Rindu (me)nanti.




Biarlah rindu ini meringkuk, malu-malu di dalam istana yang kusebut doa. sampai kau jemput nanti, pada waktu yang semestinya. tak usah takut dirimu kehilangan syahdunya. jika memang waktunya tiba, 'kan kau rasakan indahnya mengusapmu lembut, setingkat di bawah belaian ibu yang menyentuh nyaman saat kau sakit perut, saat kau hendak tidur dan saat kau mimpi buruk.

Pipimu akan membulat, tak kuasa menahan bahagia yang hampir tumpah karena menerima rindu ini. Terlena hingga matamu terpejam karena rindu meniupkan kesejukkan hingga ke relung dada. Hangatnya hampir mengalahkan kecupan kening ayah sebagai pengantar tidur dan kasih sayangnya memanjakanmu bagai dongeng-dongeng yang lebur dalam suara ayah yang menenangkan.


Hatimu penuh sesak akan cinta yang kau rasakan dari rindu yang bertubi-tubi memelukmu. Sebabkan percikan kembang api yang indah setara dengan riuh, tawa, dan cerita dari kakak dan adikmu yang tak pernah lekang dalam pagi dan pulangmu. Tetapi semuanya akan nanti. Saat langkahmu bergerak dalam mentari dan bulan yang kusebut 'nanti'. Saat dirimu telah berada dalam 'nanti' dan menjemput rindu ini; aku.



Komentar