MAKALAH AGAMA KEIMANAN&KETAKWAAN
2.1
Definisi Iman
dan taqwa
2.1.1 Pengertian Iman
Kebanyakan orang
menyatakan bahwa kata iman berasal dari kata kerja amina-ya’manu-amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu, iman
yang berarti percaya menunjuk sikap batin yang terletak di dalam hati. Dalam
hadits diriwayatkan Ibnu Majah Attabrani, iman didefinisikan dengan keyakinan
dalam hati, diikrarkan dengan lisan, yang diwujudkan dengan amal perbuatan. Dengan
demikian, iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati, ucapan, dan
perbuatan serta dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan gaya hidup.
Istilah iman dalam
Al-Qur’an selalu dirangkaikan dengan kata lain yang memberikan corak dan warna
tentang sesuatu yang imani seperti dalam surat An-Nisa ayat 51 yang dikaitkan
dengan Jibti (kebatinan/idealisme). Kata iman yang tidak dirangkaikan dengan
kata lain dalam Al-Qur’an mengandung arti positif. Dengan demikian, kata iman
yang tidak dikaitkan dengan kata Allah atau dengan ajaran-Nya, dikatakan
sebagai iman haq. Sedangkan yang
dikaitkan dengan selainnya disebut iman bathil.
2.1.2 Pengertian Takwa
Kata takwa
(التَّقْوَى) dalam etimologi bahasa Arab berasal dari kata kerja (وَقَى) yang
memiliki pengertian menutupi, menjaga, berhati-hati dan berlindung. Oleh karena
itu imam Al Ashfahani menyatakan: Takwa adalah menjadikan jiwa berada dalam perlindungan
dari sesuatu yang ditakuti, kemudian rasa takut juga dinamakan takwa. Sehingga
takwa dalam istilah syar’i adalah menjaga diri dari perbuatan dosa. Takwa
adalah amalan hati dan letaknya di kalbu. “Demikianlah
(perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan syiar – syiar Allah maka
sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS 22:32).
Keimanan dan
ketakwaan seorang muslim adalah kunci agar mendapatkan ridho dan barokah dari
Allah SWT. Iman Islam dalam diri seorang muslim harus dibarengi dengan takwa.
Bila seorang muslim percaya dengan keberadaan Allah, maka tentunya ia takut
kepada Allah. Itulah yang dinamakan takwa. Taqwa / takwa ,yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya; tidak cukup diartikan
dengan
takut saja. Adapun arti lain dari taqwa adalah:
1. Melaksanakan segala
perintah Allah
2. Menjauhkan diri dari segala
yang dilarang Allah (haram)
3. Ridho (menerima dan ikhlas)
dengan hukum-hukum dan ketentuan Allah
2.1.3
Wujud
Iman
Aqidah Islam dalam
Al-Qu’an disebut iman. Aqidah islam adalah bagian yang paling pokok dalam
islam. Aqidah islam atau iman mengikat seorang muslim sehingga dia terikat
dengan segala aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi
seorang muslim berarti meyakini dengan sepenuh hati dan melaksanakan sesuatu
yang diatur segala dalam ajaran Islam.
2.2
Proses
Terbentuknya Iman
Benih iman yang dibawa
sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang berkesinambungan. Benih yang
unggul apabila tidak disertai pemeliharaan yang intensif, besar kemungkinan
menjadi punah. Demikian pula halnya dengan benih iman, berbagai pengaruh
seseorang akan mengarahkan iman atau kepribadian seseorang. Pengaruh pendidikan
keluarga secara langsung maupun tidak langsung, baik yang disengaja maupun
tidak berpengaruh terhadap iman seseorang.
Pada dasarnya, proses
pembentukkan iman memiiki beberapan prinsip dengan mengemukakan implikasi
metodologiknya:
1)
Prinsip
Pembinaan Berkesinambungan
Implikasinya ialah
diperlukan motivasi sejak kecil dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu,
penting mengarahkan prose motivasi, agar dapat membuat tingkah laku lebih
terarah.
