sinopsis edensor

Judul : Edensor
Pengarang : Andrea Hirtaa
Penerbit : PT. Bentang Pustaka
Tahun Terbitan :  Mei 2007
Tebal Buku : 290 halaman
Para tokoh : Ikal, Arai, Weh, Mak Birah, Dr. Michaela Woodward, Famke Somers, Simon Van Der Wall, Pak Toha, The Pathetic Four  terdiri dari Ikal, MVRC Manooj, Pablo Arian Gonzales, dan Ninochka Stronovsky, Naomi Stansfield, Virginia Sue Townsend, dan Katya Kristanaema

Edensor
“ Desa khayalan Edensor itu seakan membuka jalan rahasia dalam hidupku. Jalan menuju penaklukan-penaklukan terbesar dalam hidupku, untuk A-Ling, untuk menemukan diriku sendiri!” Berulang kali Ikal, panggilannya, meneguhkan kalimat-kalimat itu dalam hatinya, dan ia pun termenung.

Banyak orang panjang pengalamannya, tapi tak kunjung belajar, namun tak jarang pengalaman yang pendek mencerahkan sepanjang hidup. Inilah pelajaran yang diperoleh Ikal dari Einsten pertamanya, dari seorang pria yang mengutuki dirinya sendiri, Weh, namanya. Seorang pria gagah perkasa yang bersekolah di sebuah sekolah ternama dan terhormat. Ia memiliki segalanya. Tapi semua itu hancur berantakan seketika. Tiba-tiba Weh menderita Burut yang sangat parah di bagian harta karunnya, yang akhirnya mengucilkan dirinya menjadi pelaut sebatang kara dengan perahu alakadarnya.

Tetapi tak ada yang tahu, sejak pertemuan pertama, Ikal benar-benar tertarik dengan Weh. Lambat laun, mereka pun menjadi teman baik dan Ikal sering berlayar mengarungi samudera bersama Weh, serta mengajarkan Ikal membaca langit, langit yang terbentang adalah kitab bagi Weh. Ikal pun semakin serius membaca pertanda langit dan semakin sering turut berlayar bersama Weh dan menjadi sang nahkoda kapal. Tetapi, Ikal meninggalkan Weh menempuh ujian di Tanjong Pandan. Sungguh berat rasanya. Sekembalinya, Ikal langsung menghampiri perahu Weh yang limbung layaknya bahtera tak bertuan. Tampak, tubuh Weh kaku terbungkus lilitan layar. Laki-laki pembaca langit itu telah mati! Mati meragan menggantung dirinya sendiri. Iakl menangis dan berteriak sejadi-jadinya, hatinya pilu. Weh dimakamkan terkucil bersama pendusta agama lainnya dekat rawa, dikuburkan dan ditandai sekenanya dengan patahan gagang pacul yang telah patah sebagai nisannya. Hanya Ikal yang menangis! Hanya Ikal yang membulatkan tekadnya menjelajahi dunia, mengejar mimpi, menemui perempuan yang membuatnya rindu dan merasakan cinta yang begitu pilu. Di kuburan using itu, ia belajar mencintai hidupnya dari orang yang membenci hidupnya dan memperkenalkannya pada dirinya sendiri.

Einsten kedua dalam hidup Ikal adalah seorang dukun beranak, Mak Birah namanya, ia adalah saksi hidup proses kelahiran dirinya ke dunia. Aqqil Barraq Badrudin, artinya kurang lebih ; anak sholeh berjidat mengkilap yang tidak akan melakukan hal yang tidak-tidak. Inilah nama pertama Ikal.

Sayangnya, kelakuan Ikal 180° bertolak belakang dengan namanya. Di masa kecil, ia adalah orang yang sangat sensitif dan nakalnya luar biasa berandal. Frustasi, kedua orang tua Ikal sepakat untuk mengganti namanya dengan Wadudh, pria lemah lembut nan berjiwa besar. Percuma! Kenakalan Ikal kecil semakin menjadi-jadi, sampai suatu hari ayah dipanggil ke masjid dan disidang oleh orang sekampung. Ayah Ikal muntab, dan sebagai hukumannya, ia membebaskan Ikal untuk memilih namanya sendiri. Andrea. Itulah nama yang dipilih Ikal. Ayah dan ibunya hanya dapat mengangguk-anggukkan kepala mereka. Tabiat berandal Ikal hilang, dan ia pun kembali menarik kesimpulan. Ternyata tabiat seseorang tidak berhubungan dengan gelar  yang disematkan kepadanya, bukan pula bagaimana ia ingin dihormati orang lain, tapi lebih pada seberapa besar ia menaruh hormat pada dirinya sendiri.

