Hanya Selasa Pagi...


Gambar terkait
weheartit.com

Tak ada yang istimewa pagi itu, seperti biasa kau menjemputku pukul setengah tujuh untuk berangkat ke kampus. Dalam perjalanan kau berbicara, samar-samar yang bisa ku dengar—kau ingin kita selesai. Selama perjalanan, aku berpegangan pada pada pinggangmu. Saat kau ucapkan itu, ku pukul pelan perutmu, ingin kau berhenti bercanda seperti itu. Kau bilang hari ini adalah hari terakhir kau mengantarku. Tepat setelah kau ucapkan itu, kita sampai di pintu gerbang kampusku. Aku terdiam cukup lama, masih mencerna apa maksudmu, belum turun dari motor. Kau bisa saja menghilang, tapi kau memilih pamit—katamu. Kau tidak bisa mengatasi perbedaan kita, kau tidak ingin aku terluka lebih dalam jika segalanya dilanjutkan. 

Siapa yang memintamu menyelesaikan semuanya? Lantas setelah kehilangan, apa aku akan bahagia dan tidak terluka? Kau tahu, keras kepalamu yang membuatku tergila-gila. Seolah kau tahu apa yang ku rasakan dan apa yang terjadi dengan diriku setelah kau tinggalkan. Hingga kita berakhir, kau masih membuatku gemas. Aku tidak mengucapkan sepatah kata pun. Diam, lalu pergi. Aku tidak ingin kau melihatku menangis. Kau memanggilku berkali-kali. Orang-orang tampak keheranan melihat kita. Sekali saja, aku ingin menjadi egois sepertimu—aku tidak ingin kita berakhir. Sekali saja, aku ingin jahat sepertimu—kau tidak akan menemukan siapapun setelah denganku.

Komentar