LENSA

Kamu tidak pernah menjadikanku objek lensamu
Tapi kamu…kamu… kamu menjadikanku pendampingmu
Menemanimu disaat kamu sedang membidik kameramu
Kau menjadikanku penting, aku suka senyum mu saat kau meminta pendapatku tentang hasil fotomu
Kau tak pernah suka objek manusia, kau pernah bilang alasannya padaku, ah, maafkan aku, aku lupa apa katamu… Tapi intinya kau tak pernah memilih objek itu karena kau sulit memasukkan 'feel' ke dalam gambarmu. Kau lebih suka mengabadikan keindahan tanah airmu, yang kupikir mungkin ini kau lakukan karena tidak selamanya ibu pertiwi akan seindah ini.

Aku suka ketika kita tertawa membicarakan tentang gambarmu. Aku lebih suka menyebut 'gambar' daripada 'foto', bukan masalah kan sayang ? Terlalu dan sudah berlalu aku memanggilmu sayang, bahkan saat perasaan ini belum sempat meng-kongkretkan-nya dalam sebuah suara.

Aku suka gerak-gerikmu saat berbagi denganku, berbagi tentang sesuatu yang kau sebut hidupmu-hobbymu-kesukaanmu, atau apapun itu yang hampir setiap hari kau gantungkan di lehermu, kau rawat, kau jaga karena bisa jadi itu adalah cita-citamu. Tapi entahlah, sejujurnya aku tak terlalu mengingat tentang semua 'hidupmu' itu. Entah karena aku terlalu cemburu pada benda itu atau kamu… kamu yang membuatku terlalu fokus dengan semuanya… semuanya tentang kamu.


Terlalu! Aku hanya bisa mengingat senyum mu, tawamu, aku tidak bisa mengingat jelas tentang gambar-gambarmu seperti aku mengingatmu begitu rinci. Tidak perlu kau abadikan ku ke dalam lensamu walaupun kutau kau pun tidak akan melakukannya, tapi jika boleh aku meminta sesuatu, jadikan aku objek di hatimu, yang tergambar jelas karena perasaanmu.

Komentar