teks drama sekolah

Rita     :  Ya Tuhan… kenapa kehidupanku berubah secepat ini. Semenjak ibu menikah lagi,      kenapa ibu jadi mengacuhkanku dan lebih memperhatikan adik tiriku. Apa ibu tidak tau, di belakang ibu, adik jahat dan tidak sopan kepadaku. Justru ayah, ayah yang bukan ayah kandungku malah lebih memperhatikanku.            (Ratih memanggil) Iya, tunggu sebentar.
Ratih   :  Rita!! Rita!! Cepat kesini!
Rita     :  ada apa Ratih? Kenapa kau memanggilku seperti itu? Tidak bisakah kau memanggilku dengan panggilan yang lebih sopan?
Ratih   :  apa! Sopan? Jangan harap aku bersikap sopan kepadamu kalau tidak ada ayah dan ibu. Eh, ngomong2 kemana ayah dan ibu?
Rita     :  mungkin sedang menonton TV. (melihat jam) ah! Aku harus pergi sekarang. (hendak
Ratih   :  hey! Siapa bilang kau bisa pergi begitu saja?!? Nanti aku akan pergi dengan pacarku, kau setrika dulu bajuku, sudah kusiapkan di kamar.
Rita     :  maaf ratih. Aku tidak bisa. Aku sudah punya janji. Kita sudah sama2 besar ratih. Cobalah untuk hidup mandiri. Tidak selamanya kita bersama.
Ratih   : aduh… malah ceramah! Jadi maksudmu aku manja begitu?!? Ibu!! Ayah!
Ibu       :  ayah sedang keluar. Ada apa?
Ratih   :  ibu, aku hanya minta tolong kakak untuk menyetrika bajuku sebentar saja. Nanti aku akan bertemu dengan pacarku, tapi aku lelah. Di sekolah tadi aku harus menyelesaikan beberapa desain. Tapi kakak malah memarahiku panjang lebar dan bilang kalau aku ini manja. Tidak bisakah dia menolaknya secara halus…
Rita     :  ratih! Apa yang kau bicarakan? Tadi aku tidak memarahimu…
Ibu       :  sudahlah! Rita, kau ini selalu saja mencari masalah. Apa salahnya kau menolong
Rita     :  ibu, tapi aku punya janji sekarang…
Ibu       :  ratih, istirahatlah. Biar kakakmu nanti yang akan menyelesaikannya.
Rita     :  tapi bu…
Ratih   :  terimakasih bu. Aku sayang ibu (ratih pergi)
Rita     :  ibu kenapa sih? Ada apa dengan ibu? Kenapa ibu berubah seperti ini?! Ibu mengacuhkanku. Aku seperti tidak mengenal ibu.
Ibu       :  rita, ini semua demi kebaikan kamu. Ibu hanya berpura-pura mengacuhkanmu. Langkah awal adalah ibu harus bisa mengambil hati ratih agar kita bisa dapat segalanya.
Rita     :  segalanya? Apa maksud ibu dengan mendapatkan “segalanya”?
Ayah   :  assalamu’alaikum…
Rita + ibu   :  wa’alaikumsalam…
Ayah   :  ada apa? Kenapa suasananya tegang sekali?
Ibu       :  tidak apa-apa. Aku hanya menasihati rita agar dia sedikit mengalah kepada ratih.
Ayah   :  O. tapi ratih… kenapa kau terlihat sedih? Apa kau ada masalah?
Rita     :  tidak apa2 ayah. Kalau begitu aku masuk dulu ayah, ibu. Ada pekerjaan yang harus
Ayah   :  baiklah. Tapi nanti temui ayah ya setelah pekerjaanmu selesai. Ada yang ingin ayah
Rita     :  baik ayah.     (rita pergi)
Ibu       :  kau terlihat lelah sekali? Apa ada masalah dikantor?
Ayah   :  tidak. Hanya saja akhir2 ini banyak pesanan saja.
Ibu       :  istirahat dulu. Nanti kita bicarakan lagi. Ayo.

