MANUSIA SBG MAKHLUK SOSIAL&INDIVIDU
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk Tuhan
Yang Maha Esa yang paling sempurna dari makhluk lainnya. Manusia disebut juga
insan dalam bahasa Arabnya berasal dari kata nasiya yang berarti lupa dan kata dasar al-uns yang berarti jinak. Kata insan dipakai untuk menyebut
manusia yang memiliki sifat lupa dan jinak artinya manusia selalu menyesuaikan
diri dengan keadaan yang baru disekitarnya[1].
Dengan segala kelebihan yang dimiliki manusia dibanding makhluk lainnya membuat
manusia memiliki kedudukan atau derajat yang lebih tinggi. Manusia juga
disertai akal, pikiran, perasaan sehingga manusia dapat memenuhi segala
keinginannya yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa.
Manusia memiliki peranan dalam
berbagai hal. Untuk itu, dalam kehidupannya manusia memiliki dua keadaan yaitu
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
hal tersebut tentunya memiliki karakteristik masing-masing yang dapat menjadi ciri khas kapan manusia itu bisa dikatakan berperilaku sebagai makhluk individu dan kapan manusia tersebut berperilaku sebagai makhluk sosial serta pada akhirnya individu-individu ini bergabung menjadi masyarakat baik di pedesaan maupun perkotaan.
hal tersebut tentunya memiliki karakteristik masing-masing yang dapat menjadi ciri khas kapan manusia itu bisa dikatakan berperilaku sebagai makhluk individu dan kapan manusia tersebut berperilaku sebagai makhluk sosial serta pada akhirnya individu-individu ini bergabung menjadi masyarakat baik di pedesaan maupun perkotaan.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apakah
definisi dari individu dan masyarakat ?
2. Hal-hal
apa saja yang menjadi karakteristik dari masyarakat ?
3. Apa
yang membedakan masyarakat pedesaan dan perkotaan (karakteristik) ?
1.3. Tujuan
1.
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi
pembaca.
2.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Ilmu
Sosial dan Budaya Dasar (ISBD).
3.
Sumber inspirasi bagi pembaca untuk melakukan
penelitian lebih lanjut.
4.
Sebagai khasanah pustaka di perpustakaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Individu
Dan Masyarakat
2.1.1. Pengertian Individu
Individu merupakan bagian terkecil
dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi
menjadi bagian yang lebih kecil. Individu-individu ini saling
bergabung membentuk kelompok atau masyarakat yang masing-masingnya memiliki karakteristik yang sama dengan
kelompok dimana dirinya bergabung.
Individu berasal
dari kata individuum (Latin), yaitu
satuan kecil yang tidak dapat dibagi lagi. Individu sebagai mahkluk ciptaan Tuhan
di dalam dirinya meliputi raga, rasa, rasio, dan rukun. Viniagustia (2009),
“Individu adalah sebutan yang dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang
paling kecil dan terbatas.”
2.1.2. Manusia Selaku
Individu
Pada
dasarnya, setiap individu memiliki ciri-ciri yang berbeda, seperti
bentuk fisik, kecerdasan, bakat, keinginan, perasaan dan memiliki tingkat
pemahaman/arti tersendiri terhadap suatu objek. Individu yang baru lahir belum
memiliki kepribadian, nantinya individu berkembang menjadi pribadi dan proses
perkembangan disebut “ individualitas “ dan menghasilkan kepribadian.
Bagaimanapun besarnya pengaruh lingkungan keluarga atau lingkungan masyarakat,
seorang individu dituntut harus bertanggung jawab atas dirinya dan apa saja
yang dilakukannya. Kepribadian seseorang dipengaruhi oleh dua hal, yaitu :
faktor bawaan (genotipe) dan faktor lingkungan (fenotipe).
Manusia sebagai
makhluk individu merupakan makhluk yang diciptakan secara sempurna oleh Tuhan
Yang Maha Esa, memiliki peranan khas dalam lingkungan sosial, kepribadian dan
pola tingkah laku. Pola tingkah laku tersebut hampir identik dengan tingkah
laku yang bersangkutan. Proses yang meningkatkan ciri individualitas pada
dirinya sendiri disebut dengan proses individualisasi atau aktualisasi
individu.
Interaksional antara Individu, Keluarga, dan Masyarakat
a. Relasi Individu dengan Dirinya
Di sini muncul istilah ego, id, dan superego. Ego atau aku bertugas melaksanakan
dorongan untuk id, di sini id merupakan dorongan primitif yang
umumnya menghendaki sesuatu tersebut dipenuhi atau dilaksanakan demi kepuasan.
