamu yang saling menikmati jarak ini, ketenangan yang sebenarnya jika kamu rasakan mengalir bersama ketertarikanku padamu. Dan akhirnya kamu benar-benar pergi sekarang. Aku bingung dengan rasa penasaran yang kuletakkan sembarang yaitu kamu yang sama sekali belum kukenal. Kamu memberiku rasa nyaman pada sosok yang belum sempat menyebutkan namanya, yang mungkin suatu saat akan kusebutkan dalam percakapan panjangku bersama Tuhan. Hey, kita belum saling kenal!


Dan akhirnya, seperti penyesalan-penyesalanku sebelumnya, aku hanya mampu berharap pada sosok yang mungkin tak pernah bisa kuraih. Apa masih ada kesempatan kita bertemu kembali ? Hanya dalam hitungan menit kamu mampu membuatku merasa kesepian di tengah keramaian. Setelah kamu benar-benar pergi, aku pun pergi. Aku tidak ingin merasakan kesedihan untuk seseorang yang belum kukenal, membuatku selintas menjadi orang bodoh dan lupa dengan tujuan awalku keperpustakaan bahkan membuatku yakin kalau kejadian hari ini akan sulit untuk kulupakan...

Komentar