2)
Prinsip
Internalisasi dan Individuasi
Implikasi
metodologiknya ialah bahwa pendekatan untuk membentuk tingkah laku yang
mewujudkan nilai iman tidak mengutamakan nilai dalam bentuk jadi, tetapi juga
harus mementingkan proses dan cara pengenalan nilai hidup tersebut dari sudut
anak didik.
3)
Prinsip
Sosialisasi
Usaha pembentukkan
tingkah laku mewujudkan nilai iman hendaknya tidak diukur keberhasilannya
terbatas pada tingkat individual (yaitu dengan memperhatikan kemampuan
seseorang dalam kedudukannya sebagai individu), tetapi perlu mengutamakan
penilaian dalam kehidupan interaksi sosial (proses sosialisasi) orang tersebut.
4)
Prinsip
Konsistensi dan Koherensi
Usaha yang
dikembangkan untuk mempercepat tumbuhnya tingkah laku yang mewujudkan nilai
iman hendaknya selalu konsisten dan koheren. Setiap langkah yang dahulu akan
mendukung dan memperkuat langkah berikutnya. Pendekatan ini diharapkan dapat
membuat proses pembentukan tingkah laku berlangsung lancar dan cepat, karena
kerangka pola tingkah laku sudah tercipta.
5)
Prinsip
Integrasi
Nilai iman hendaknya
dapat dipelajari seseorang tidak sebagai ilmu dan keterampilan tingkah laku
yang terpisah-pisah, tetapi melalui pendekatan yang integratif, dalam kaitan
problematik kehidupan yang nyata.
2.3
Tanda-Tanda
Orang Beriman
Al-Qur’an menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai
berikut :
1. Jika
disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak
lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat Al-Qur’an, maka
bergejolak hatinya untuk segera melaksanakannya (Al Anfal : 2). Dia akan
berusaha memahami ayat yang tidak dia pahami sebelumnya.
2. Memelihara
amanah dan menempati janji (Al-Mukminun : 6). Seorang mukmin tidak akan
berkhianat dan dia akan selalu memegang amanah dan menepati janji.
3. Tidak
meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (An-Nur : 62). Sikap seperti itu
merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin, orang yang berpandangan dengan
ajaran Allah dan Sunnah Rasul.
Abu A’la Maududi menyebutkan tanda
orang beriman sebagai berikut :
1.
Menjauhkan diri dari pandangan
yang sempit dan picik
2.
Memiliki kepercayaan
terhadap diri sendiri dan tahu harga diri.
3.
Memiliki sifat rendah
hati dan khidmat
4.
Senantiasa jujur dan
adil
5.
Tidak bersifat murung
dan putus asa dalam menghadapi setiap persoalan dan situasi
6.
Memiliki pendirian
yang teguh, kesabaran, ketabahan, dan optimisme
7.
Memiliki sifat
ksatria, semangat, dan berani, tidak gentar menghadapi resiko, bahkan tidak
takut kepada maut.
8.
Memiliki sikap hidup
damai dan ridha.
9.
Patuh, taat, dan
disiplin menjalankan peraturan Ilahi.
Tauhid praktis disebut
juga tauhid ibadah, berhubungan dengan amal ibadah manusia. Tauhid praktis
merupakan terapan dari tauhid teoritis. Kalimat Laa ilaaha illallah (tidak ada Tuhan selain Allah) lebih menekankan
pengertian tauhid praktis (tauhid ibadah). Tauhid ibadah adalah ketaatan hanya
kepada Allah.
Dengan demikian
bertauhid mengesakan Tuhan dalam pengertian yakin dan percaya kepada Allah
melalui fikiran, membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan
mengamalkan dengan perbuatan.
2.4
Implementasi
Iman dan Takwa
2.4.1
Problematika,
tantangan, dan resiko dalam kehidupan modern
Berbicara tentang
masalah sosial budaya berarti berbicara tentang masalah alam pikiran dan
realitas hidup masyarakat. Alam pikiran bangsa Indonesia adalah majemuk
(pluralistik), sehingga pergaulan hidupnya selalu dipenuhi oleh konflik baik
sesama orang Islam maupun orang Islam dengan non-Islam.
