SINGKAT
Sudah satu setengah
tahun sejak pesan singkatmu mulai memenuhi inbox handphone-ku. Lambat laun
tegur sapa dan perhatian itu kamu alihkan ke dunia maya, dunia biru, facebook.
Meskipun tidak bisa kupingkiri pesan singkatmu masih menjadi yang paling intens
dalam hari-hariku. Kamu mulai hadir dalam mimpiku, mencuri pandangan dan
mengambil alih ingatan. Ada perasaan aneh ketika handphone-ku bergetar karena
pesan singkatmu. Hatiku tergelitik, perutku mendesir ketika ku baca barisan
huruf yang mulai kau selipkan emot peluk dalam ucapan selamat pagimu. Aku
mendapati diriku tersenyum-senyum sendiri saat perhatianmu mulai tumpah ruah di
inbox facebook-ku. Aku bingung, aku gelisah dan menunggu-nunggu ketika namamu
tak muncul di layar handphone maupun di komputerku. Entah mengapa tegur sapa
dan ucapan basa-basi darimu mulai menjadi penting dalam hidupku. Dulu, ku
anggap ini hanya ketertarikan sesaat, sampai aku mulai ketakutan saat kabar
darimu tak kujumpai dalam media apapun.
Ada perasaan asing
yang menggerogoti hatiku, aku takut kehilanganmu. Dan di saat kamu telah pergi,
aku mulai bertanya-tanya, apa ini cinta? Sikapmu yang penuh perhatian
kadangkala memaksaku untuk mengatakan aku rindu, jangan pergi. Aku
beremansipasi untuk dirimu meskipun pada akhirnya kudapati diri ini kembali
terjebak dalam gengsi. Masih kusimpan pesan-pesan singkatmu sampai sekarang,
meskipun kamu tak lagi di sisiku. Dulu ku tersenyum tapi sekarang ku rindu
ketika melihat hasil ketikan jari-jari tanganmu yang kini ku inginkan kamulah
pengisi sela-sela jemariku. Tak kusangka, seringkali ku berairmata ketika ku
sentuh kelembutan dan kehangatan dari setiap pesan singkat yang ku baca.
Perhatianmu yang tak kurasakan lagi untuk sekian lama. Memang ku terlambat
untuk peka, menyelami perasaanmu yang begitu dalam. Ternyata ku salah
berprasangka, ku kira ini hanyalah rasa suka, peduli dan kasih sayang. Tapi apa
cinta tidak begitu?
Aku telah
mengabaikanmu, terlambat memahami semua isyaratmu. Kini, kamu tak pernah
kembali dan berhasil menjadi sosok yang kurindukan. Tidak mungkin kamu adalah
orang yang tidak penting karena nyatanya kamu hadir dalam mimpi dan masuk dalam
doaku. Kamu sudah mencuri kewarasanku. Sudah lebih dari 18 bulan, tidak ada
lagi kabar darimu. Karma. Singkat pertemuan kita sesingkat jawabanku atas pesan
singkatmu. Kini aku bertahan pada perasaan yang dulu kau rasakan. Sesaknya
rindu yang diabaikan, sedihnya ketika ingin mendekat tapi jalan di depanmu
justru menjauh. Sekarang kita sibuk dengan urusan masing-masing, tapi masih ku
temui bayangmu di setiap tempat ku berdiri. Aku inginkan udara yang sama, aku
inginkan angin yang sama yang menyentuh kita bebas saat kita masih bersama. Aku
inginkan atmosfer yang sama. Aku rindukan suasana, aku rindukan tempat, setiap
inci partikel debunya, detail tata letaknya, kecepatan momennya, segalanya.
Tetapi dari semuanya, aku inginkan kamu, rindu, ingin bertemu.
Komentar
Posting Komentar