Siang itu, Pak Balia, guru sasttra di SMA mereka, Ikal dan Arai, sedang menjelaskan ratusan mozaik warna-warni dari pecahan-pecahan porselen yang tertempel di kulit Iguana itu. Karya agung seniman mozaik dunia, Antoni Gaudi. Arai memegang tangan Ikal kuat-kuat sambil terpesona mendengar Pak Balia berkata “ Berkelanalah! Temukan mozaik nasibmu di pelosok-pelosok dunia! Bermimpilah! Karena Tuhan akan memluk mimpimu!”. Ditatapnya mata Arai, Ikal melihat Universitas de Sorbonne, Prancis, tercetak begitu jelas di mata hitam Arai, lelaki yang tidak mengenal kata tidak mungkin dalam hidupnya.

Tamat SMA, Ikal dan Arai merantau ke Jakarta. Mereka melamar kerja ke sana-kemari, hingga akhirnya Ikal diterima bekerja di kantor Pos dan berwenang mencairkan wesel sampai Rp 150.000,- sembari kuliah. Sementara Arai merantau lagi ke Kalimantan, bekerja dan kuliah di sana. Mereka berhasil menyelesaikan kuliah tepat waktu dan mengikuti tes beasiswa untuk sekolah strata dua di Universitas de Sorbonne, Prancis. Hidup Ikal sudah cukup sejahtera, tetapi ia tidak puas dan keluar dari kantor pos tersebut. Ikal menginginkan kehidupan yang menggetarkan, penuh dengan penaklukan. “ Aku ingin hidup! Ingin merasakan sari pati hidup!” benaknya.

Ikal dan Arai menerima surat pengumuman tes beasiswa itu di Belitong. Dr. Michaella Woodward meluluskan tes beasiswa mereka. Berbunga-bunga sudah hati Arai dan Ikal. Aria mengubungi Zakiah Nurmala- cinta bertepuk sebelah tangannya itu untuk berpamitan, tapi tak ada jawaban. Sementara Ikal melamun memikirkan A-Ling yang tak jelas rimbanya, hatinya pilu memikirkan gadis itu. Ayah begitu bangga kepada Ikal dan Arai. Beliau begitu senang sampai tak dapat berkata-kata. Ikal dan Arai menangis selama di pesawat memikirkan laki-laki pendiam itu.

Ikal dan Arai transit ke Belanda terlebih dahulu, dijemput gadis cantik jelita nan tinggi semampai penerima beasiswa Universitas Amsterdam yang merupakan perwakilan Uni-Eropa, bernama Ms. Famke Somers. Mereka bertiga segera naik kereta bawah tanah menuju penginapan sementara Arai dan Ikal. Sepanjang jalan, Somers terus berbicara mengenai indahnya seni jalanan. Kereta terus melaju, hingga mereka sampai di kota kecil di pinggir Beligia, yakni Brugge. Somers meninggalkan mereka dan mereka segera menemui pemilik kos Simon Van Der Wall. Tetapi, hanya perlakuan dan pengaduan kurangnya system keteraturan masyarakat Indonesia, Ikal dan Arai maksudnya, orang tersebut memaksa Arai dan Ikal untuk meniggalkan kos miliknya. Saat itu bulan Desember, salju di mana-mana. Tak ada motel untuk menginap dan menghangatkan tubuh. Suhu menunjukkan -6°. Aria dan Ikal duduk saling menghangatkan. Tiba-tiba Ikal ambruk dan mimisan. Aria segera menguburkan Ikal di sebuah lubang dan memupukkan dedaunan Rowan di atasnya. Lambat tapi pasti, suhu tubuh turun kembali seperti semula. Keesokan harinya, Ikal dan Arai pergi ke kantor Uni-Eropa menemui Dr. Woodward untuk memastikan beasiswa tersebut. Mereka berhasil dan esoknya mereka naik bus antar Negara ke Perancis selama 4 jam dari stasiun di Brugge, Belgia.

Sesampainya di Paris, Arai dan Ikal langsung menuju Menara Eiffel. Mata mereka berkilat-kilat. Kawan, mimpi-mimpi telah melontarkan mereka ke Perancis! Maurent Le Blanch, adalah ibu kos mereka. Wanita yang sangat lemah lembut dan ramah ini langsung menunjukkan lokasi kamar mereka. Kamar yang begitu indah, begitu membuka jendela, Menara Eiffel langsung terlihat menampakkan dirinya yang begitu memukau.

