Sabtu Malam
Setelah setahun dengan susah payah mencoba, akhirnya kita sempatkan bertemu. Masih di kedai kopi yang sama, entahlah banyak kenangan bersamamu ada di tempat-tempat yang berbau kopi sebab begitulah salah satu cara kau berlari. Katamu, hidup adalah perihal bagaimana kau berlari dari satu tempat ke tempat yang lain tidak peduli seberat apa napasmu karena waktu tidak pernah mau tau. Kopi adalah pelarianmu dari merokok. Tanpa ku beritahu, kau paham aku tidak suka dg perokok, tapi aku tidak bisa membenci kamu dan ayahku sendiri. Sabtu malam yang tersisa beberapa jam lagi. Kau akhirnya datang. Kaos oblong abu-abu. Jaket parasut hijau lumut. Jins abu-abu kesayangan. Sepatu Converse abu-abu. Dan sebuah senyuman. Semoga apa yang kau pakai bukan karena aku yang pernah bilang kalau kau terlihat tampan dengan warna abu-abu. Atau mungkin itu semua adalah sindiran untuk kita yang (masih) abu-abu. Jakarta masih sama. Setelah hampir dua tahun ku tinggalkan. Kita mulai dengan basa-basi. Kabarku ...