Secara ekonomi bangsa
Indonesia semakin tambah terpuruk. Hal ini karena diadopsinya sistem
kapitalisme dan melahirkan korupsi besar-besaran. Sedangkan di bidang politik,
muncul konflik di antara partai dan semakin jauhnya anggota parlemen dengan
nilai Al-Qur’an, karena pragmatis dan oportunis.
Di bidang sosial
muncul masalah berbagai tindakan kriminal dan pelanggaran HAM. Lebih
memprihatinkan lagi adalah tindakan penyalahgunaan narkoba oleh anak sekolah,
mahasiswa dan masyarakat. Persoalan muncul karena wawasan ilmunya salah, sedang
ilmu merupakan roh yang menggerakkan dan mewarnai budaya. Untuk membebaskan
bangsa Indonesia dari berbagai persoalan di atas, perlu diadakan revolusi
pandangan. Dalam kaitan ini, iman dan takwa yang dapat berperan menyelesaikan
problema dan tantangan kehidupan modern tersebut.
2.4.2
Peran
Iman dan Takwa dalam Menjawab Problema dan
Tantangan
Kehidupan Modern
Berikut dikemukakan
beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia :
a.
Iman
melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda
Orang yang beriman
hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau Allah hendak memberikan
pertolongan, maka tidak ada satu kekuatan pun yang dapat mencegahnya.
b.
Iman
menanamkan semangat berani menghadapi maut
Orang
yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian di tangan Allah. Pegangan orang
beriman mengenai soal hidup dan mati adalah firman Allah :
Di mana saja kamu berada, kematian akan datang mendapatkan
kamu kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh
(An Nisa’ 4 : 78)
c.
Iman
menanamkan sikap self help dalam
kehidupan
Rezeki atau mata
pencaharian memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Banyak orang yang
melepaskan pendiriannya, karena kepentingan penghidupannya.
d.
Iman
memberikan ketentraman jiwa
Seorang yang beriman
tidak pernah ragu pada keyakinannya terhadap Qadla dan Qadar. Dia mengetahui
dan meyakini seyakin-yakinnya bahwa Qadla dan Qadar Allah telah tertulis di
dalam kitab. Orang mukmin mengetahui bahwa mati adalah satu kepastian. Oleh
sebab itu dia tidak takut menghadapi kematian. Keberanian selalu mendampingi
hati seorang mukmin.
e.
Iman
mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan
tayyibah)
Kehidupan manusia yang
baik adalah kehidupan orang yang selalu melakukan kebaikan dan mengerjakan
perbuatan yang baik.
f.
Iman
melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
Iman memberi pengaruh
pada seseorang untuk selalu berbuat dengan ikhlas, tanpa pamrih, kecuali keridaan
Allah. Orang yang beriman senantiasa konsekuen dengan apa yang telah
diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya.
g.
Iman
memberikan keberuntungan
Orang yang beriman
selalu berjalan pada arah yang benar, karena Allah membimbing dan mengarahkan
pada tujuan hidup yang hakiki.
h.
Iman
mencegah penyakit
Akhlak, tingkah laku,
perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh manusia mukmin
dipengaruhi oleh iman. Iman mampu mengatur hormon dan selanjutnya membentuk
gerak, tingkah laku, dan akhlak manusia.
Jika karena pengaruh
tanggapan, baik indera maupun akal, terjadi perubahan fisiologis tubuh
(keseimbangan hormon terganggu), seperti takut, marah, putus asa, dan lemah,
maka keadaan ini dapat dinormalisir kembali oleh iman.
Demikianlah pengaruh dan manfaat
iman pada kehidupan manusia, ia bukan hanya sekedar kepercayaan yang berada
dalam hati, tetapi menjadi kekuatan yang mendorong dan membentuk sikap dan
perilaku hidup.
