(SELALU) RINDU



Aku rindu. Aku ingin hadirmu. Aku tidak tau apa kaupun begitu. Aku tidak peduli. Kita sama-sama bertanya kemana rindu yang menggebu, sementara kita asik dalam gengsi yang kita pertahankan dan terlalu kita banggakan. Tentu saja rindu ini hanya akan menumpuk layu. Aku merindukanmu jauh seperti mereka merindukanmu. Tidak perlu kau tanya bagaimana cintaku. Ini jauh lebih hebat dari mereka, mengalir deras bagaikan hujan tetapi tetap saja tidak bisa menghanyutkanmu dalam pelukanku. Kamu tidak akan mengerti begaimana rasanya menjadi seseorang yang rindunya diabaikan. Kamu sibuk menjadi orang yang selalu dirindukan dan tidak peka. Maka tidak melulu aku menunggu kehadiranmu. Sulit untuk membuat nyatamu meredam kerinduanku. Karena sebenarnya yang paling dibutuhkan rindu ketika jarak menjauh bukanlah menggebu membunuh jarak membuat kedua jiwa saling mendekat. Tetapi lebih kepada meredam rindu itu dengan segala keterbatasan yang akhirnya menciptakan suatu masa yang indah entah sama dengan yang lalu atau baru yang nantinya menjadi suatu kerinduan lagi di masa yang akan datang. Karena sejatinya rindu hanya bisa diredam tidak dihilangkan.

Sekali lagi, aku rindu padamu. Entahlah, aku tidak tau apa ini gengsi atau kebodohanku karena nyatanya aku tidak berani untuk mengatakannya. Sebenarnya ini hanyalah rindu sederhana, jika kau mau menyentuhnya. Tapi rindu ini menjadi rumit ketika kau anggap tak ada, tidak digubris dan bosan ku sebut bahwa rindu ini kau abaikan. Dan parahnya lagi tidak ada di antara kita yang mencoba memulai untuk rindu ini. Rela bertahan dalam kesakitan atas rindu yang kita buat. Menyedihkan. Aku hanya mencukupkan rinduku dengan menjangkaumu dari dunia maya. Tidak perlu kita bertemu, cukup kamu masih bisa kulihat dan kurasakan dalam pikiranku juga duniaku.

Rindu seperti apa lagi yang kau inginkan? Nyatanya rindu yang seperti ini saja (re: airmata dan doa) selalu kau abaikan. Kupertanyakan dimana kamu dengan segala kebiasaanmu yang membuatku terenyuh menikmati keindahamu. Kupertanyakan dimana kamu dengan segala kebiasaanmu yang membuatku terkesiap dalam sekejap menghilang. Aku menunggumu, mencari-cari di mana suaramu yang lembut memanjakanku, setiap malam mengantarkanku ke dalam mimpi bersamamu. Aku menunggumu, menggebu bersama pesan singkatmu yang membuat hatiku meletup-letup bahagia, menyentuhku dengan barisan abjad yang tersusun rapi bersama kasih sayangmu. Sekarang, tidak lagi ada semua itu.

Komentar