teori neodarwinisme

BAB I PENDAHULUAN

I. Latar belakang

Charles Darwin mendasarkan teorinya (yang dikenal dengan teori Darwinisme) pada berbagai pengamatan yang ia lakukan sebagai seorang naturalis  muda di atas kapal H.M.S Beagle, yang berlayar pada akhir 1831 dalam perjalanan resmi lima tahun keliling dunia. Setelah pelayaran ini, Darwin mulai mengunjungi pasar-pasar hewan di Inggris. Dia mengamati bahwa orang-orang yang bekerja memuliakan sapi menghasilkan suatu keturunan sapi baru dengan mengawinkan sapi-sapi yang memiliki perbedaan sifat. Pengalaman ini, bersama dengan keanekaragaman jenis burung kutilang yang diamatinya di kepulauan Galapagos, memberi andil dalam perumusan teorinya. Di tahun 1859, ia menerbitkan pandangan-pandangannya dalam bukunya The Origin of Species [Asal Usul Spesies]. Dalam buku ini dia berpendapat bahwa semua spesies berasal dari satu nenek moyang, yang berevolusi dari satu jenis ke jenis lain sejalan dengan waktu melalui perubahan-perubahan kecil.
Yang membuat Teori Darwin berbeda adalah penekanannya pada "seleksi alam". Darwin berteori bahwa terdapat persaingan untuk mempertahankan kelangsungan hidup di alam, dan bahwa seleksi alam adalah bertahan hidupnya spesies kuat, yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Namun lambat laun teori Darwin mulai mengalami masalah-masalah keabsahan teorinya tersebut. Beberapa ilmuwan meragukan dan mempertanyakan kebenaran teorinya, seperti H.S. Lipson (ahli fisika Inggris), Louis Pasteur dan yang terakhir adalah seorang pendeta dan ahli tumbuhan Austria, Gregor Mendel. Mendel menyokong keyakinan agama tentang penciptaan khusus. Mendel menempatkan Darwinisme pada keadaan yang amat sulit. Karena alasan inilah, para ilmuwan yang mendukung Darwinisme berusaha mengembangkan suatu rumusan evolusi lain pada perempat pertama abad ke-20. Maka, lahirlah "neo-Darwinisme" [Darwinisme Baru].


BAB II PEMBAHASAN

II. NEO DARWINISME

Teori Darwin jatuh terpuruk dalam krisis karena hukum-hukum genetika yang ditemukan pada perempat pertama abad ke-20. Meskipun demikian, sekelompok ilmuwan yang bertekad bulat tetap setia kepada Darwin berusaha mencari jalan keluar. Sekelompok Ilmuwan yang bersikukuh mempertemukan Darwinisme dengan ilmu genetika, dengan segala cara, berkumpul dalam sebuah pertemuan yang diadakan oleh the Geological Society of America [Perkumpulan Masyarakat Geologi Amerika] pada tahun 1941. Setelah pembicaraan panjang, mereka setuju pada cara untuk membuat penjelasan baru tentang Darwinisme; dan beberapa tahun setelah itu, para ahli menghasilkan sebuah sintesis [rumusan hasil perpaduan] dari berbagai bidang mereka menjadi sebuah teori evolusi yang telah diperbaharui.
Para ilmuwan yang berperan serta dalam membangun teori baru ini termasuk ahli genetika G. Ledyard Stebbins dan Theodosius Dobzhansky, ahli ilmu hewan Ernst Mayr dan Julian Huxley, ahli paleontologi George Gaylord Simpson dan Glenn L. Jepsen, dan ahli genetika matematis Sir Ronald A. Fisher dan Sewall Wright.  Untuk menyanggah fakta "stabilitas genetik" (genetic homeostasis), kelompok ilmuwan ini menggunakan gagasan "mutasi", yang telah diperkenalkan oleh ahli botani Belanda Hugo de Vries pada awal abad ke-20. Mutasi adalah kerusakan yang terjadi, untuk alasan yang tidak diketahui, dalam mekanisme penurunan sifat pada makhluk hidup. Organisme yang mengalami mutasi memperoleh bentuk yang tidak lazim, yang menyimpang dari informasi genetik yang mereka warisi dari induknya. Konsep "mutasi acak" diharapkan bisa menjawab pertanyaan tentang asal usul variasi [keragaman] menguntungkan yang menyebabkan makhluk hidup berevolusi sesuai dengan teori Darwin—sebuah kejadian yang Darwin sendiri tidak bisa menjelaskannya, tetapi hanya mencoba menghindarinya dengan mengacu kepada teori Lamarck. Kelompok The Geological Society of America [Perkumpulan Masyarakat Geologi Amerika] menamai teori baru ini, yang dirumuskan dengan menambahkan gagasan mutasi pada teori seleksi alam Darwin, sebagai "teori evolusi sintesis" atau "sintesis modern". Dalam waktu singkat, teori ini menjadi dikenal dengan nama "neo-Darwinisme" dan pendukungnya sebagai "neo-Darwinis."