Adegan 2
Rani     :  hei! Apa ada masalah? Kau tidak bersemangat siang ini?
Rita     :  ntahlah. Mungkin karena masih kesal dengan adikku.
Rani     : kenapa? Apa dia mencari masalah lagi denganmu? Kalau aku jadi kau, sudah aku balas
Rita     :  kadang…aku ingin. Tapi aku takut rani. Nanti ibu semakin membenciku.
Rani     :  tidak mungkin! Beliau kan ibu kandungmu. Lagipula kan masih ada ayah tirimu yang akan membelamu.
Rita     :  iya. Tapi aku tidak enak. ini kan menyangkut anaknya. Apalagi selama ini ayah sudah banyak memberikan kami segalanya. Dari awal aku dan ibu tidak membawa apa-apa ke rumah itu.
Rani     :  sudahlah rita…jangan terlalu dipikirkan. Kamu tenang saja ibu dan ayahmu sebenarnya sayang padamu. Hanya saja cara mereka yang berbeda. Oh ya, bagaimana kabar Riko? Apa hubungan kalian ada kemajuan?
Rita     :  hah? Hubungan apa? Kau seperti mak comblang saja?
Rani     :  memang iya! Aku ingin menjadi mak comblang untuk kalian. Kalian cocok sekali.
Rita     :  hhh, sudahlah. Tujuanku ke kampus karena aku ingin menyelesaikan tugas. Denganmu, aku sudah tau pasti ujung2nya seperti ini. Sekarang aku mau ke perpus dulu!    (rita pergi)
Rani     :  rita, tunggu! Aku juga mau ikut…
Adegan 3
Riko    :  Rita Ayu. Benar2 gadis impianku. Sifatnya yang anggun, tegar dan dewasa. Kalau kata anak Alay jaman sekarang, Gueh Banget Gituh Loh! (menirukan gaya alay). Jujur… aku ingin sekali menyatakan perasaanku padanya. Tapi, kapan ya? Apa dia juga suka padaku?
(ratih masuk)
Ratih   : kakak… kita nonton yuk? Mumpung hari minggu…
Riko    :  maaf ratih, hari ini kakak tidak bisa. Apa kau tidak tau, akhir2 ini usaha ayahmu sedang di puncak. Banyak sekali pesanan. Besok2 saja ya…
Ratih   :  ah, kalau besok2 aku kan sekolah. Lagipula kakakn kan manager di sini, untuk apa kakak bekerja seperti ini. Serahkan saja pada karyawan!
Riko    :  kita tidak boleh seperti itu ratih. Jangan mentang2 kita atasan, kita terlalu sombong. Lagipula tidak ada salahnya.
Ratih   :  iya… tapi kan hari ini waktunya kakak denganku.
Riko    :  baiklah. Ayo…sepertinya adikku ini sudah rindu sekali dengan kakaknya yang ganteng
Ratih   :  eits, tunggu dulu. Wajah kakak berantakan sekali. Sini biar aku bantu.
(rita masuk)
Rita     :  oh, maaf mengganggu…
Ratih   :  ih, mengganggu saja! Pergi sana!
Riko    :  ratih! Tidak pantas sikapmu seperti itu. Dia ini kakakmu. Rita…kerjakan apa yang ingin kau kerjakan.
Rita     :  terimakasih. Aku hanya ingin mengambil ini (mengambil botol kecap). Kalau begitu aku permisi dulu. Maaf sudah mengganggu.
Riko    :  ya sama2. Maafkan kami juga.                     (rita pergi)
Ratih   :  ih, kakak kenapa sih?! Bukannya belain aku malah baikin dia! Jangan sampai deh kakak suka sama dia
Riko    :  kakak tidak akan memarahi kamu kalau kamu tidak berbuat yang tidak baik.
Ratih   :  ih, tapi apapun yang terjadi kakak harus ada di pihak aku, titik!
