MAKALAH AGAMA KONSEP KETUHANAN
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana telah memberikan
kami semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah
Pendidikan Agama yang berjudul “Konsep Ketuhanan dalam Islam dan
Pemikiran Ilmu Kalam” dapat selesai seperti waktu yang telah ditentukan.
Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari peran serta berbagai
pihak yang telah memberikan bantuan, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang membalas budi baik yang tulus dan ihklas kepada semua pihak.
Tak ada gading yang tak retak, untuk itu kamipun menyadari bahwa makalah
yang telah kami susun dan kami kemas masih memiliki banyak kelemahan serta
kekurangan-kekurangan baik dari segi teknis maupun non-teknis. Untuk itu
penulis membuka pintu yang selebar-lebarnya kepada semua pihak agar dapat
memberikan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan
penulisan-penulisan mendatang. Dan apabila di dalam makalah ini terdapat
hal-hal yang dianggap tidak berkenan di hati pembaca mohon dimaafkan.
Jakarta, 13 September
2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Manusia selalu mencari
kebenaran yang hakiki. Konsep ketuhanan bagi manusia adalah kebenaran yang
mutlak. Di dalam pencarian akan Tuhan manusia melakukan penyelidikan dan
mencari dasar-dasar yang menjadi konsep Tuhan itu. Mungkin konsep ketuhanan
sudah ada pada agama karena agama didasari pada keyakinan.
Dalam suatu agama,
konsep ketuhanan sangatlah penting untuk memberikan argumen tentang
konsep-konsep ketuhanannya agar dapat memberikan sebuah penjelasan logis dan meyakinkan
para pemeluk agama tentang kebenaran dan keberadaan Tuhan itu sendiri.
Pembuktian wujud tuhan seorang islam atau pembuktian wujud
Allah sangatlah susah karena tidak ada yang pernah dan bisa melihat Allah tapi
hal yang harus kita ketahui bahwa manusia tidak mungkin bisa ada tanpa
pencipta, dunia dan alam ini tidak mungkin bisa ada tanpa pencipta.Tidak
mungkin semua hal itu bisa ada tanpa adanya sang pencipta. Dan penciptanya itu
adalah Allah. Manusia, hewan, dan alam ini adalah akibat sedangkan akibatnya
adalah Allah SWT.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Seperti apakah konsep ketuhanan dalam islam ?
2. Bagaimana sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan ?
3. Apakah yang dimaksud Ilmu Kalam beserta sejarahnya ?
4. Bagaimana Tuhan menurut pendapat agama-agama ?
5. Bagaimana pembuktian wujud
tuhan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui konsep ketuhanan dalam islam
2. Mengetahui sejarah pemikiran manusia tentang Tuhan
3. Mengetahui definisi Ilmu kalam dan sejarahnya
4. Mengetahui pembuktian wujud
tuhan dalam islam
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Siapakah
Tuhan itu ?
Perkataan
Ilah, yang selalu diterjemahkan “Tuhan”, dalam Al Qur’an dipakai untuk
menyatakan berbagai objek yang dipentingkan oleh manusia, misalnya dalam surat
al Furqan ayat 43.
“terangkanlah
kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya ?”
Dalam
surat al Qashash ayat 38, perkataan ilah dipakai oelh Fir’aun untuk dirinya
sendiri :
Dan
Fir’aun berkata : ‘wahai para pembesar hambaku, aku tidak mengetahui Tuhan
bagimu selain aku.”
Contoh
ayat ayat tersebut menunjukkan bahwa perkataan Ilah bisa mengandung arti
berbagai benda baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi) dan benda nyata (Fir’aun
atau penguasa yang dipatuhi). Berdasarkan logika al Qur’an, definisi Tuhan
sebagai sesuatu yang dipentingkan manusia sedemikian rupa sehingga manusia
merelakan dirinya dikuasai olehnya. Berdasarkan definisi tersebut, Tuhan bisa
berbentuk apa saja yang dipentingkan oleh manusia, manusia pasti memiliki
sesuatu yang dipertuhankannya.