Lalu superego berarti kata hati ang
nantinya berhubungan dengan lingkungan sosial dan nilai moral sehingga menjadi
kontrol terhadap dorongan yang datang dari id.
Bila ego gagal menjaga keseimbangan
antara dorongan id dan larangan dari superego, maka individu akan mengalami
konflik batin terus-menerus.
b. Relasi Individu dengan Keluarga
Individu dilahirkan dari keluarga, tumbuh dan
berkembang membentuk batinnya. Peranan anggota keluarga merupakan hubungan
timbal balik dari relasi biologis, psikologis, dan sosial. Relasi inilah yang
membentuk kepribadian individu melalui sosialisasi.
penyebaran nilai budaya yang menjadi bahan
untuk pertimbangan dalam komunitas nantinya.
c. Relasi individu dengan Masyarakat
Masyarakat pada hakikatnya terdiri dari sekian
banyak komunitas yang di dalamnya mencakup berbagai macam keluarga, lembaga dan
individu. Relasi individu dengan masyarakat lebih bersifat abstrak, artinya
apabila nantinya terjadi sesuatu penyimpangan dalam sebuah masyarakat, tentunya
individu sangat berpengaruh.[2]
2.2.
Pengertian Masyarakat dan Ciri-Cirinya
Kata
" masyarakat " sendiri berasal dari bahasa Arab, musyarak. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang
interdependen (saling tergantung satu sama lain). Istilah masyarakat digunakan
untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang
teratur. Menurut Selo Soemardjan,”Masyarakat adalah orang-orang yang
hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.” Sedangkan Menurut Syaikh
Taqyuddin An-Nabhani ( ) :
Masyarakat
merupakan sekelompok
manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran,
perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut,
manusia kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.
Dari beberapa
pengertian di atas, maka dapat didefinisikan masyarakat merupakan sejumlah
individu yaang interpenden dalam suatu komunitas yang makro teratur dan
dibatasi dengan sistem/aturan yang disepakati bersama serta menghasilkan
kebudayaan.
2.2.1.
Fungsi Masyarakat
Adapun fungsi masyarakat bagi kehidupan manusia adalah:
Adapun fungsi masyarakat bagi kehidupan manusia adalah:
1. Melindungi
anggota masyarakat, menghindari segala penderitaan, perpecahan, perselisihan dan
segala bentuk kejahatan yang timbulkan oleh individu maupun kelompok yang ada
dalam masyarakat atau dari luar masyarakat itu sendiri. Untuk menyusun
kelangsungan hidup manusia menuju tertib dan damai sesuai dengan cita-cita
warga masyarakat yang bersangkutan.
2. Semakin
kuat pertahanannya sehingga segala kepentingan keselamatan serta kebutuhan hidupnya
akan lebih terjamin.
3. Sistem
komunikasi akan lebih lancar apabila dibandingkan dalam bentuk individu, karena
masyarakat itu dapat bercakap menggunakan bahasa, mengetahui adat istiadat
4. Stabilitas
pribadi akan lebih terarah dalam bentuk positif, sehingga tujuan dari terbentuknya
masyarakat itu tercapai. Seseorang mempunyai identitas dari dirinya sendiri, ia
baru menjadi seseorang dalam hidup jika dia hidup dalam masyarakat
5.
Didalam masyarakat terdapat lembaga masyarakat.
Lembaga ini diciptakan dengan sengaja menyangkut masalah kebutuhan bagian anggota
masyarakat. Maka dalam lembaga kemasyarakatan ini ada norma yang mengatur
pergaulan hidup dengan tujuan untuk mencapai suatu tata tertib.
Menurut
Anderson dan Parker (Astrid: 1977), individu bisa dikatakan masyarakat apabila
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Adanya
sejumlah individu,
b. Tinggal
dalam suatu daerah tertentu,
c. Mengadakan
hubungan satu sama lain,
d. Saling
terikat satu sama lain karena mempunyai kepentingan bersama,
e. Merupakan
satu kesatuan sehingga mereka mempunyai perasaaan solidaritas,
f.
Adanya saling ketergantungan,
g. Diatur
oleh norma/aturan tertentu, dan
h. Menghasilkan
kebudayaan.
Menurut
Soerjono Soekanto (1987), masyarakat memuat ciri-ciri sebagai berikut ini :
1.
Beranggotakan minimal dua orang.
2.
Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.
3.
Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang
menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan hubungan
antar anggota masyarakat.
4.
Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan
kebudayaan serta keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.
