Sampai Bertemu Kembali
Sebab kau ;
Yang selalu
membuatku terjaga hingga pukul satu pagi
Yang namanya selalu
tergenang dalam tengadah tangan pukul dua pagi
Yang selalu
kukirimkan rindu pukul tiga pagi
Sehingga kau
terbangun pukul empat pagi dan membasuh wajahmu untuk membalas doaku saat pukul
lima pagi.
Kemarilah. Luangkan
waktumu sebentar untuk duduk di sampingku. Aku menunggumu di taman kampus depan
fakultasku. Aku ada di bangku nomor tujuh, dengan sepatu berwarna coklat kayu
dan bibir bergincu. Setidaknya begitulah bayanganku ketika waktu tak lagi punya
alasan untuk menyembunyikan kita yang saling merindu.
Nyatanya, kita hanya
dua pasang mata yang malu - malu diantara gedung - gedung berwana putih susu,
semarak dengan pintu dan decak kagum para sepatu. Taman ? Itu hanya sebuah
mimpi pukul tujuh pagi yang selalu berputar - putar dalam kepala wanita yang
duduk di angkutan umum jingga biru, sedang dirimu berjuang di atas motor dengan
sepatu ungu dan kaus kaki birumu.
Nanti, ada saat
dimana dimensi waktu - mungkin di menit keseribu mempertemukan dua kepala di
atas dunia yang tidak punya malu, untuk saling mengadu senyum di menit keseribu
satu. Kemudian satu sama lain merangkul jemari untuk menjawab keterasingan yang
kau ucapkan dahulu. Sedang di sini aku diburu oleh seribu pertanyaan 'mengapa
pula kau tak datang menemuiku'. Atau kau di sana justru terhenyak ditimbun satu
per satu rindu yang menjualmu pada malam tanpa ku tahu.
Kau diam dengan
caramu, bungkam pada hari ketiga puluh satu, sehingga tanpa sadar membuat
lidahku kelu hanya untuk bertanya bagaimana kabarmu. Adakah kau tersesat atau
aku memang bukanlah kepulanganmu ?
Komentar
Posting Komentar