Riko    :  sudahlah! Kakak capek, mau istirahat!                    (pergi)
Ratih   :  kakak! Kakak tunggu! Bagaimana dengan nontonnya!?!

Adegan 4
Rita     :  ayah…
Ayah   :  oh, rita. Mari duduk sini. (rita duduk) bagaimana kuliahmu rita?
Rita     :  baik ayah. Oh ya, apa yang ingin ayah bicarakan padaku?
Ayah   :  ehm… ayah rasa ayah sudah lelah dengan ini semua. Kau lihat, ayah sudah semakin tua. Ayah berpikir untuk mencari orang untuk menggantikan posisi ayah sebagai direktur.
Rita     :  hah? Apa ini tidak terlalu cepat ayah? Apa ayah sudah menemukan orang yang tepat?
Ayah   :  maka dari itu ayah memanggilmu kesini. Beberapa hari ini ayah telah memikirkan siapa orang yang tepat yang akan menggantikan posisi ayah. Dan itu adalah kamu, rita… ayah ingin kamu yang meneruskan usaha kita…
Rita     :  tapi ayah, kenapa harus aku? Bukankah ratih yang lebih pantas menerima posisi ini?
Ayah   :  rita… ayah tau siapa yang pantas di posisi ini. Kamu juga tau sendiri kan adikmu itu tidak berminat di dunia bisnis dan kau, bukankah kau pernah bilang ingin menjalankan perusahaan sendiri. Sekarang adalah kesempatannya.
Rita     :  tapi ayah aku kan masih kuliah?
Ayah   :  mengapa tidak?!? Justru kau bisa mengambil pelajaran dan pengalaman kan dari posisi ini. Kau bisa bekerja sambil kuliah. Pikirkanlah dulu. Kalau kamu sudah siap dengan jawabanmu, beritahu ayah. Ayah pergi dulu, ada urusan yang harus ayah selesaikan. (hendak pergi tapi balik lagi)
Ayah   :  oh, ya. Ingat! Keputusanmu itu menyangkut kehidupan orang banyak dan satu lagi, jangan ceritakan ini dulu pada siapapun termasuk ibumu. Okeh. Ayah pergi dulu.           (pergi)
Rita     :  (bingung) hhh! Apa maksudnya dengan menyangkut kehidupan orang banyak?!  Kenapa ayah memilihku?
(riko masuk)
Riko    :  karena kau punya kelebihan…
Rita     :  kau?...
Riko    :  maaf. Ketika lewat aku tidak sengaja mendengar pembicaraan kalian. Sungguh! Aku tidak bermaksud menguping..
Rita     :  tidak apa2. Sengaja atau tidak sengaja itu sama saja. Toh kau tetap mengetahuinya.
Riko    :  ayolah… apa aku terlihat seperti orang yang punya banyak waktu luang? Menceritakan semua ini pada orang lain?...
Rita     :  aku juga tidak mengkhawatirkan soal itu. Aku hanya sedang bingung. Menurutmu
Riko    :  kau harus menerimanya. Kau dewasa, bisa mengambil keputusan dengan bijak. Menurutku kau harus mencobanya.  (telepon riko bunyi) halo//aduh! Kakak lupa, kakak ada rapat sekarang//maafkan kakak//okeh. Nanti kakak telpon lagi ya…
Rita     :  siapa itu? Kenapa kau berbohong?
Riko    :  ratih memintaku untuk menjemputnya. Aku sudah janji tadi.
Rita     :  lalu kenapa kau malah berbohong? Hey! Enak sekali kau membohongi ratih di depan kakaknya sendiri. Tunjukkan sikap baikmu di depanku, kau kan pacarnya!
Riko    :  pacar? Sejak kapan?
Rita     : loh? Bukannya kalian berdua pacaran? Kalian kelihatan dekat.
Riko    :  oh, tidak2! Kami tidak punya hubungan apapun. Kami dekat karena kami teman dari kecil, aku menganggapnya sebagai adikku sendiri. Sungguh! Aku tidak pacaran
Rita     :  haha. Biasa saja. Kenapa kau jadi gugup sekali?
