Make A Wish!
we heart it |
Aku tidak terbiasa mengucap selamat untuk siapapun yang mengulang tahun.
Kalau diingat-ingat, bisa dihitung jari aku melakukannya—itupun kepada
keluargaku. Beberapa hari lalu ada perayaan untukmu. Aku tidak bisa melakukan
banyak hal, komunikasi kita terbatas bahkan aku dan kamu sudah jelas mau ke
mana setelah ini, kita akan berada di arah yang berbeda. Kini, kau adalah teman
yang diam-diam selalu kupantau. Kau memberiku ruang untuk jatuh hati
diam-diam, meski aku tidak berbakat. Aku aminkan segala doa yang kau panjatkan.
Bertambah usia adalah di mana kau menabung mimpi-mimpi baik dari orang-orang di sekelilingmu.
Ada banyak harapan dariku—kau di sana, mari kita aminkan
bersama. Segala bentuk semoga yang aku ucapkan tidak akan pernah bisa melampaui
senyum ibuk dan cemas bapakmu 25 tahun
yang lalu. Di setiap tarikan nafas dan keringat orang tuamu ada keinginan
terdalam yang mungkin mereka lupa katakan karena terhalang rengekan sepeda
barumu—jadilah sosok yang selalu ingin disayang Tuhan, semoga apapun yang kau
mau selalu seiring dengan hati nuranimu, dan semoga kau selalu dikuatkan untuk
menjadi orang baik. Kau masih anak kecil yang akan terus bertumbuh seiring satu
per satu doa ibuk yang
terkabulkan hingga kau dewasa bersama keriput tulang pipi bapak yang tersenyum
melihatmu menemukan perempuan selain ibumu. Kami, aku dan teman-temanmu, hanya
mampu mengantarmu sampai batas ke-semoga-an.
Hanya dirimu yang mampu bangkit ketika jatuh, dan saat kau berada di atas, hanya dirimulah yang mampu membuatnya runtuh.
Dari sekian banyak kalimat yang tidak akan kau baca, kupersingkat
saja: Semoga segala keinginan satu tahun ke depan akan terlaksana satu per
satu. Kau hanya harus kuat dan sabar.
Ingatlah selalu,
Kau tidak pernah
sendiri.
─Sekali saja, boleh
kusebut namamu di sini?
Untuk Mas Ca.
Komentar
Posting Komentar