MAKALAH AGAMA HAKIKAT MANUSIA
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Hakikat Manusia
Manusia
adalah mahluk paling sempurna yang diciptakan oleh Allah SWT. Kesempurnaan yang
dimiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka
sebagai khalifah dimuka bumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari
tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah.
Dengan
demikian, manusia adalah makhluk hidup. Di dalam diri manusia terdapat apa-apa
yang terdapat di dalam makhluk hidup lainnya yang bersifat khsusus. Dia berkembang,
bertambah besar, makan, istirahat, melahirkan dan berkembang biak, menjaga dan
dapat membela dirinya, merasakan kekurangan dan membutuhkan yang lain sehingga
berupaya untuk memenuhinya. Dia memiliki rasa kasih sayang dan cinta. Manusia
sebagai mahluk yang telah diberikan kesempurnaan haruslah mampu menempatkan
dirinya sesuai dengan hakikat diciptakannya yakni sebagai penjaga atau
pengelola bumi yang dalam hal ini disebut dengan khalifah. Status manusia
sebagai khalifah , dinyatakan dalam Surat Al-Baqarah ayat 30. Kata khalifah
berasal dari kata khalafa yakhlifu
khilafatan atau khalifatan yang
berarti meneruskan, sehingga kata khalifah dapat diartikan sebagai pemilih atau
penerus ajaran Allah. Akan tetapi fungsi dari khalifah itu sendiri sesuai dengan
yang telah diuraikan diatas sangatlah luas, yakni selain sebagai pemimpin
manusia juga berfungsi sebagai penerus ajaran agama yang telah dilakukan oleh
para pendahulunya, selain itu khalifah juga merupakan pemelihara ataupun
penjaga bumi ini dari kerusakan.
2.2 Persamaan dan
Perbedaan Manusia dengan Makhluk Lain
Manusia pada
hakekatnya sama saja dengan makhluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat dan
tujuan. Kelebihan dan keunggulan manusia dibanding makhluk lainnya terletak
pada dimensi pengetahuan, kesadaran dan tingkat tujuan. Letak perbedaan yang
paling utama antara manusia dengan makhluk lainnya adalah dalam kemampuannya
melahirkan kebudayaan. Kebudayaan hanya manusia saja yang memilikinya,
sedangkan binatang hanya memiliki kebiasaan yang bersifat instinctif.
Kelebihan
manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik
darat, laut maupun di udara. Disamping itu, manusia diberi akal dan hati,
sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa Al-Qur’an. Dengan
ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan
sebaik-baiknya. Manusia tetap bermartabat mulia, kalau sebagai khalifah
(makhluk alternatif) tetap hidup dengan ajaran Allah. Oleh karena ilmunya
manusia dilebihkan dari makhluk lainnya. Karakteristik manusia adalah sebagai
berikut :
1. Aspek Kreasi
Apapun yang ada
pada tubuh manusia sudah dirakit dalam suatu tatanan terbaik dan sempurna. Hal
ini bisa dibandingkan dengan makhluk lain dalam aspek penciptaannya.
2. Aspek Ilmu
Manusia punya
kesempatan memahami lebih jauh hakekat alam semesta dan sekelilingnya.
Pengetahuan hewan hanya sebatas pada naluri dasar yang tidak bisa dikembangkan
melalui pendidikan dan pengajaran.
3. Aspek Kehendak
Manusia memiliki
kehendak yang menyebabkan bisa mengadakan pilihan dalam hidup. Makhluk lain
hidup dalam suatu pola yang telah baku dan tak akan pernah berubah.
4. Pengarahan Akhlak
Manusia adalah
makhluk yang dapat dibentuk akhlaknya, maka dari itu lembaga pendidikan
diharapkan dapat mengarahkan kehidupan generasi yang akan datang. Jika manusia
hidup dengan ilmu selain ilmu Allah, maka manusia tidak bermartabat lagi.
Keadaan demikian, manusia disamakan denga binatang.
2.3 Tujuan Penciptaan
Manusia
Tujuan
penciptaan manusia adalah untuk penyembahan pada penciptanya, yaitu Allah.
Pengertian penyembahan kepada Allah tidak boleh diartikan secara sempit, dengan
hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam shalat saja. Penyembahan
berarti kedudukan manusia pada hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka
bumi, baik ibadah ritual/mahdlah yang
menyangkut hubungan vertikal (manusia dengan Tuhan) maupun ibadah sosial/’aam yang menyangkut horizontal (manusia
dengan manusia dan alam semesta).
Penyembahan yang
sempurna dari seseorang manusia akan menjadikan dirinya sebagai khalifah Allah
di muka bumi dalam mengelola kehidupan alam semesta. Keseimbangan alam dapat
terjaga dengan hukum alam yang kokoh dan tegaknya hukum kemanusiaan yang Allah
terapkan.