Seminggu sudah, mereka di Perancis, sekarang kegiatan rutin mereka ; kuliah, menonton pertunjukkan seni, belajar di apartemen. Seiring berjalnnya waktu, Ikal semakin memahami tabiat teman-teman sekelasnya yang berasal dari berbagai Negara. The Brits, belum selesai dosen berbicara, mereka tunjuk tangan ; bertanya, protes, mengeluh, membantah tapi tetap beradab. Naomi Stansfield adalah dedengkotnya The Brits. The Yankke, dalam diskusi, kelompok Amerika cenderung mendominasi, intimidatif, penuh intrik mengambil alih kendali dan membangun aliansi. The Yankee, terutama Virginia Townsend kerap bersitegang dengan Stansfield dalam banyak hal. Sesekali dua kelompok ini menghasilkan ide cemerlang yang dapat mengubah silabus mata kuliah dan dosen menghargainya dengan tres bien alias bagus sekali. Selalu duduk di tempat duduk yang sama di tengah kelas, pasti hadir 10 menit sebelum acara, taktis, metodikal, sistematis adalah cirri khas mahasiswa Jerman, terutama Katya Kristanaema. Motto mereka adalah penampilan yang sempurna tak lain karena persiapan yang matang, mereka menyarankan mengubah silabus ekonomi dengan nilai distingui artinya mendekati sempurna. Saskia de Rooijs dan Marike Ritsema, dua gadis paling jenius di kelas dengan pemikiran yang dapat mengubah Universitas de Sorbonne, Paris dan selalu mendapatkan Parfait atau sempurna, jarang berbicara dan berpenampilan sederhana.

Oh, kawan, ternyata dua gadis jenius itu berasal dari negeri terompah kayu yang pernah “mengasuh” kita : Belanda! Sesungguhnya para Yahudi. Yoram Ben Marur dan kawan-kawannya juga jenius, tapi mereka tidak mau ambil pusing soal nilai, tak peduli hal remeh dan pemikiran mereka dapat mengubah Perancis itu sendiri! Sikap menjunjung tinggi persahabatn, kebebasan dan kesamaan selalu melekat dengan mahasiswa Perancis. Charlotte Gastonia dan kawan-kawan. Para Tionghoa yang akrab dengan siapapun dan berpikiran luas, Eugene Wong dan kawan-kawan. Sisanya adalah The Pathetic Four, empat makhluk menyedihkan, selalu terlambat, berantakan walaupun selalu duduk di bangku depan, yang mereka pikirkan hanyalah bagaimana caranya mendapat nila Passable atau cukup dan tak perlu mengulang. Mereka itu Monahar .V.R.C. Manooj, hiburan di kelas dari negeri India, Pablo Gonzales, pandai besi dari Guadalajara, daerah miskin di Meksiko, kocak dengan cirri khas melukis salib di dadanya dengan mantra “mammamia”. Ninochka Stronovsky, seorang Georgia, mendapat beasiswa di Sorbonne karena kehebatannya menjadi Grand Master dalam Catur. Anggota terkahir tak lain tak bukan adalah Andrea Hirata alias curly alias Ikal.

Semuanya murni persaingan akademik. Setiap jumat sore, seperti hari itu, mereka semua sedang kumpul dan bercanda gurau di sebuah pub. Hari itu Alessandro d’Archy, sang playboy Italia, menyatakan cintanya pada Katya, primadona Sorbonne, sayang, ia ditolak oleh Katya. Keesokan hari, kabar tersebut telah menyebar. Semakin banyak saja pria yang merayu Katya, termasuk M.V.R.C. Manooj dan Gonzales. Tapi semuanya ditolak oleh Katya dengan dalih yang sangat cerdas dan tak terbantahkan. Tiba-tiba terdengar kabar yang menggemparkan, gencatan senjata! Katya telah mengajak seorang pria untuk berkencan dengannya. Luar biasa, pria itu adalah Ikal, kawan. Ya, Katya dan Ikal memutuskan berpacaran. Jantung Ikal berdegup kencang dan senyum sumringah melihat tatapan iri para pria saat ia bersama dengan Katya.

Semakin hari, Ikal dan Arai semakin bulat tekad mereka untuk menjadi seorang ilmuwan ekonomi dan seorang mikrobiologis. Hingga suatu hari, mereka menerima surat dari ayahyang menginginkan Ikal menjadi ahli madya pupuk dan Arai menjadi seorang asisten apoteker demi kepentingan orang-orang di kampong. Ikal dan Arai menangis rindu dan malu terhadap ayah yang walau tak pernah mengenyam pendidikan tetapi selalu ingin membantu kepentingan orang banyak.

Musim dingin tiba, Ikal dan Arai sibuk mengambil pekerjaan paruh waktu mengumpulkan uang demi rencana liburan musim panas mereka mengelilingi daratan Eropa. Berbagai pekerjaan sudah mereka kerjakan, tapi uang yang dikumpulkan masih terlalu dikit, sementara mereka ingin menjelajahi Eropa ala back packer yang identik akan penjelajahan, tantangan yang menggetarkan. Mereka hampir frustasi, sampai sebuah e-mail dari Famke Somers, gadis yang sudah di anggap sebagai sahabat itu mengajak Ikal dan Arai bertemu setelah fashion show-nya di Paris. Selesai acara, mereka bertiga pergi ke Museum le Lovre dan di sudut halamannya terlihat seniman-seniman muda berbakat sedang mengadakan pentas seni jalanan.

Komentar