Untitled Page
Kau tidak membiarkan kata-kata tenggelam dan terlepas. Kau malah menyeretku kepada sejumlah kata-kata yang kau selipkan di telapak tanganmu. Aku tidak mengerti, bahkan dengan aksara yang berkarat di ujung halaman yang kau lipat. Kau memaksaku memilih nila atau lila pada jingga pukul lima. Kau tak mengerti, ada banyak huruf yang tidak terbaca olehku. Kau mengabaikannya, mengabaikanku. Aku tidak membacanya, tidak melihat cahaya yang kau paksakan ke dalam retinaku. Kau berjingkat-jingkat di keluasan pasir kertas yang menguning seiring pokok hidup yang terus mengendap dan menyelinap pada sampul buku kepunyaanNya. Kau tidak peduli, merentangkan tangan untuk menyeimbangkan udara dan egomu. Senyummu tak mengenalku, lebih tajam dari ujung pena yang biasa kau gunakan untuk melukai halaman-halaman diarimu. Sekilas melihat tatapanmu, aku tahu ada seorang anak kecil terperangkap di sana. Itukah alasanmu tidak memberi nama untuk halaman yang kau tulis? Kau malah meremasnya agar tulisan...