2.4 Fungsi dan
Peranan Manusia
Status dasar
manusia yang dipelopori Adam adalah sebagai khalifah. Khalifah diartikan
sebagai makhluk penerus ajaran Allah, maka peran yang dilakukan adalah sebagai
pelaku ajaran Allah dan sekaligus menjadi pelopor dalam membudayakan ajaran
Allah. Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah
ditetapkan Allah, di antaranya ialah :
1. Belajar
Objek belajar
adalah ismurabbika allazi khalaq dan khalaqal insaana min’alaq, yaitu ilmu
Allah yang berwujud Al Qur’an dan ciptaan-Nya.
2. Mengajarkan Ilmu
Ilmu yang
diajarkan oleh khalifatullah bukan hanya ilmu yang dikarang manusia saja,
tetapi juga ilmu Allah. Kalau ia mengajarkan sains yang dikarang manusia, ia
tak lupa memperhatikan ilmu Allah. Pengertian ilmu Allah tidak identik dengan
ilmu agama. Tiak terbentuk asumsi bahwa yang bukan ilmu agama adalah bukan ilmu
Allah.
3. Membudayakan Ilmu
Proses
pembudayaan ilmu Allah berjalan seperti proses pembentukan kepribadian dan
proses iman. Tahu, mau dan melakukan apa yang diketahui. Wujud pembudayaan ilmu
Allah adalah tercapainya situasi pola hidup dan kehidupan.
Sebagai seorang
khalifah semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama umat manusia dan
hamba Allah, serta pertanggung jawabannya pada tiga instansi, yaitu :
1.
Pertanggung jawaban pada Allah.
2.
Pertanggung jawaban pada diri sendiri
3.
Pertanggung jawaban pada masyarakat
Dengan menyadari
adanya pertanggung jawaban pada tiga instansi tersbut, maka fungsi dan peran
manusia di dunia walaupun bersifat keduniaan, karena ia juga seorang khalifah,
ia tetap harus memelihara semua kepercayaan yang diberikan kepadanya.
2.4.1 Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah
Makna esensial dari
kata ‘abd (hamba) adalah ketaatan,
ketundukan, dan kepatuhan. Dalam hubungan dengan Tuhan, manusia menempati
posisi sebagai ciptaan dan Tuhan sebagai Pencipta. Posisi ini memiliki
konsekuensi adanya keharusan manusia menghambakan diri pada Allah dan dilarang
menghambakan pada dirinya, serta menghamba pada hawa nafsunya.
Seorang hamba
Allah juga memiliki tanggung jawab terhadap keluarga. Dalam Al Qur’an,
dinyatakan dengan quu anfusakum
waahliikum naaran (jagalah dirimu dan keluargamu, dengan iman, dari
neraka). Tanggung jawab hamba Allah adalah menegakkan keadilan. Oleh karena
itu, seorang hamba harus senantiasa melaksanakan shalat dalam rangka
menghindarkan diri dari kekejian dan kemungkaran.
2.4.2 Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah
Allah
Khalifah berarti
wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Sebagai khalifah, manusia diberi
wewenang berupa kebebasan memilih dan menentukan, sehingga kebebasannya
melahirkan kreatifitas yang dinamis. Kebebasan manusia sebagai khalifah
bertumpu pada landasan tauhidullah,
sehingga kebebasan yang dimiliki tidak menjadikan manusia bertindak
sewenang-wenang. Manusia sebagai khalifah dan ‘abd di muka bumi merupakan
perpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika hidup yang sarat
dengan kreatifitas dan amaliah yang selalu berpihak pada nilai kebenaran.
Dengan demikian,
manusia sebagai khalifah dan hamba Allah merupakan kesatuan yang menyempurnakan
nilai kemanusiaan sebagai makhluk yang memiliki kebebasan berkreasi dan
sekaligus mengahadapkannya pada tuntutan kodrat yang menempatkan posisinya pada
keterbatasan.
BAB III
KESIMPULAN
Manusia
adalah mahluk Allah yang paling mulia,di dalam Al-qur’an banyak sekali
ayat-ayat Allah yang memuliakan manusia dibandingkan dengan mahluk yang
lainnya. Sifat hakikat manusia dan segenap dimensinya hanya dimiliki oleh
manusia dan tidak terdapat pada makhluk lainnya. Dan dengan adanya ciri-ciri
dan sifat-sifat utama yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia
menjadikannya makhluk yang terpilih diantara lainnya memegang gelar sebagai
khalifah di muka bumi untuk dapat meneruskan, melestarikan, dan memanfaatkan
segala apa yang telah Allah ciptakan di alam ini dengan sebaik-baiknya.
Sifat
hakikat tersebut juga memberikan kedudukan pada manusia sedemikian rupa sehingga
derajatnya lebih tinggi daripada makhluk lainnya dan sekaligus dapat
mengendalikan sifat keduniaan. Dengan memperhitungkan hakikat manusia menurut
agama Islam, diharapakan dapat ditumbuhkembangkan secara selaras dan berimbang
sehingga menjadi manusia yang utuh.
Komentar
Posting Komentar