2.5 Fungsi
Akal dan Wahyu Dalam Mengenal Tuhan,
Kewajiban Beribadah Kepada Tuhan Baik dan
Buruk, dan
Kewajiban Berbuat Baik dan Meninggalkan
Yang Buruk
2.5.1 Pengertian Akal
Kata akal sudah
menjadi kata Indonesia, berasal dari kata Arab al-‘Aql (العـقـل), yang dalam
bentuk kata benda. Al-Qur’an hanya membawa bentuk kata kerjanya ‘aqaluuh dalam
1 ayat, 24 ayat, na’qil 1 ayat, ya’qiluha 1 ayat dan ya’qiluun 22 ayat,
kata-kata itu datang dalam arti faham dan mengerti. Maka
dapat diambil arti bahwa akal adalah peralatan manusia yang memiliki fungsi
untuk membedakan yang salah dan yang benar serta menganalisis sesuatu yang
kemampuanya sangat luas.
2.5.2
Fungsi Akal
1.
Tolak ukur akan kebenaran dan kebatilan.
2.
Alat untuk mencerna berbagai hal dan cara
tingkah laku yang benar.
3.
Alat penemu solusi ketika permasalahan datang.
Dan masih banyak lagi fungsi akal, karena hakikat dari akal adalah
sebagai mesin penggerak dalam tubuh yang mengatur dalam berbagai hal yang akan
dilakukan setiap manusia yang akan meninjau baik, buruk dan akibatnya dari hal
yang akan dikerjakan tersebut. Dan Akal adalah jalan untuk
memperoleh iman sejati, iman tidaklah sempurna kalau tidak didasarkan akal iman
harus berdasar pada keyakinan, bukan pada pendapat dan akalah yang menjadi
sumber keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa.
2.5.3
Kekuatan Akal
1.
Mengetahui Tuhan dan sifat-sifat-Nya.
2.
Mengetahui adanya kehidupan
di akhirat.
3.
Mengetahui bahwa kebahagian jiwa di akhirat
bergantung pada mengenal tuhan dan berbuat baik, sedang kesngsaran tergantung
pada tidak mengenal tuhan dan pada perbuatan jahat.
4.
Mengetahui wajibnya manusia mengenal Tuhan.
5.
Mengetahui kewajiban berbuat baik dan
kewajiban pula menjauhi perbuatan jahat untuk kebahagiannya di akhirat.
6.
Membuat hukum-hukum yang membantu dalam
melaksanakan kewajiban tersebut.
2.5.4 Pengertian Wahyu
Kata wahyu berasal dari kata arab الوحي, dan al-wahy adalah kata asli Arab dan
bukan pinjaman dari bahasa asing, yang berarti suara, api, dan kecepatan. Dan
ketika Al-Wahyu berbentuk masdar memiliki dua arti yaitu tersembunyi dan cepat.
oleh sebab itu wahyu sering disebut sebuah pemberitahuan tersembunyi dan cepat
kepada seseorang yang terpilih tanpa seorangpun yang mengetahuinya. Sedangkan
ketika berbentuk maf’ul wahyu Allah terhadap Nabi-Nya ini sering disebut Kalam Allah yang diberikan kepada Nabi
Menurut Muhammad Abduh dalam Risalatut Tauhid berpendapat bahwa wahyu
adalah pengetahuan yang di dapatkan oleh seseorang dalam dirinya sendiri
disertai keyakinan bahwa semua itu datang dari Allah SWT, baik melalui
perantara maupun tanpa perantara. Baik menjelma seperti suara yang masuk
dalam telinga ataupun lainya.
Wahyu berfungsi memberi informasi bagi manusia. Yang dimaksud memberi
informasi disini yaitu wahyu memberi tahu manusia, bagaimana cara berterima
kasih kepada Tuhan, menyempurnakan akal tentang mana yang baik dan yang buruk,
serta menjelaskan perincian upah dan hukuman yang akan di terima manusia di
akhirat.
Sebenarnya wahyu secara tidak langsung adalah senjata yang diberikan Allah
kepadaNabi-Nya untuk
melindungi diri dan pengikutnya dari ancaman orang-orang yang tak menyukai
keberadaanya. Dan
sebagai bukti bahwa beliau adalah utusan sang pencipta yaitu Allah SWT.