Dalam
ajaran Islam diajarkan kalimat “ Laa illaha illaa Allah “. Susunan kalimat
tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “ tidak ada Tuhan “, kemudian baru
diikuti dengan suatu penegasan “ melainkan Allah “. Hal itu berarti bahwa seorang
muslim harus membersihkan dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, yang ada
dalam hatinya hanya ada satu Tuhan yang bernama Allah.
2.2 Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan
1.
Pemikiran
Barat
Konsep
ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang didasarkan atas hasil
pemikiran baik melalui pengalaman lahir maupun batin dan bersifat penelitian
rasional maupun pengalaman batin. Terdapat pula teori evolusionisme, yaitu
teori yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana
meningkat menjadi sempurna. Teori ini dikemukakan oleh Max Muller dan EB Taylor
dan beberapa ahli lainnya. Perkembangannya menurut teori evolusionisme sebagai
berikut:
a.
Dinamisme
Manusia
sejak zaman primitif mengakui adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan
yang ditunjukkan kepada benda. Setiap benda ada yang berpengaruh positif maupun
negatif.
b.
Animisme
Masyarakat
primitif juga mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda dianggap
baik dan memiliki roh. Roh dianggap sesuatu yang aktif sekalipun bendanya mati.
Agar manusia tidak terkena efek negatif dari roh-roh tersebut, maka manusia
harus menyediakan kebutuhan roh seperti saji-sajian.
c.
Politeisme
Roh
yang lebih dari yang lain lama-kelamaan kemudian disebut dewa. Dewa memiliki
kekuasaan tertentu sesuai bidangnya.
d.
Henoteisme
Satu
bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun manusia masih
mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain. Kepercayaan satu Tuhan untuk satu Bangsa
disebut Tuhan Tingkat Nasional (Henoteisme).
e.
Monoteisme
Dalam
monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat
internasional. Monoteisme ditinjau dari filsafat Ketuhanan terbagi dalam tiga
paham yaitu : deisme, panteisme, dan teisme.
Teori
evolusionisme ditentang oleh Andrew Lang (1898) dan lama-kelamaan menjadi reda
sebaliknya muncul sarjana-sarjana agama di Eropa Barat yang memperkenalkan
teori baru tentang sejarah agama. Mereka menyatakan bahwa Tuhan tidak datang
secara evolusi tetapi dengan relevansi atau wahyu. Kepercayaan manusia primitif
adalah monoteisme dan monoteisme berasal dari wahyu ajaran Tuhan.
2.
Pemikiran
Umat Islam
Secara
garis besar, pemikiran terhadap Tuhan memiliki aliran yang bersifat liberal,
tradisional maupun keduanya. Ketiga corak pemikiran ini mewarnai sejarah
pemikiran ilmu ketuhanan dalam Islam. Di antara aliran tersebut adalah :
a. Mu’tazilah
yaitu kaum rasionalis di kalangan muslim yang menekankan pemakaian akal pikiran
dalam memahami ajaran dan keimanan dalam Islam. Orang Islam yang berbuat dosa
besar, berada di posisi antara mukmin dan kafir.
Dalam
menganalisis ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu logika Yunani, satu sistem
teologi untuk mempertahankan kedudukan keimanan. Hasil dari paham Mu’tazilah
yang bercorak rasional ialah muncul abad kemajuan ilmu pengetahuan dalam Islam.
Mu’tazilah lahir sebagai pecahan dari kelompok Qadariah, sedang Qadariah adalah
pecahan dari Khawarij.
b. Qodariah
yang berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan dalam berbuat termasuk ia
ingin kafir atau mukmin dai ia yang harus mempertanggung jawabkannya.
c. Jabariah
merupakan pecahan dari Murji’ah berteori bahawa manusia tidak memiliki
kemerdekaan dalam berbuat. Semua tingkah laku manusia dipaksakan oleh Tuhan.
d. Asy’ariyah
dan Maturidiyah yang pendapatnya di antara Qadariah dan Jabariah.
2.3 Tuhan Menurut Agama-agama Wahyu
Tuhan
adalah sesuatu yang gaib. Informasi tentang Tuhan hanya berasal dari manusia
biarpun dinyatakan sebagai hasil renungan maupun pemikiran rasional, tidak akan
benar.
