Jadi Tak Biasa
Aku melangkah cepat, sebisa mungkin tak menghabiskan waktuku di tempat ini. Delapan jam sudah membuatku muak dengan segala aktivitas yang selalu bisa kuprediksi setiap hari. Terkurung dalam kursi yang tak lebih besar dari tubuhku, memasang wajah lugu pada dosen yang tampak pengecut. Dosen yang bayangannya pun tak pernah berhasil ku bentuk dalam pikiranku, hanya sebaris nama absurd dengan segala gelar rapuh yang akan pecah ketika nanti menyentuh tanah. Hanya selirnya yang sibuk mengurusi kami seperti pengawal istana dengan tugas yang tak berjeda, me monoton i pikiran kami yang warna-warni. Ah, sudahlah... jangan sampai aku benar-benar muntah. Langkahku terbagi dengan kedua tangan yang sibuk merapikan isi tas, penat memaksaku tak perlu berbasa-basi lagi di dalam kelas. Tapi itu semua tidak menganggu konsentrasi gravitasiku untuk menuju seseorang, yang kuharap bisa membuka mataku bahwa ada yang menyenangkan di balik kata bosan . Mungkin itu hanya perkiraanku. Tidak untuk h...