KEBINGUNGAN

Itulah mengapa aku takut, karena ketika malam datang bersama kesunyiannya, semesta seolah menyatu menyiksaku dalam kerinduan, untukmu. Dan bodohnya, kamu masih buta dengan semua isyarat yang kuberikan ? Semakin aku berlari, meronta, ingin membunuhmu dalam pikiranku, semakin aku tersakiti karena merindu. Rasanya begitu sulit untukmu mengerti pergerakanku yang risau bersama perasaan yang masih takut kusebut cinta. Bagaimana mungkin aku sosok yang jauh dan kecil dari sekian banyak perhatianmu begitu sombongnya menyebut ketidakpekaanmu, ketidakpedulianmu sebagai wujud cinta  semu untukku.

Percuma berkali-kali aku menangis, berteriak meronta, kamu tak akan pernah mengerti. Bahkan begitu banyaknya kamu dalam setiap jengkal kehidupanku, aku berimajinasi mengancam akan pergi. Tapi lagi-lagi aku siapa untukmu ? Toh kamu hanya akan diam menatap kepergianku tanpa pernah mengerti siapa aku dan apa yang kulakukan. Pada akhirnya aku kembali ke alam sadar dan terpuruk sendiri. Susah sekali mengetuk pintu hatimu. Sebenarnya hubungan seperti apa yang sedang aku dan kamu jalani ? Teman ? Aku bahkan ragu. Apa iya kamu menganggapku teman, aku bahkan mengharapkan lebih. Lalu kita ? Apa bisa kalau hanya aku yang memaksa. Aku malu jika mengingat kenyataannya, aku dan kamu hanyalah dua individu yang boleh jadi tidak memiliki hubungan apa-apa, hanya sekedar saling sapa, dan hanya aku yang memilik rasa. Pada dasarnya aku hanyalah manusia normal dengan banyak pekerjaan, menunggumu, merindukanmu, dan tersenyum walau hanya mendengar suaramu.


Kamu begitu magis. Semua tingkah lakumu menjadi hal wajib yang harus kuperhatikan. Setiap pergerakanmu dengan mudahnya menarikku, cepat menoleh ke arahmu dan membuatku penasaran. Bahkan kamu bisa membuatku yakin dengan ketusmu, jutekmu. Aku tidak pernah ragu, mungkin terlalu kuat perasaan ini sehingga aku tidak mengerti lagi kuletakkan dimana logikaku. Kamu membuatku berani dengan harapan yang terlalu tinggi seolah aku sudah siap jika nanti kamu menghempaskanku. Tidak banyak kemajuan yang kita alami. Masih seperti dulu, lebih nyaman dengan berbasa-basi. Rasanya Begitu sulit akan penyatuan yang mungkin selamanya akan kekal menjadi mimpiku. Pengabaianmu semakin membuatku bertanya-tanya, sebenarnya apa yang sedang kuperjuangkan ? Anehnya, kamu selalu membuatku kuat, membuatku berlari dan memang kamulah yang harus kukejar. 

Komentar