Tidak Kemana - Mana
Ya Allah...
NikmatMu telah
banyak kudustai. Syukurku tak setebal kertas putih dan bibir - bibir mungil
yang bersimpuh di siang hari. Sakitku adalah cahaya yang menjelma di atas para
tawa yang selama beberapa hari ini kusejajarkan dengan kealpaanku memelukMu
setiap hari.
Namun Kau tak pernah
pergi.
Meski tangan kotor
ini menyia - nyiakan doa yang tak pernah kuamini setiap pukul dua pagi. Meski
kelalaianku untuk rendah hati nyatanya berdosis lebih tinggi dibandingkan diri
ini membaca ayat - ayat suci saat senja datang kembali.
Engkau masih
memelukku.
Saat bulan menangis
ditinggalkan matahari pukul tujuh pagi. Saat kaki - kaki ini mengisyaratkan ada
kehidupan lain di ujung bumi. Saat kesombongan demi kesombongan mulai menebal
di sekujur bumi yang mulai ringkih.
Ya Allah...
Engkau masih di sini
dan tak pernah pergi
Seperti malam ini,
di tengah - tengah ketidakberdayaan hamba - hambaMu, di antara punggung -
punggung yang lupa berserah diri, di atas dunia yang menciptakan Tuhannya
sendiri.
Engkau masih di
sini.
Memberiku cara lain
untuk menikmati kerinduan kepada keluarga yang tak pernah jauh di hati. Mungkin
sakitku karena rindu.
Komentar
Posting Komentar