1.
Wahyu ada karena ijin dari Allah, atau wahyu ada
karena pemberian Allah.
2.
Wahyu lebih condong melalui dua mukjizat yaitu Al-Qur’an
dan As-Sunnah.
3.
Membuat suatu keyakinan pada diri manusia.
4.
Untuk memberi keyakinan yang penuh pada hati
tentang adanya alam ghaib.
5.
Wahyu turun melalui para ucapan nabi-nabi.
Kewajiban Beribadah Kepada Tuhan Baik Dan Buruk
Ibadah artinya menghambakan diri, tunduk dan patuh kepada Allah SWT.
Ibadah mengandung pengertian yang luas, yaitu seluruh ketaatan dan kesetiaan
terhadap hukum dan undang-undang Allah SWT, baik ketaatan lahir maupun batin.
Ibadah terbagi menjadi 2 macam, ada Ibadah Mahdah dan Ibadah Ghairu Mahdah.
Ibadah Mahdah yaitu ibadah yang sudah ditentukan baik waktu, ukuran
maupun caranya. Misalnya sholat, zakat, puasa, haji, dan lain-lain. Sedangkan
Ibadah Ghairu Mahdah adalah ibadah yang tidak ditentukan waktu dan ukuran
kadarnya. Misalnya shadaqah, membaca Al-Quran, menolong orang yang dalam
keadaan duka, dan lain-lain. Sehingga tidak ada sisi kehidupan manusia yang
tidak bernilai. Ibadah Islam adalah satu-satunya agama yang menegaskan bahwa
bekerja adalah ibadah karena seluruh aspek kehidupan manusia harus benilai
ibadah.
Pada Surah
Al-Dzariat ayat 56 Allah telah menjelaskan yang artinya :
“Dan aku tidak menciptakan jin dan
manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT tidak menjadikan jin dan
manusia kecuali untuk tunduk kepada-Nya dan untuk merendahkan diri. Maka,
setiap makhluk baik jin maupun manusia wajib tunduk kepada peraturan Allah,
merendahkan diri terhadap kehendak-Nya, dan menerima apa yang ditakdirkan-Nya. Dalam
menyembah Allah, harus ikhlas, tidak dibuat-buat, jujur dan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam melaksanakan agama secara lurus, yaitu jauh dari syirik
(mempersekutukan Allah) dan kesesatan.
Kewajiban Berbuat baik dan meninggalkan yang buruk
Dalam agama islam telah ditetapkan bahwa islam adalah agama rahmatan lil alamin, agama yang penuh
kasih sayang. Hal ini seperti yang telah diajarkan Nabi Muhammad SAW dan yang
telah di wahyukan oleh Allah SWT adanya pengaturan yang berhubungan dengan
Tuhan yaitu Hablum minallah, dengan
manusia Hablum minannas, serta dengan
keberadaan alam semesta Hablum minal
a'lam...
Tak lepas dari konteks tersebut, tentang rahmatan lil alamin
agama islam juga mewajibkan setiap mukmin atau muslim yang sebagaiman telah diatur dalam Al-Quran,Yaitu ada 7 kewajiban seorang muslim :
1.
Menjawab salam : menjawab salam mempunyai hukum
yang wajib karena kita telah didoakan keselamatan bagi orang yang telah
memberikan salam.
2.
Menjenguk orang sakit : menjenguk orang sakit
adalah bagian atau salah satu hal yang dapat dilakukan untuk saling memberi
semangat sekaligus mengingatkan bahwa menjaga jasmani adalah sebagian dari
iman.
3.
Memberikan maaf : Allah swt adalah maha dari
segala maha untuk itu manusia yang hanya sebuah jentikan buih yang ada dilaut
ataupun debu yang ada di udara ada baiknya dengan lapang dan ikhlas dapat
memaafkan atas kesalahan yang pernah dilakukan oleh orang lain terhadap diri
kita.
4.