Riko    :  tidak. Aku tidak gugup. Kau jangan salah paham.
Rita     : kenapa aku harus salah paham ?!? ada2 saja kau ini.
Riko    :  apa kau tidak cemburu?
Ratih   :  kakak…
Rita + riko       :  ratih???
Ratih   :  Jadi…selama ini kakak anggap apa aku ini! Apa arti perhatian kakak selama ini?
Rita     :  ratih, tenang dulu. Kamu sudah salah paham ratih…
Ratih   :  alah! Diam kamu! Aku tidak bicara denganmu! Ini urusan ku dengan kakak! Gak usah Ikut campur!
Riko    :  ratih! Jangan bersikap kekanak-kanakan! Apa yang dikatakan rita benar. Selama ini kakak menyayangi kamu seperti adik kakak sendiri, tidak lebih! Maafkan kakak kalau sudah membuat kamu salah paham..
Ratih   :  (berlutut menangis) tapi kenapa kak? Kenapa? Aku yang selama ini selalu di samping kakak. Kebersamaan kita selama ini. Tidak bisakah kakak menyukaiku….
Riko    :  ratih… maafkan kakak. Maafkan kalau kakak tanpa sengaja memberi kamu harapan. Tapi selamanya kamu tetap adik kakak ratih…
Ratih   : (bangun – mendorong rita) kurang ajar kamu! Dasar wanita sialan, wanita penggoda!!! tukang rebut! Puas kamu sekarang sudah merebut kakak dari aku! Pergi kamu dari sini!
Riko    :  ratih!! Kakak tidak sangka sikap kamu bisa seliar ini! Seharusnya kakak yang kamu salahkan! Kakak yang sudah menghancurkan harapan kamu, kakak yang sudah membuat kamu salah paham. Kakak kecewa sama kamu…
Ratih   : kecewa? Siapa yang seharusnya kecewa di sini!! Siapa kak!! Siapa! Kakak egois! Kalian semua egois!
Riko    :  kakak tau kakak salah! Kakak udah egois sama kamu. Tapi kakak gak bisa ratih. Kakak menyukai rita….
Rita + ratih      :  apa?!!                       (Ratih pergi sambil menangis)
Rita     :  apa maksud kamu berbicara seperti itu di depan ratih? Kamu memperparah keadaan tau
Riko    :  maafkan aku rita… tapi aku tidak bisa menyembunyikan perasaanku lagi. Lagipula cepat atau lambat itu adalah kenyataan yang harus diterima ratih. Dia harus bisa belajar menerima kenyataan  rita
Rita     :  iya, tapi kamu juga harus liat situasinya dong! Situasinya lagi gak memungkinkan saat ini! Sudahlah aku masuk ke dalam dulu!             (pergi)
Riko    :  rita!!! Rita!

Adegan 5
Ibu       :  kau sedang apa?
Ayah   :  oh. Hanya membaca berkas2 kantor saja.
Ibu       :  apa kau sakit? Akhir2 ini kau kelihatan lelah… kalau kau mau, aku bisa membantumu
Ayah   :  tidak perlu. aku baik2 saja. Hanya saja memang sedang banyak pekerjaan saja// aku sedang berpikir untuk melepas posisiku saat ini.
Ibu       :  hah? Apa kau yakin?
Ayah   :  aku sudah cukup lelah. Bukankah seusia kita sudah sewajarnya bersantai di rumah. Biarkan yang muda2 menggantikan kita.
Ibu       :  apa kau sudah menemukan orang yang tepat? Apa anak2 bisa ikut terlibat?
