3.31 Kenapa ia begitu kucintai?


Ia menjagaku seperti seorang ayah
Ia mencintai seperti seorang pria
Terkadang, ia tertawa seperti anak usia lima
Keluh-kesahnya ingin didengarkan seperti seorang remaja.

Ia bisa sehangat mentari,
Bisa sedingin malam,
Dan ia bisa membawaku ke mana saja lewat cerita-ceritanya.

Hariku lengkap melihat wajahnya seperti bayi saat tertidur
Membuatku tersenyum, menyadari aku tidak bisa lari dari seseorang yang ada di depanku ini. Kenapa ia begitu kucintai?
Kadang ia bisa sangat keras kepala,
Bisa begitu manis saat salah tingkah.
Bernyanyilah di depannya, senyumnya akan membuatmu lupa bahwa tidak ada manusia yang sempurna.

Humornya sangat buruk, tapi aku selalu tertawa.
Waktu terasa begitu cepat saat bersamanya
Mendengar tawanya, melihat senyumnya, menikmati gerak tubuhnya yang begitu antusias saat bercerita.

Aku bisa jadi apa saja di depannya.
Tanpa make up, oversized tees, unbrushed teeth, or get lost in chocolate and ice cream.
Ia ingin aku menjadi seseorang yang tidak pernah kutunjukkan di dalam keramaian.
Seseorang yang penakut, cengeng, mudah panik, dan keresahan lainnya yang ingin ia pahami.
Aku tidak harus jadi keren saat bersamanya.

Ia tidak terbiasa dengan kata-kata romantis, tapi ingin mendengarnya.
Baginya, pelukan dan kecupan di kening adalah ‘I love you’ yang bisa kutemukan kapan saja.
Diam, hangat, dan erat.

Kita tidak semulus itu.
Kadang lelah dengan satu sama lain,
Kadang semuanya terdengar seperti omong-kosong,
Penuh keraguan

Namun lebih dari itu, ia adalah pulang dan tujuan.
Stasiun terakhir. Sebuah tempat
Yang ingin kudatangi setiap hari.


Komentar