Ki(cin)ta.
Hujan meluruhkan rindu kita ke tanah. Bau tanah terus dipeluk hujan menguap bersama segala alpa, menghilang di udara berdesak-desakkan dengan sedih dan airmata. Aku bersembunyi di balik jaketmu, meski dingin tetap menggelitik pori-pori kita, menumpahkan segala cinta di sela-sela jemariku dan bibir kita yang menyatu. Senyum kita adalah haru yang mesra yang menelanjangi satu per satu kasih sayang dari mata ke mata. Saat ini, cukup dengan begini. Tidak perlu ada kata, peluh dan desah untuk mengaktifkan debar-debar cinta di balik dinding yang kaku dan tampak gelisah karena lama tak kita sapa. Kita adalah bahagia yang ada. Bukan hanya mengejar tawa, tapi juga segala kesal, resah,dan marah. Kita adalah mahakarya dalam segala cacat yang kita punya, yang tak pernah habis dijelaskan dengan huruf dan angka. Inilah kita. Ada kamu yang terus menciumi ketidaksempurnaanku. Ada aku yang mencandu kebodohanmu. Ada cinta yang melahirkan kita. Ada segala percaya dan menerima yang mengutuk...