Ayah   :  aku masih mencari… dan tentu anak2 bisa terlibat. Hoaammm (menguap)
Ibu       :  kau masuklah dulu. Kau butuh istirahat                  ayah     :  baiklah… (pergi)
Ibu       :  huh! Sudah pasti dia akan memilih anaknya! Ini tidak bisa dibiarkan! Kalau aku tidak bisa, maka harus rita yang menggantikannya. Kalau bukan rita, tidak ada seorang pun yang akan bisa menggantikan posisi itu. Apapun yang terjadi aku harus bisa menguasai hartanya. (menelpon)halo//rasti, bisakah kita bertemu sekarang?//oh, tidak aku hanya ingin bercerita saja dan aku butuh bantuanmu//oke//di tempat biasa ya. Aku tunggu

Adegan 6
Rani     :  (menelpon) iya, iya. Sebentar lagi aku sampai kok//Aku sedang di jalan, habis membeli makanan tadi// Sebentar lagi aku ke rumahmu ya// Oke tunggu aku (menutup telepon) Loh? Bukannya itu tante rosa, tapi dengan siapa? Aku samperin ah, biar pulang bareng dia, hehe
(saat yang bersamaan)
Rasti    :  apa yang ingin kau bicarakan?
Ibu       :  aku yakin sebagai sekretaris pribadinya, kau pasti sudah mendengar kalau suamiku akan mundur dari jabatannya?! Nah.. aku ingin kau membantuku.
Rasti    :  ckck. Aku sudah mulai mengerti ke arah mana pembicaraanmu ini. Ternyata kau belum berubah rosa, masih saja ambisius seperti dulu. Apa yang bisa kukerjakan?
(tanpa sepengetahuan mereka, rani mendengar pembicaran mereka)
Ibu       :  palsukan sahamnya atas namaku. SELURUHNYA!
Rasti    :  hah! Kalau begitu aku tidak berani!
Ibu       :  oh, tidak2. Aku punya 20% jadi cukup palsukan 50% saja. Itu sudah cukup untuk menghancurkannya. Bisa kugunakan ini sebagai ancaman untuknya. Bagaimana kau
Rasti    :  haha. Wani piro??
Ibu       :  ckck. Kau juga belum berubah rasti. Tenang saja sudah kusiapkan DP nya (tengok kanan kiri sambil memberikan amplop)
Rasti    :  ini baru bisnis. Dalam bisnis, teman ya teman, bisnis ya bisnis. Halal, haram, hantam! Lagipula kalau bukan karena aku, kau tidak akan bertemu rudi 2tahun yang lalu.
Ibu       :  ya,ya,ya. Aku berterima kasih padamu. Tapi aku tidak bisa menunggu lama2. Lusa harus sudah kau selesaikan. Aku harus pergi sekarang. jangan sampai ada yang tau pertemuan kita hari ini. Ini akan sangat mencurigakan. (hendak pergi)
Rasti    :  eh, tunggu dulu! Apa alasanmu melakukan semua ini? Kalau memang kau ingin menguasai harta rudi, kenapa terburu-buru sekali? Santai sajalah…
Ibu       :  ada factor lain mengapa aku terburu-buru. Aku yakin rudi akan memilih anaknya untuk menggantikan posisinya. Aku ingin anakku yang mendapatkan posisi itu! Jangan sampai itu terjadi!
Rasti    :  tapi bagaimana kalau perkiraanmu salah? Bisa saja dia memilih anakmu atau mungkin justru kau yang akan dipilihnya?
Ibu       :  sudah… kau kerjakan saja tugasmu. Aku pergi dulu.

Adegan 7
Riko duduk, rita mondar mandir
Riko    :  rita, siapa yang kau tunggu?
Rita     :  aku sedang menunggu rani. Kau sendiri sedang apa di sini? Apa kau juga menunggu
Riko    :  iya. Aku sedang menunggu hatimu rita. Kali ini suasananya sedang baik bukan? Apa kau mau menerimaku jadi pacarmu?
Rita     :  ckck. Kau gigih sekali. Baiklah, akan kujawab sekarang. Maaf riko aku tidak bisa menerimamu. Aku menganggapmu sebagai teman bahkan sebagai kakakku sendiri. Maaf
Rani     :  rita!! Gawat! Ibumu, ibumu…. (ngos-ngosan)
Rita     :  iya, ada apa dengan ibuku? Kau tenang dulu. Ceritakan ada apa?!!