Menyambung Silahturahmi : menyambung
silahturahmi adalah sebagian dari cara yang dilakukan Nabi Muhammad SAW untuk
melakukan penyebaran agama islam. Dan silahturahmi itu pula yang mengikat
segala peradaban yang ada dimuka bumi ini untuk saling mendoakan dan menguatkan
sesama muslim.
5.
Berbuat baik : berbuat baik kepada sesama muslim
ataupun orang yang tidak baik kepada diri kita merupakan kewajiban yang diatur
dalam al-quran karena manusia adalah makhluk sosial yang diciptakan oleh Allah
SWT untuk saling membutuhkan.
6.
Menjawab doa orang yang sedang bersin : Hal ini
bahkan dilakukan pula oleh setiap malaikat apabila mendengar ataupun melihat
seseorang yang sedang bersin dan membaca Hamdallah setelahnya maka wajib
hukumnya bagi yang mendengar untuk menjawab Yarhamukallah / killah dan dijawab
kembali dengan Yahdikumullah / kumillah bagi yang telah bersin.
7.
Mendoakan
sesama muslim
2.6 Peran Akal Dalam Mengembangkan Pemikiran Agama
Agama Islam sangat menjunjung tinggi kedudukan akal. Sebagai risalah
Ilahiyyahterakhir, Islam mempersyaratkan kewajiban menjalankan agama bagi orang
yang berakal.Artinya, orang yang hilang akalnya tidak diwajibkan mengerjakan
perintah atau menjauhilarangan-Nya. Dengan akal manusia mampu memahami
Al-Qur’an sebagai wahyu yangditurunkan lewat Nabi Muhammad SAW, dengannya juga
manusia mampu menelaahkembali sejarah Islam dari masa lampau. Setelah Nabi
Muhammad SAW wafat, permasalahan yang dihadapi umat Islamsemakin kompleks. Oleh
karena itu, untuk mengatasi masalah-masalah yang belum adatuntunan penyelesaiannya
baik dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah, maka muncullah jalan ketiga yakni
ijtihad.
Ijtihad adalah upaya yang
dilakukan guna mencapai pengetahuan tentang ajaran Nabi Muhammad SAW
dengan tujuan mengikuti ajaran beliau di
samping mengaitkan permasalahan-permasalahan baru ke dalam kaidah yangtelah
disimpulkan dari Al-Qur’an dan Hadits. Dalam ajaran agama yang diwahyukan ada
dua jalan untuk memperoleh pengetahuan, yaitu melalui akal dan wahyu.
Akal adalah anugerah yang
diberikan AllahSWT yang mempunyai kemampuan untuk berpikir, memahami,
merenungkan, danmemutuskan. Sedangkan wahyu adalah penyampaian sabda Allah
SWT kepada orang yang menjadi pilihannya untuk diteruskan kepada umat manusia
sebagai pegangan dan panduan hidupnya agar dalam perjalanan hidupnya
senantiasa pada jalur yang benar.
Akal dan wahyu mempunyai
peran yang sangat penting dalam perjalanan hidup manusia. Wahyu diturunkan
Allah SWT kepada manusia yang berakal sebagai petunjuk mengarungi
lika-liku kehidupan di dunia ini. Akal tidak serta merta mampu
memahamiwahyu Allah SWT, adalah panca indera manusia yang menyertainya untuk
dapatmemahami wahyu yang diturunkan Allah SWT.
Dengan demikian, ada
hubungan yangerat antara wahyu sebagai kebenaran yang mutlak karena
berasal dari Allah SWT dengan perjalanan hidup manusia. Salah seorang Tokoh
yang membicarakan masalah akal dan wahyu adalah QuraishShihab, dalam bukunya Logika
Agama : Kedudukan Wahyu dan Batas-Batas akal dalam Islam. Di sini terlihat
jelas bahwa Quraish Shihab mengakui penting peranan akal dalam memahami
agama/wahyu,
namun di sisi lain akal juga memiliki keterbatasan. Sebagian ajaran
agama memang dapat dimengerti oleh akal, tetapi tidak sedikit yang masih
menyimpan misteri kalau kita pikirkan.
Komentar
Posting Komentar