Kau Akan Membencinya
Kau akan
membencinya; serupa dia membenci hari ini, dimana kau mengikat cinta untuk yang
lain dengan kilau yang melilit di jari manismu. Kau akan membencinya, serupa ia
membenci hari ini, dengan sengaja melepas tanganmu yang melingkar di
pinggangnya. Katanya, kau bukan lagi tangan mungil yang menarik - narik
bajunya, sedang wajahmu mengarah ke toples gula. Sekuat yang dia bisa,
tersenyum dipecundangi waktu bahwa kau kini wanita dengan pilihan. Langkah
kalian tak lagi sama, ia membelakangimu jauh. Begitu jauh agar melupa bahwa
kini kau adalah wanita yang kuat bersama kerajaan barumu.
Tak
terlihat, perlahan mahkota itu ia lepas dari kepalanya, sedang tangannya yang
lain gemetar karena menahan airmata. Ia tak ingin lemah pada hari ini dimana
kau membencinya. Membenci ketidakhadirannya, semoga kau paham ini takkan mudah
baginya. Melihatmu memeluk wanita lain yang kini akan menikmati tawamu setiap
hari, kau beri pelukan hangat yang sama untuk wanita dari rajamu.
Di
kepalamu, ia adalah wanita yang penuh aturan. Dan seharusnya kau juga tak lupa
kalau ia adalah wanita yang dulu sering mengetuk pintu kamarmu, membawakan
semua makanan kesukaanmu hanya untuk menjauhkanmu dari lelah.
Telapak
tangannya adalah buku kehidupan, menempamu menjadi kuat. Sekuat ia yang selalu
di posisi kedua. Ia adalah wanita yang membiarkanmu lebih dicintai bahkan
kepada laki - lakinya sekalipun, yang mencintaimu jauh sebelum dunia memelukmu.
Ia berani mencintaimu, serupa ia berani melepas cita- citanya demi melihat
langkah pertamamu.
Kau
membencinya untuk menanam lebih banyak rasa cintamu padanya. Seharusnya kau
mengerti, bahkan waktu tak berani untuk membuktikannya. Kau begitu dicintai
melebihi hidupnya. Kepergianmu seperti alarm baginya, bahwa tugasnya telah
selesai meski sebenarnya ia tak ingin mengakhirinya.
Setelah
ini, kau akan mulai hidup dengan rindu
yang sesekali datang untuknya, dan waktu memberimu tempat di dalam mimpi untuk
bertemu dengannya. Begitupun ia, dengan pintu yang terbuka, duduk di kursi
senja, menikmati doa - doa yang selalu terjaga dibawa udara untukmu di sana.
Kini kau menjelma ia, ratu yang mungkin takkan lagi berteriak menyebut
panggilannya ketika kau ketakutan.
Dan perihal
kehadirannya, sekarang lihatlah kursi yang telah kau sediakan untuknya.
Senyumnya bercerita bahwa kau akan tetap menjadi putri kecilnya meski mahkota
itu tak lagi di kepalanya.
Selamat Hari Ibu
Komentar
Posting Komentar