Penyesalan Ini Belum Usai

Andai waktu dapat diputar kembali dan kamu terlahir bersama keyakinanku. Kalau di luar  perbedaan yang kita alami harus berhenti terpaksa, keluarga dan teman, tapi tidak dengan kita. Banyak yang mendukung kita, namun justru kita yang berhenti lelah terhempas. Kita tak ingin saling menyakiti terlalu jauh. Kita sadar telah salah untuk memulai. Reaksi mereka ketika tau kita tak lagi ada. Mereka, teman-teman kita, sedih seakan ini adalah hubungan mereka. Terlihat wajah lelah mereka yang telah begitu peduli dan bahagia menyatukan kita. Kita membalas mereka dengan cara yang begini. Nanti, mereka akan sadar ini salah, semakin diteruskan, semakin kita saling menyakiti masing-masing dan semakin lama untuk menyembuhkannya.


Sering terpikir, andai kita sama, andai bukan kita yang mengalami ini, mengalami perbedaan ini. Apa sekarang kita masih ada? Sebenarnya lelah terus membicarakan ini. Tapi kamu masih saja hadir dalam mimpiku, membayangiku. Kamu belum bisa pergi dari pikiranku, mungkin kamu begitu lekat. Waktu terus berjalan, kita belajar pada semua ini, penyesalan dulu telah usai. Mengejar mimpi dan cita masing-masing, menajdi teman yang jarang berbagi kabar, jarang bertatap muka. Mengapa kita menjadi asing? Ini yang kusedihkan. Lama ku berpikir, lama kusadari, ternyata kita tak sekuat yang kupikirkan, dulu dan kini. Kebersamaan yang kita coba bangun memusuhi kita, dan kamu jelas menghindar. Sekarang kamu semakin tak kukenal. --

Komentar