Cuma Perihal Pulang
Umpamakan
seandai - andainya, lalu punggung itu hilang entah mati tenggelam dalam warna
senja atau justru pulang. Dia kebingungan, pohon mangganya hilang. Dia diam,
memperhatikan dari atap gedung berlantai 23, titik - titik berjalan berlawanan
arah di bawah dan bunyi klakson 'lupa' tahu diri. Sekali lagi, di depan
matanya, dia duduk di bawah pohon mangga kesayangan sambil jemarinya memainkan
nada tak beraturan pada seruling pemberian baba. Uwang, panggilan untuk
kerbaunya, sedang makan enak rumput bukit yang belum tercemar. Sawah - sawah
milik pak erte membentang luas seperti ingin tumpah ke pelupuk matanya. Hijau.
Kuning. Hijau. Kuning. Kuning. Hijau. Ku…rang ajar! Dia kepanasan. Tidak ada
penghalang untuk terik. Yang ada hanyalah kotak -kotak bodoh, tinggi, tak
berbaju di depan matanya. Dia memutuskan untuk turun, menggunakan lift, lagi -
lagi 'kotak' berjalan. Semuanya hanya permainan dekorasi, padahal bentuk
dasarnya tetaplah kotak.
Terburu -
buru, dia menaiki taksi. Argo berjalan ke arah terminal, untuk pulang kepada
umeh dan si bungsu. Rupanya harga tiket
bis sudah naik. Seminggu belakangan ini dia tidak menonton televisi, tidak
mendengar berita kalau harga cairan dari perut bumi sedang merangkak naik ke
langit, ulah orang -orang yang tinggal di dalam kotak tak berbaju. Belakangan,
dia begitu intim dengan rutinitas hingga pada akhirnya, tepatnya hari ini, dia
muak dipecundangi oleh deadline. Matanya
mulai terhibur. Dari kotak - kotak, lambat - laun berganti hijau tak beraturan,
kuning yang menyejukkan. Jika bingung, anggap saja hijau adalah pepohonan, dan
kuning adalah sawah - sawah yang siap untuk dipanen. Bis yang ditumpanginya
mulai bergoyang -goyang menandakan jalan tak lagi mulus karena tak bisa
perawatan kecantikan. Obat anti jerawat begitu mahal sehingga tidak terjangkau
untuk jalan - jalan yang di kelilingi si hijau dan si kuning. Dari bis antar
kota sampai berjalan kaki, dari merasakan jalan mulus sampai jalan batu dan
berlubang seperti jerawat para gadis.
Dia
sumringah, sebentar lagi sampai kepada pulang. Baginya, perjalanan pulang
adalah cara paling terhormat untuk menaklukan kebahagiaan. Perjalanan pulang
adalah saat di mana bahagia bertekuk lutut di depannya. Tidak apa - apa untuk
tidak membawa apa - apa. Rumah - rumah mulai sepi, keadaan sudah dibeli. Sawah
- sawah ikutan hilang diganti dengan
pondasi untuk membangun si kotak kembali. Dia tertegun lamanya, memperhatikan
penampakan rumah seperti habis diperkosa. Berantakan. Beberapa genting retak,
ada pula yang hilang entah kemana. Kayu - kayu penyangga rumah semakin tua
meronta minta dipensiunkan. Bertahanlah, kau akan tetap meronta ketika menerima
uang pensiun. Beberapa daun nipah untuk menutupi atap yang bocor jatuh tak
berdaya ke tanah, lama tak diberi gaji. Warna rumah hampir semuanya coklat
kehitaman, puas dimakan waktu.
Pintu
berderit tertiup angin. Si umeh keluar, naluri seorang ibu. Dia luruh ke dalam
pelukan umeh. Menikmati aroma tubuhnya. Aroma masakan umeh, asap dapur, dan
keringat sehabis dari ladang. Semuanya menyatu, aroma tubuh umeh yang paling
dia rindukan. Kemudian dia mencium tangan umeh yang dia sebut sebagai buku
kehidupan. Buku kehidupan itu kini mulai dipenuhi garis - garis penuaan,
keriput, darisanalah dia ditempa. Aih, umeh terlihat cantik hari ini. Kalimat
ini selalu dia ucapkan setiap kali umeh mengenakan daster batik kesayangannya,
atau memang sayang untuk dibuang mengingat bolong
di sana - sini menghiasi desain aslinya. Di bagian bahunya, lubang sepanjang
jari telunjuk orang dewasa memperlihatkan sedikit tubuhnya yang sedang
menyambut renta. Dari bawah ketiak kiri hingga pinggang setidaknya umeh tidak
kegerahan ketika sedang memasak nasi di atas kayu bakar, dan ditambah lagi
bagian tepi bawah yang menjuntai semrawut
sebagai sentuhan akhir untuk menambah betapa antiknya daster umeh ini. Jangan
tanya soal warnanya. Membingungkan. Yang dia tahu dulu daster ini berwarna
coklat kayu, tetapi sekarang menjadi coklat mudakah? Cream kah? Tetapi ada beberapa bagian yang berwarna kekuningan,
mungkin terlalu sering di depan komputer membuatnya menjadi buta warna.
Komentar
Posting Komentar