Mencintaimu Entah Sampai Kapan
Selamat malam tuan, Selamat membaca isi kepala perempuan yang mungkin namanya tidak pernah kau titipkan pada doamu di ujung senja, pada malam yang menua, atau pagi yang masih muda. Barangkali kau tak ingat, atau tak ada izin yang kudapat untuk mempersempit jarak dan jeda di antara kita yang seharusnya ada. Percayalah, bukan hanya sekali aku menitipkanmu pada udara ketika doa dan airmata tak lagi mampu merengkuh lelahmu yang tak sudah-sudah. Sebab aku hanyalah satu dari banyak kemungkinan yang tak kau inginkan. Ketika mencintaimu tak semudah menampar wajah sendiri untuk membedakan apakah kita adalah mimpi atau keinginan? Mungkin disana kau penat dengan sikapku yang gemar bermain dengan prasangka sendiri dan membiarkan isi kepala kita membeku pada kebodohan yang itu-itu saja. Maafkan jika aku lebih sibuk mempertahankan rasa sedang kutahu kau tak pernah benar-benar mengenal suaraku. Tak ada satupun dari kita mau menyudahi diam yang berkepanjangan ini, dan lebih memilih mati d...