Duwa Rebu Tujuh Belaz
Kalau kamu merasa
tersindir, kesel, marah sampai garuk-garuk tanah
Berarti tulisan ini
bukan dari saya, bukan juga buat kamu.
2017.
Baru berjalan 10 hari
lamanya, tiba-tiba saya tergerak untuk menulis tentang apa yang ingin
dilakukan, dan mungkin, sudah dilakukan pada tahun sebelumnya. Entah kamu sebut
ini apa, harapan, ambisi, target, angan-angan, mimpi, cita-cita, atau yang
lebih tinggi kamu sebut ini sebuah resolusi. Saya tidak mengerti karena saya
tidak pernah membuat hal-hal semacam itu untuk mengawali pergantian tahun. Buat
saya, rencana selalu terlihat ketika deadline
sudah mendekat. Serupa dengan pelangi yang selalu terlihat di matamu.
Oke. Tidak ada
hubungannya.
Mungkin sudah saatnya
saya kembali mengosongkan isi kepala lewat jemari yang bergerak, menari-nari,
berjingkat, berlari-lari, atau sekedar berjalan santai dalam tulisan. Mengilas
balik tahun 2016 dan tahun-tahun sebelumnya, bagaimana saya tumbuh melalui tulisan
untuk mewakili sifat manusiawi dan ke-binatang-an saya.
Mungkin kamu juga di
sana, yang sedang sibuk dan lelah mencari kerja, yang terpaksa atau dipaksa
untuk lembur kerja, yang bosan dengan tugas akhir kuliah, yang bingung gebetan
tiba-tiba ngilang, yang lagi patah hati,
yang lagi berbunga-bunga, yang jatuh cinta diam-diam, yang marah harga cabe mahal, yang kesel pesan ojek online tapi dicancel,
yang suka makan uang rakyat, yang vegetarian, yang gak suka seafood, yang
hobi dengan mie goreng tapi makannya direbus, yang tidak sengaja hapus pin BBM
mantan, yang tidak sengaja ngelove foto haters di Instagram, yang lagi copy-paste,
yang makan gorengan 5 bilangnya 2, dan untuk siapapun kamu yang tidak lupa
untuk bernapas, pasti pernah mengalami hal yang sama.
Ya. Terkadang hanya
tulisan yang mampu mewakili ketika berbicara hanya dianggap basa-basi dan angin
lalu saja. Saya, kamu dan kita semua pasti pernah menulis untuk mencurahkan
perasaan dengan 1 kata, 3 kata, 5 kata, berlembar-lembar kemudian dijual, atau
menulis panjang lebar di socmed sekedar memberi tahu atau pamer berharap ada
yang peduli. Padahal kenyataannya, orang yang kamu kira selalu ada buat kamu,
justru lagi seru scroll atas-bawah
kiri-kanan karena bete nunggu pacar
belum jemput, selingkuhan gak
dateng-dateng, mantan belum ajak balikan, atau gebetan tiba-tiba nembak orang
lain.
Tahun 2016 terlalu
banyak rencana tanpa deadline, entah
saya yang rajin keterlaluan atau memang kegeeran.
Saya ingin menyelesaikan lebih banyak untuk rencana yang sudah terlanjur
dibuat, mewujudkan lebih banyak untuk rencana yang belum dibuat, bertemu dengan
orang lebih banyak, entah dia-dia saja atau orang baru, pergi ke tempat-tempat
seru lebih banyak, entah itu-itu saja atau tempat-tempat baru, bersabar lebih
banyak, ikhlas lebih banyak, peka lebih banyak, peduli lebih banyak, tertawa
lebih banyak, bersyukur lebih banyak, dan menulis lebih banyak.
Pada akhirnya saya
hanya bisa berencana melalui tulisan ini. Belum selesai cerita,
pertanyaan-pertanyaan receh mulai memenuhi isi kepala yang intinya
mempertanyakan apakah akan terealisasi atau tidak. Saya tidak tahu. Sama halnya
dengan pertanyaan; saya ingin jadi apa dan melakukan apa. Jauh lebih sulit
dijawab saat usia saya yang hampir menginjak seperempat abad sebab dibutuhkan
lebih banyak tanggung jawab dan aksi nyata dibandingkan dengan jawaban ketika
saya masih suka menghisap ibu jari dan menggoyang-goyangkan badan ke kiri dan
ke kanan.
Saya ingin lebih dekat
kepada Dia yang mau menangkap doa, menggenggam lebih erat untuk kamu yang asli
dan selalu ada, memaafkan lebih banyak untuk kamu yang tidak menyukai saya,
merangkul lebih hangat untuk kamu yang membenci saya, dan memeluk lebih erat
untuk semua masalah yang menjadi berat hanya karena kurangnya bersyukur dan overthinking. Sebenarnya bisa jadi biasa saja,
sama seperti kamu yang hanya menganggap saya teman biasa.
Oke. Lagi-lagi. Tidak
ada hubungannya.
Saya ingin mendengar
dan melihat lebih banyak. Saya pikir, selama ini saya terlalu sibuk bicara
sendiri sehingga semesta merasa terganggu dan mengusik saya. Saya ingin
mencintai lebih banyak tanpa harus memikirkan apakah saya juga dicintai atau
tidak. Saya ingin menjadi luar biasa dalam tubuh yang biasa, menjadi biasa
dalam isi kepala yang luar biasa. Saya ingin menjadi luar biasa dan biasa dalam
waktu yang ada dan tersisa.
Saya ingin terus
berjuang menjadi diri sendiri, untuk kamu dan kita semua. Saya tahu, saya tidak
sendiri. Di luar sana, mungkin kamu sedang manggut-manggut karena mengalami hal
yang sama atau mengerutkan dahi dan mengelengkan kepala karena tidak setuju dengan
tulisan ini. Apapun itu, tetaplah hidup dan berjuang karena kita masih harus
membuat dan mewujudkan rencana. Untuk kamu yang bilang, " manusia hanya
bisa berencana, tapi Tuhan juga yang menentukan, bla bla bla." Kalau
begitu, di tahun 2017 ini mari kita sibukkan diri kita dengan membuat rencana
yang memang layak untuk diacc oleh
Tuhan, lebih keras dari usaha kamu membuat laporan agar diacc oleh atasan atau tugas akhir yang pengen banget diacc
sama dosen pembimbing.
Selamat berencana.
Komentar
Posting Komentar