Dari beberapa ciri-ciri masyarakat
yang dikemukakan para ahli di atas, dapat kita simpulkan :
a.
Adanya sejumlah individu
b.
Tinggal di daerah tertentu
c.
Saling ketergantungan dan berinteraksi
d.
Memiliki sistem nilai, perilaku dan norma yang
disepakati bersama
e. Melahirkan
kebudayaan.
Dibawah ini merupakan faktor-faktor
yang mendorong manusia untuk hidup bermasyarakat :
1. Adanya
dorongan seksual, yaitu dorongan manusia untuk mengembangkan keturunan atau
jenisnya.
2. Adanya
kenyataan bahwa manusia adalah serba tidak bisa atau sebagai makhluk lemah karena
itu ia selalu mendesak atau menarik kekutan bersama, yang terdapat dalam perserikatan
dengan orang lain.
3. Karena
terjadinya habit pada tiap-tiap diri manusia. Manusia bermasyarakat karena ia
telah biasa mendapat bantuan yang berfaedah yang diterimanya sejak kecil dari
lingkungannya.
4. Adanya
kesamaan keturunan, kesamaan territorial, nasib, keyakinan/cita-cita,
kebudayaan, dan lain-lain.
2.3.1. Manusia Sebagai Mahluk Sosial
Manusia sebagai individu merupakan satu bagian
terkecil dari masyarakat. Individu-individu ini tidak dapat hidup sendiri,
senantiasa bersama dan bergantung kepada orang lain. Dalam kehidupan
sehari-hari tidak lepas dari pengaruh masyarakat baik di rumah, sekolah,
ataupun lingkungan yang lebih besar. Manusia selaku makhluk sosial memiliki
naluri atau dorongan pada beberapa hal sebagai berikut, yaitu:
1. Naluri
mempertahankan kelangsungan hidup
Naluri
mempertahankan kelangsungan hidup telah menimbulkan berbagai kebutuhan. Salah
satu kebutuhan yang paling mendasar adalah kebutuhan fisiologis yang terdiri
dari sandang, pangan dan papan. Semua kebutuhan tersebut didapat dari
lingkungan dimana manusia tinggal, dan dalam memanfaatkan lingkungan tersebut
membutuhkan teknologi. Teknologi dapat diartikan sebagai cara-cara/alat yang
dipergunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia
sangat beragam dan akan lebih mudah dipenuhi kalau individu hidup berkelompok
dengan individu lainnya.
2. Naluri untuk
mempertahankan kelestarian/kelanjutan keturunan
Naluri untuk
mempertahankan keturunan, menuntut adanya kebutuhan akan rasa aman (safety need) baik dari gangguan cuaca
yang tidak nyaman, hewan liar, manusia lain dan sebagainya. Perkawinan selain
untuk memenuhi kebutuhan biologis manusia, juga merupakan cerminan dari adanya
ketergantungan individu terhadap individu lain dan adanya naluri untuk
meneruskan keturunan.
3. Naluri ingin
tahu dan mencari kepuasan
Setiap manusia
mempunyai naluri untuk ingin tahu tentang sesuatu yang ada di sekitarnya, baik
itu lingkungan alam maupun lingkungan manusia lainnya. Adanya perbedaan alam
seperti daratan, perbukitan, perbedaan penyebaran tumbuhan dan hewan; perbedaan
fisik manusia seperti ada yang berkulit hitam, putih, sawo matang, tinggi,
pendek dan sebagainya; perbedaan budaya manusia seperti dalam hal cara makan;
perbedaan dalam berpakaian, mata pencaharian, bentuk rumah dan sebagainya.
Semua itu telah mendorong manusia untuk mencari tahu dengan berinteraksi sosial
bahkan cenderung meniru apalagi ditambah tren globalisasi pada abad ini. Ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dimiliki individu tidak seluruhnya hasil dari
pengalaman sendiri, tetapi lebih banyak dari belajar dan meniru orang lain.
Karena itu dalam memenuhi naluri ingin tahu dan mencari kepuasanpun tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan kelompok.
Naluri
atau dorongan di atas menggambarkan individu dalam perkembangannya membutuhkan
antara satu dengan yang lainnya sehingga komunikasi antar masyarakat menentukan
peran manusa sebagai makhluk sosial.
Faktor-faktor lain yang dapat
mengatakan manusia adalah makhluk sosial, yaitu :
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
c. Manusia berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia berkembang bila ia hidup di antara manusia yang lainnya
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
c. Manusia berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia berkembang bila ia hidup di antara manusia yang lainnya
2.4. Masyarakat Desa dan Kota
2.4.1.