Neo Darwinisme menunjukkan ada 3 kelompok besar penyebab peristiwa evolusi, yaitu  1.Mutasi
Mutasi merupakan perubahan dari material genetik yang dapat disebabkan oleh beberapa factor alam yang meliputi factor kimia, fisika, biologis dari suatu individu yang bersifat menurun. Adanya mutasi memudahkan kita melihat peranan seleksi alam sebagai factor pengarah dan pembatas untuk terjadinya evolusi makhluk hidup.
2.Seleksi Alam dan Seleksi Buatan
              Seleksi alam dan seleksi buatan memiliki 3 tipe :
a. Tipe Stabilizing, pada lingkungan yang stabil varian-varian yang berada diantara kedua kelompok berpeluang untuk melestarikan dirinya. Kondisi yang stabil dapat menekan terjadinya evolusi atau seleksi alam. Sedang seleksi buatan lebih mengarahkan varian tertentu untuk  berkembang pada kondisi lingkungan yang stabil.
b.Tipe Directional, kelebihan atau keunggulan suatu individuadalah merupakan factor yang “mengarahkan” ataupun merupakan “signal” untuk  berlangsungnya proses seleksi dan memberikan kesempatan untuk menghasilkan proses evolusi.
c. Tipe Disruptive, distruptive adalah lawan dari tipe stabilizing, yaitu kondisi yang tidak stabil, meskipun tipe ini jarang terjadi, tapi umumnya berperan penting untuk menghasilkan produk evolusi.
3.Isolation
Mekanisme isolasi merupakan suatu syarat yang harus dilalui dalam mekanisme evolusi. Varian tertentu akan berkesempatan melestarikan dirinya, sedangkan yang lain akan tereliminir
Namun terdapat sebuah masalah besar: Memang benar bahwa mutasi mengubah informasi genetik makhluk hidup, tetapi perubahan ini selalu terjadi dengan dampak merugikan makhluk hidup bersangkutan. Semua mutasi yang teramati menghasilkan makhluk yang cacat, lemah, atau berpenyakit dan, kadangkala, membawa kematian pada makhluk tersebut. Oleh karena itu, dalam upaya untuk mendapatkan contoh "mutasi-mutasi menguntungkan" yang memperbaiki informasi genetik pada makhluk hidup, neo-Darwinis melakukan banyak percobaan dan pengamatan. Selama puluhan tahun, mereka melakukan percobaan mutasi pada lalat buah dan berbagai spesies lainnya. Namun tak satu pun dari percobaan ini memperlihatkan mutasi yang memperbaiki informasi genetik pada makhluk hidup.

BAB III PENUTUP

III. KESIMPULAN

Teori Neo Darwinisme muncul dengan harapan dapat memodifikasi dari teori Darwin sebelumnya  terutama pada konsep hukum-hukum Genetika menurut Gregor Mendel dan menggunakan istilah mutasi acak untuk menjawab mengenai asal-usul keragaman menguntungkan makhluk hidup yang menyebabkan mereka berevolusi. Tetapi istilah mutasi sangat tidak cocok digunakan karena sejauh ini terjadinya mutasi hanya menyebabkan kerugian bagi makhluk hidup itu sendiri. Jadi teori Neo Darwinisme ini juga mengalami kebuntuan dalam menjawab mengenai keragaman sifat makhluk hidup yang diturunkan oleh induknya yang sebenarnya terjawab dengan hukum-hukum genetika milik Gregor Mendel.

Komentar