Helvme




Dia bisa dapatkan apa saja yang ia mau, bahkan sebelum bertemu denganku, ia sudah punya dunianya sendiri. Namun, apa yang ia katakan?

Aku sudah cukup dengan memilikimu, duniaku tanpamu tidak berarti apa-apa

Lalu, aku mulai menganggap itu semua hanyalah rayuan, ia suka sekali bercanda. Bahkan aku pernah berpikir ia seperti sedang bermain-main dengan perasaanku. Apa hanya aku yang memiliki perasaan padanya? Apa ini hanya sepihak? Seringkali aku mengatakan padanya bahwa ia tidak romantis dan tidak peka sampai aku menyadari ia begitu menyayangiku lebih dari yang aku tahu, lebih dari yang bisa ia tunjukkan. Dia tidak ekspresif dan pemalu, sikap dingin yang kuanggap menyebalkan sebenarnya kelembutan yang selalu ia berikan. Justru aku yang tidak mengerti dan tidak peka padanya.

Dia tidak terbiasa untuk bilang ‘terima kasih’ dan ‘maaf’, tapi bersamaku, ia ingin menjadi yang terbaik. Ia ingin selalu melindungiku, menjadi seseorang yang bisa kuandalkan dengan sifat cerobohku.

Terima kasih, karena sudah mengeluarkan sisi terbaikku yang bahkan tidak pernah aku sadari itu.

Bagaimanapun sibuknya, ia akan selalu meluangkan waktu untuk makan bersama. Baginya, meja makan adalah tempat di mana ia bisa tenggelam dalam sudut pandangku, saling membagi keluh-kesah, mencari solusi bersama untuk sesak yang tidak perlu kita ucapkan lagi karena menatap mataku adalah kejujuran yang paling ingin ia cari.

Ia selalu mendukungku, mengalah dengan keras kepalaku. Dia tidak ragu untuk memegang tanganku ketika jalan bersama,

Aku ingin dunia tahu kamu milikku. Aku ingin jadi seseorang yang bangga bisa berjalan di sampingmu.

Meski tak pernah mengatakannya, ia paling suka saat aku memeluknya. Baginya, seperti tambahan energi untuk banyak lelah yang tak mampu ia katakan, semacam penyembuhan untuk sakit yang ia telan sendirian. Banyak “pertama kali” yang kita lakukan bersama. Bagaimana kepribadian kita yang begitu mirip menanggapi hidup yang itu-itu saja. Bertingkah konyol seperti anak kecil, saling menjahili, dan aku menyadari leluconnya adalah hal yang paling aku rindukan saat jauh darinya.

Rahang yang tegas, hidung mancung, alis tebal, mata coklat yang indah, kulit seputih susu, dan senyumnya yang tidak perlu kuberi peringkat lagi—dengan ketampanan seperti itu, ia bisa dapatkan yang lebih baik dariku tapi lagi-lagi ia katakan,

Jangan khawatir, mungkin yang lebih baik banyak tapi itu bukan kamu. Aku tidak akan melihat ke manapun selain seseorang yang ada di depanku saat ini. Beritahu aku apa yang paling tidak kamu sukai pada dirimu agar aku tahu dari mana harus mulai mencintaimu.

Ia adalah kado terindah dari banyak hal yang tidak mampu kuberikan padanya. Memang ia tidak sempurna, tapi bersamanya adalah sesuatu yang kuinginkan.

Stay close, keep in touch!

Komentar