MENYAPAKU DALAM MIMPI
31 Oktober 2013,
09.36, terbangun-sesak-menangis.
Aku sendiri masih
bingung, apa yang terjadi dengan diriku pagi ini. Pagi yang seharusnya kusambut
dengan senyum syukur karena masih bisa melihat matahari melakukan aktivitas
mulianya, menghangatkan semua insan yang ada di dunia. Tapi itu tidak terjadi
denganku pagi ini, entahlah apa yang kurasakan. Aku tidak merasakan kehangatan
itu, seolah udara disekitarku menyatu menyiksaku.
Aku memimpikanmu.
Mimpi yang mampu membuatku terbangun seperti orang bodoh. Melamun, merasakan
hatiku yang tiba-tiba sesak teramat sangat merindukanmu. Dan hitungan menit
selanjutnya aku menangis. Aku tidak tau kapan terakhir kali aku memimpikanmu
dan hal itu terjadi lagi. Beda dengan mimpi-mimpi sebelumnya, mimpi ini terasa
begitu nyata dan dekat. Aku seperti benar-benar bisa menyentuhmu dan suaramu
yang lembut dapat kurasakan begitu nyata di telingaku. Kamu cemas mencariku
yang hilang, tidak peduli keringat yang mengalir lembut di wajahmu. Akhirnya
kita bertemu. Aku menangis di depanmu, meminta maaf karena telah membuatmu
khawatir. Hatiku mendesir ketika ku hapus keringatmu, entahlah apa itu sebuah
respon ketika diri ini mampu menyentuhmu. Kamu tidak menggubris maafku, kamu
hanya bilang," jangan pernah pergi lagi tanpa pamit, karena ketika kamu
pergi, aku tidak tau apa yang terjadi , sekujur tubuhku sakit dan dadaku
sesak." saat itu kamu benar-benar membuatku terharu.
Kamu menggenggam
tanganku erat tidak ingin aku pergi lagi, hilang tanpa ucapan dan mungkin
takkan pulang, seolah ingin menunjukkan kepada dunia bahwa kita bisa berjalan
bersama. Aku tidak mengerti kenapa hatiku begitu sakit ketika mimpi ini
kutumpahkan dalam tulisan karena hanya akan menambah kesakitanku jika hanya
kupendam. Mimpi ini begitu tinggi, aku bisa merasakan sakitnya ketika aku
dihempaskan dan kembali ke dunia nyata. Dalam pilu, aku merindukanmu. Entahlah,
justru semakin aku merindukanmu semakin hatiku sakit. Begitu sakit karena
kenyataannya semua mimpi yang kamu berikan seperti mengejekku. Semuanya begitu
berlawanan. Kenyataannya, hanya aku yang mencarimu, hanya aku yang rela
bercucuran airmata merindukanmu, merasakan hati ini sakit dan sesak, dan kamu
yang tidak pernah bisa kusentuh dan kuraih.
Ya Tuhan… apa mimpi
ini bentuk penghiburanMu untukku ? Atau hanya teguran dari Mu agar aku sadar
bahwa ada beberapa hal yang tidak bisa kupaksakan ? Apa mimpi ini pencerahan
dariMu agar aku belajar ikhlas melupakan dia yang mengabaikanku. Sebenarnya aku
tau sesekali kamu masih merindukanku, tapi kenapa kita rela menyakiti diri
masing-masing? Kenapa kita bertahan dalam gengsi yang kita banggakan ? Belum
cukup sakit yang kuterima dari sapaanmu dalam mimpiku, dan kini ku tau kamu
telah bersama orang lain. Aku malu dengan perasaanku sendiri. Tiba-tiba aku
takut untuk merindukanmu. Aku merasa begitu sombong masih memikirkanmu karena
ternyata ada dia yang mampu menjagamu. Mungkin karena dia, kamu mampu bertahan,
membatasi dirimu untuk merindukanku. Menjagamu dalam perasaan gengsi yang
sama-sama kita pertahankan.
Sebenarnya masih
bolehkah aku bilang rindu padamu ? Sebenarnya mampukah kamu mengatakannya
padaku ? Kita jangan pikir pantas atau tidak perasaan ini karena dia di
sampingmu. Ini soal perasaan, sesuatu yang abstrak, netral dan bebas. Sulit
untuk kita satukan bersama pantas atau tidak, agama, suku, dan sebagainya.
Perasaan ini suci dan tulus hanya untuk menemukan titik terang atas dua orang
terpisah dalam segala yang berusaha mencari kepastian. Saling merindukan atau
tidak. Hanya itu. Tidak menuntut kejelasan yang terpatri dalam sebuah hubungan
karena sadar akan banyak yang tersakiti termasuk diri masing-masing. Hanya
ingin mengetahui saling suka atau tidak tanpa perlu ada yang diperjuangkan. Apa
harus aku yang memulai ?
Komentar
Posting Komentar