Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2012

teks drama sekolah

Rita     :  Ya Tuhan… kenapa kehidupanku berubah secepat ini. Semenjak ibu menikah lagi,      kenapa ibu jadi mengacuhkanku dan lebih memperhatikan adik tiriku. Apa ibu tidak tau, di belakang ibu, adik jahat dan tidak sopan kepadaku. Justru ayah, ayah yang bukan ayah kandungku malah lebih memperhatikanku.            (Ratih memanggil) Iya, tunggu sebentar. Ratih   :  Rita!! Rita!! Cepat kesini! Rita     :  ada apa Ratih? Kenapa kau memanggilku seperti itu? Tidak bisakah kau memanggilku dengan panggilan yang lebih sopan? Ratih   :  apa! Sopan? Jangan harap aku bersikap sopan kepadamu kalau tidak ada ayah dan ibu. Eh, ngomong2 kemana ayah dan ibu? Rita     :  mungkin sedang menonton TV. (melihat jam) ah! Aku harus pergi sekarang. (hendak Ratih   :  hey! Siapa bilang kau bisa pergi begitu saja?...

teks drama sekolah

Rita     :  Ya Tuhan… kenapa kehidupanku berubah secepat ini. Semenjak ibu menikah lagi,      kenapa ibu jadi mengacuhkanku dan lebih memperhatikan adik tiriku. Apa ibu tidak tau, di belakang ibu, adik jahat dan tidak sopan kepadaku. Justru ayah, ayah yang bukan ayah kandungku malah lebih memperhatikanku.            (Ratih memanggil) Iya, tunggu sebentar. Ratih   :  Rita!! Rita!! Cepat kesini! Rita     :  ada apa Ratih? Kenapa kau memanggilku seperti itu? Tidak bisakah kau memanggilku dengan panggilan yang lebih sopan? Ratih   :  apa! Sopan? Jangan harap aku bersikap sopan kepadamu kalau tidak ada ayah dan ibu. Eh, ngomong2 kemana ayah dan ibu? Rita     :  mungkin sedang menonton TV. (melihat jam) ah! Aku harus pergi sekarang. (hendak Ratih   :  hey! Siapa bilang kau bisa pergi begitu saja?...

laskar pelangi

Bab 1 PAGI itu, waktu aku masih kecil, aku dan ayahku duduk di bangku panjang di depan sebuah kelas. Sebatang pohon filicium tua yang riang meneduhiku. Orangtua d an anak-anaknya juga duduk berderet-deret di bangku panjang lain didepan kami. Hari itu adalah hari pertama ku masuk SD. Di mulut pintu berdiri dua orang guru seperti para penyambut tamu dalam perhelatan. Mereka adalah Bapak K.A. Harfan Efendy Noor, sang kepala sekolah dan seorang wanita muda berjilbab, Ibu N.A. Muslimah Hafsari atau Bu Mus. Adapun sekolah ini, SD Muhammadiyah, sekolah kampung yang paling miskin di Belitong. Tidak seperti suasana di SD lain yang penuh kegembiraan ketika menerima murid angkatan baru, suasana hari pertama di SD Muhammadiyah penuh dengan kerisauan, dan yang paling risau adalah Bu Mus dan Pak Harfan. Guru-guru yang sederhana ini berada dalam situasi genting karena Pengawas Sekolah dari Depdikbud Sumsel telah memperingatkan bahwa jika SD Muhammadiyah hanya mendapat murid baru kurang dari sepul...