Terima Kasih, Senang Mengenalmu.


Sabar ya aku lagi menulis cerita terakhir tentang kita. Iya. Terakhir. Aku sudah tidak mau lagi mengabadikan kamu dalam tulisanku. Kita tetap baik2 saja, tapi...................................

Oke selesai.

Ceritanya sudah selesai. Tidak bercerita tentang bagaimana kita, tapi tetap saja masih kamu 'kan tokoh utamanya? Kalau kamu ingin mengingat kembali bagaimana kita bisa saling mengenal, bagaimana kita bisa bertemu untuk pertama kalinya, kamu bisa baca tulisan-tulisanku sebelumnya. Itu semuanya tentang kamu. Sekarang sudah cukup ya. Yang perlu kamu ingat, aku adalah orang yang beruntung bisa mengenalmu, bisa merasakan cinta yang kau berikan, bisa membuat iri orang-orang yang mengenal kita. Sudah tentu, aku bukan orang yang paham tentang bagaimana Tuhanmu, tapi jika benar Sinterklas itu ada, kamu seperti hadiah yang salah kirim. Kamu adalah hadiah terindah yang pernah dititipkan Tuhan untukku, untuk kemudian dikembalikan kepada hati yang memang seharusnya untukmu. Salam untuk Bapak ya, sering-seringlah pulang ke kampung halaman untuk menengok keluargamu di sana. Sehebat apapun dirimu di ibukota, yang mereka butuhkan kehadiranmu di tengah-tengah mereka. Kau tetap gagal jika membuat orang tuamu merasa kesepian, meski anak-anaknya sudah berhasil di rantau. Jangan sering overthinking, apapun yang kau lakukan, ibuk selalu ada bersamamu. Maaf tidak bisa lagi memberi kehadiran dan perhatian, seperti yang pernah ku katakan, lakukan apapun sesuai kata hatimu sebab ini juga nasihat yang selalu ku ingat dari ayahku. Jaga kesehatanmu, Mas.

Komentar