Masyarakat Pedesaan
Desa merupakan sebuah lingkungan yang memiliki
batas tertentu di mana masyarakat bertempat tinggal dan melakukan aktivitas
bersama dengan corak kebudayaan yang masih sangat terasa. Menurut Bintaro (1977),
“Desa merupakan perwujudan atau kesatuan goegrafi ,sosial, ekonomi, politik dan
kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan
pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain.” Sedang
menurut Paul H. Landis (1948),”Desa adalah pendudunya kurang dari 2.500 jiwa.
Dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a) mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal
mengenal antara ribuan jiwa.
b) Ada pertalian perasaan yang sama tentang
kesukaan terhadap kebiasaan
c) Cara berusaha (ekonomi)adalah agraris yang
paling umum yang sangat dipengaruhi alam
seperti
: iklim, keadaan alam ,kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris
adalah
bersifat sambilan.”
Desa dalam
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 memiliki arti bahwa :
”Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan
asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.”
2.4.2. Ciri-Ciri Masyarakat Desa (Karakteristik)
Beberapa hal yang menjadi ciri-ciri
masyarakat desa menurut beberapa ahli :
Menurut Talcott
Parson :
1.
Afektifitas : Hubungannya dengan perasaan kasih
sayang, cinta, kesetiaan, dan lain-lain. Wujudnya berupa sikap tolong menolong
terhadap orang lain.
2.
Orientasi kolektif : meningkatkan kebersamaan,
tidak suka menonjolkan diri, tidak (enggan) berbeda pendapat.
3.
Partikularisme : semua hal yang berhubungan
dengan apa yang khusus untuk tempat atau daerah tertentu saja, perasaan
subjektif, rasa kebersamaan (homogen)
4.
Askripsi : berhubungan dengan mutu atau sifat
khusus yang tidak diperoleh berdasarkan suatu usaha yang disengaja, tetapi
lebih merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keharusan
5.
Kekaburan (Diffusenses) : sesuatu yang tidak
jelas terutama dalam hubungan antarpribadi, tanpa ketegasan yang dinyatakan
secara eksplisit (tidak langsung).
Menurut Poplin
(1972) :
1.
Perilaku masyarakatnya homogen
2.
Perilakunya yang dilandasi oleh konsep
kekeluargaan dan kebersamaan
3.
Perilakunya yang berorientasi pada tradisi dan
status
4.
Isolasi sosial, sehingga statik
5.
Kesatuan dan keutuhan kultural
6.
Banyak ritual dan nilai-nilai sakral
7.
Kolektivisme
Dari pendapat
beberapa ahli di atas mengenai ciri-ciri masyarakat desa, kita dapat
menyimpulkan ciri-ciri masyarakat desa sebagai berikut :
1.
Mempunyai pergaulan hidup yang saling mengenal
dengan dasar kekeluargaan
2.
Masih memegang erat kepercayaan dan adat
istiadat
3.
Tidak mudah untuk menerima budaya maupun sosial
dari luar
4.
Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang
paling umum yang sangat dipengaruhi alam sekitar seperti : iklim, keadaan alam,
kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.
Kebanyakan penduduknya adalah petani dan nelayan
5.
Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal
mata pencaharian, agama, adat istiadat, dan sebagainya.
2.5. Masyarakat
Perkotaan
Seperti halnya desa, kota juga mempunyai pengertian yang bermacam-macam
seperti yang dikemukakan oleh Max Weber (, “ Kota menurutnya, apabila penghuni
setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya dipasar lokal. Lalu
Dwigth Sanderson
“Kota ialah tempat yang berpenduduk sepuluh
ribu orang atau lebih.” Dari beberapa pendapat secara umum dapat dikatakan
mempunyani ciri-ciri mendasar yang sama. Pengertian kota dapat dikenakan pada
daerah atau lingkungan komunitas tertentu dengan tingkatan dalam struktur
pemerintahan dan mandiri dalam memenuhi kebutuhan sendiri.
Ciri-ciri masyarakat Perkotaan (karakteristik)
Menurut Talcott Parson :
1. Netralitas efektif yaitu bersikap netral, bahkan dapat menuju sikap tidak memperhatikan 2. Orientasi diri yaitu lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri.
3. Universalisme yaitu menerima segala sesuatu dengan obyektif.
4. Prestasi yaitu masyarakatnya suka mengejar prestasi.
5. Spesifitas yaitu berterus terang dalam mengungkapkan segala sesuatu.
Menurut Talcott Parson :
1. Netralitas efektif yaitu bersikap netral, bahkan dapat menuju sikap tidak memperhatikan 2. Orientasi diri yaitu lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri.