Rani     :  ibumu…ibumu ingin memalsukan saham ayahmu untuk menghancurkan ayahmu. dia ingin kau yang menggantikan posisi ayahmu… dan, dan yang lebih menegrikan lagi, biumu ingin menguasai harta ayahmu!!
Rita     :  APA!!! Tidak mungkin! Ibuku  tidak mungkin berbuat sejahat itu! Kau pasti ingin memfitnah ibuku!! Ya kan?!!
Ibu       :  hei, hei! Ada apa ini? Kenapa kalian bertengkar?
Rita     :  apa benar ibu akan memalsukan saham ayah?
Ibu       :  apa? Haha. Kau ini ada2 saja! Itu tidak mungkin.
Rani     :  tante mengaku saja. Aku mendengar semuanya. Pertemuan tante dengan sekretaris
Ibu       :  hei! Apa2an kau ini?! Tidak sopan sekali!
Rani     :  apa perlu kutunjukkan buktinya?
Rita     :  ibu… aku tidak menyangka ibu bisa sejahat itu! Jadi ini maksud ibu dengan berubah sikap seperti ini! Ibu keterlaluan!!!
Ibu       :  rita, dengarkan ibu dulu. Ibu mengaku, memang ibu berniat memalsukan saham ayahmu. tapi ibu melakukan ini semua demi kamu, rita! Ibu ingin kamu hidup layak. Ibu ingin kamu bahagia.
Rita     :  tapi bukan seperti ini caranya! Dengan berpura-pura mengacuhkanku dan mencuri perhatian ratih. Lalu yang terakhir, ibu ingin mencuri saham ayah!!
Ayah   :  DIAM!!!
Semua :  ayah? Ratih?
Ibu       :  suamiku… dengarkan aku..
Ayah   :  cukup! Aku sudah mendengar semuanya. Kau…bisa2nya kau berbuat seperti itu! Keterlaluan!
Ratih   :  ibu, aku tidak menyangka. Mengapa semua orang yang kusayang membuatku kecewa?!? Bahkan ibu pun hanya berpura-pura sayang kepadaku. (menangis terduduk)
Ibu       :  ratih, dengarkan ibu. Ibu tidak seperti itu nak.
Ayah   :  ckck. Ini semua salahku. Dari awal aku sudah mengetahuinya, dan kau tau rosa?! Aku masih mempertahankanmu! seharusnya kau mengerti itu! Aku berharap kau berubah. Dan kepura-puraanmu terkadang membuatku goyah. akupun menyelidikinya. Sekretaris rasti, masuklah…
Ibu       :  kau???
Rasti    :  maafkan aku rosa. Sebagai teman, Aku telah mengkhianatimu. Bukankah kau sudah tau aku sudah lama bekerja dengan rudi. Dia telah banyak membantuku. Aku pikir inilah saatnya aku membalas semua kebaikannya. Dia mengetahui tentang pertemuan kita hari ini. Maafkan aku…
Ibu       :  (mengeluarkan pistol dari dalam tas)haha. Bagus! Kalian semua sudah mengetahuinya! Kalian sudah menghancurkan rencanaku!
Rita     :  ibu…sabar…
Ibu       :  mundur!! Ibu bilang mundur! Kalian jangan ada yang mendekat! Dan kau rasti, kurang ajar kau! Sia2 aku mempercayaimu. Kau pengkhianat! Mati kau!
Ayah berhasil menangkap tangan ibu. Mereka berkelahi berusaha memegang pistol. Dan tanpa sengaja tertembak ke arah rita.
Ayah + riko + sekretaris          :  rita!!
Ratih   :  kakak!!
Rita     :  (terbata-bata) andai ibu tau, ayah telah memilihku. Semuanya, aku sayang kalian.
Ibu       :  ratih!!! Maaafffkkkaaannn iibbuuuu!!!!
*TAMAT*

Komentar