Informasi
tentang asal-usul kepercayaan terhadap Tuhan antara lain :
·
Al Anbiya 92 menjelaskan bahwa tidak ada
perbedaan konsep tentang ajaran Ketuhanan sejak zaman dulu hingga sekarang
yaitu konsep Tauhid. Jika terjadi perbedaan ajaran tentang Ketuhanan di antara
agama-adalah karena perbuatan manusia. Ajaran yang tidak sama tersebut
merupakan manipulasi dan kebohongan manusia yang teramat besar.
·
Al Maidah 72 menjelaskan bahwa
diharamkan bagi mereka yang mempersekutukan Allah dan tempat mereka adalah
neraka.
·
Al Ikhlas 1-4 menjelaskan bahwa Allah
Maha Esa. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan dan tidak seorangpun
yang setara dengan Dia.
Dari
penjelasan ayat-ayat di atas, maka sebutan yang benar bagi Tuhan yang
benar-benar Tuhan adalah “Allah” dan kemahaesaan Allah tidak melalui teori
evolusi melainkan melalui wahyu yang datang dari Allah. Keesaan Allah adalah
mutlak. Sebagai umat Islam, kalimat syahadat La ilaaha illa Allah sebagai
prioritas utama dengan menempatkan Allah dalam setiap perbuatan dan ucapan.
Konsep
kalimat syahadat tersebut memberi manusia kecenderungan untuk mencari Tuhan
lain selain Allah dan hal itu akan kelihatan dalam sikap dan praktik dalam
kehidupan.
2.4 Pembuktian Wujud Tuhan
1.
Metode
Pembuktian Ilmiah
Metode
ini mengenal hakikat melalui percobaan dan pengamatan, sedang akidah agama
berhubungan dengan alam di luar indera yang tidak mungkin dilakukan percobaan
tetapi agama didasarkan pada analogi dan induksi. Agama tidak memiliki landasan
ilmiah. Agama tidak berarti “iman kepada yang ghaib “ dan ilmu pengetahuan
adalah percaya kepada “pengamatan ilmiah”. Sebab agama dan ilmu pengetahuan
keduanya berlandaskan pada keimanan pada yang ghaib, hanya saja ruang
lingkupnya yang berbeda. Sebenarnya apa yang disebut iman kepada yang ghaib
oleh orang mukmin adalah iman kepada hakikat yang tidak diamati.
2.
Keberadaan
Alam Membuktikan Adanya Tuhan
Alam
semesta dan organisasi yang berada di dalamnya serta rahasia peliknya tentunya
memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang telah menciptakannya dan
tidak ada batasnya. Jika percaya tentang eksistensi alam, maka secara logika
harus pencaya adanya pencipta alam. Belum pernah diketahui adanya sesuatu yang
berasal dari tidak ada tanpa diciptakan.
3.
Pembuktian
Adanya Tuhan dengan Pendekatan Fisika
Hukum
Termodinamika membuktikan bahwa adanya alam tidak mungkin bersifat azali
(menciptakan dirinya sendiri). Hukum tersebut menjelaskan bahwa proses kimia
dan fisika di alam terus berlangsung. Jika alam ini azali maka sejak dulu alam
sudah kehilangan energinya, sesuai dengan hukum tersebut dan tidak akan ada
lagi kehidupan di alam ini. Oleh karena itu pasti ada yang menciptakan alam
yaitu Tuhan.
4.
Pembuktian
Adanya Tuhan dengan Pendekatan Astronomi
Jika
kita memperhatikan sistem tata surya
yang luar biasa dan begitu teliti, tentunya akan timbul kesimpulan bahwa tidak
mungkin semuanya ini terjadi dengan sendirinya, tetapi ada kekuatan maha besar
yang mengendalikan sistem yang luar biasa tersebut yaitu Tuhan. Pembuktian
melalui pemahaman keserasian alam, oleh Ibnu Rusyd diberi istilah “Dalil
Ikhtira”. Ibnu Rusyd juga menggunakan metode lain yaitu “Dalil Inayah” yaitu
metode pembuktian adanya Tuhan melalui pemahaman dan penghayatan manfaat alam
bagi kehidupan manusia.
Komentar
Posting Komentar