3. Universalisme yaitu menerima segala sesuatu dengan obyektif.
4. Prestasi yaitu masyarakatnya suka mengejar prestasi.
5. Spesifitas yaitu berterus terang dalam mengungkapkan segala sesuatu.
Beberapa ciri
masyarakat perkotaan yang menonjol adalah:
1.
Kehidupan beragama kurang karena disebabkan
adanya cara berpikir yang rasional, yang berdasakan pada perhitungan-perhitungan
pasti
2.
Dapat mengurus dirinya sendiri tanpa bantuan
orang lain
3.
Pembagian kerja lebih tegas dan mempunyai
batas-batas yang nyata
4.
Banyak peluang mendapat kerja daripada orang
desa
5.
Jalan pikiran yang rasional menyebabkan
interaksi sosial berdasarkan kepentingan
daripada
faktor pribadi
6.
Jalan kehidupan yang cepat mengakibatkan
pentingnya faktor waktu
7.
Perubahan sosial tampak jelas dan cepat sebagai
akibat terbukanya pengaruh dari luar.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Individu merupakan bagian terkecil
dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi
menjadi bagian yang lebih kecil. Individu-individu ini saling
bergabung membentuk kelompok atau masyarakat yang masing-masing memiliki karakteristik yang sama dengan kelompok
dimana dirinya bergabung dan senantiasa melakukan aktualisasi diri sebagai cara
untuk mengembangkan potensi dan kepribadian yang dimiliki bertanggung jawab
atas diri sendiri walaupun terdapat pengaruh dari luar. Sedangkan masyarakat
adalah sejumlah individu yang interpenden dalam suatu komunitas yang
makro teratur dan dibatasi dengan sistem/aturan yang disepakati bersama serta
menghasilkan kebudayaan. Individu dapat dikatakan masyarakat apabila sudah
menggambarkan ciri-ciri sebagai berikut di bawah ini :
a.
Adanya sejumlah individu
b.
Tinggal di daerah tertentu
c.
Saling ketergantungan dan berinteraksi
d.
Memiliki sistem nilai, perilaku dan norma yang
disepakati bersama
e.
Melahirkan kebudayaan.
Individu yang
sudah terbentuk menjadi masyarakat terbagi lagi menjadi sebuah lingkungan
masyarakat yang didasarkan kepada karakteristik mereka tinggal sehingga ada
istilah masyarakat desa dan masyarakat kota. Kehidupan masyarakat desa masih
memegang teguh adat istiadat ataupun tradisi dengan dasar kekeluargaan. Mereka
homogen dalam segala hal, saling mengenal dan tertutup untuk budaya luar serta
umumnya pekerjaan mereka masih bergantung pada alam seperti petani dan nelayan.
Lalu masyarakat perkotaan yang dikatakan masyarakat yang cukup mandiri karena
berusaha memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga terkesan individualistik,
rasional dalam berinteraksi, peluang kerja banyak dan pembagian tugasnya pun
lebih tegas dengan batasan nyata. Masyarakat perkotaan juga rentan dengan
perubahan sosial karena mereka terbuka dengan budaya luar yang masuk.
DAFTAR
PUSTAKA
M, Darmansyah. 1986. Ilmu Sosial
Dasar. Surabaya : Usaha Nasional.
Soelaeman, M.Munandar. 1995. Ilmu
Sosial Dasar, Teori dan Konsep Ilmu Sosial Edisi
Revisi. Bandung : PT. Eresco.
Tim Dosen ISBD, Universitas Negeri
Jakarta. 2012. Ilmu Sosial Budaya Dasar.
Unit
Pelaksana Teknis MKU Univeristas Negeri Jakarta.
http://jaririndu.blogspot.com/2012/01/makalah-individu-dan-masyarakat.html diakses 23 Februari 2013 19:27
http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat diakses pada tgl 23 Februari 2013 18:23
http://carapedia.com/pengertian_definisi_mahluk_sosial_menurut_para_ahli_info960.html
diakses 23 Februari 2013 20:10
http://kangsata.wordpress.com/2012/12/12/ciri-ciri-desa-menurut-para-ahli/
diakses 28 Februari 2013 00:14
http://anggarestupambudi.wordpress.com/2011/11/17/ciri-ciri-masyarakat-tradisional-dan-modern/ di akses 28 Februari 2013 00:17
Komentar
Posting Komentar