cerpen
Semanis Coklat…
Dear coklat,
Hari ini BT banget! Cowok yang aku suka marah-marah lagi sama aku. Pusing deh! Gimana sih buat dia gak jutek and ketus sama aku??! :(
Bella langsung menutup diary-nya. Huh! Hari ini lelah sekali buat Bella. Dia teringat lagi kejadian di kampus tadi pagi. Saat itu dia tidak sengaja menabrak Ryan saat ingin masuk kelas.
Brak!!
“ Duh! Kalo jalan liat-liat dong!!”
“ Maaf, maaf gak sengaja. Aku gak liat kalo kamu ada di depan aku.”
“ Gak liat dari Hongkong!! Badan gw segede’ ini lo gak liat??! Udahlah, minggir! Ngabisin waktu gw aja!”
Ryan pun pergi. Bella hanya pasrah. Dia membereskan bukunya yang jatuh berserakan.
Bella bingung, kenapa dia bisa suka sama cowok sejutek Ryan??! Huh!
****
“ Pagi semua!!”
“ Pagi, pak!!” balas mereka serentak.
“ Berhubung kalian sebentar lagi akan liburan, bapak pikir…daripada waktu liburan kalian pakai untuk hal tidak berguna bapak akan berikan kalian tugas untuk mengisi liburan. Kalian kan bisa mengerjakannya di sela-sela waktu liburan.”
“Huuu!!”
Kata-kata pak Dodi dibalas sorakan oleh para mahasiswa.
“ Sudah-sudah!! Sekarang dengarkan!! Tugas kalian adalah membuat makalah tentang anak-anak jalanan…”
Pak Dodi menjelaskan tugasnya panjang lebar. Sesekali terdengar sorakan dari para mahasiswa. Mereka dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-masing terdiri atas dua orang. Saat Pak Dodi menyebut nama Bella dan Ryan, mereka saling tatap sesaat. Setelah itu Ryan kembali buang muka.
****
Keesokan paginya, Bella sudah berada di dalam mobil Ryan menuju ke Jogja. Mereka akan mengamati anak-anak jalanan yang ada di sana. Selama perjalanan, mereka saling diam. Hanya musik yng menemani kebisuan mereka. Saat hari mulai beranjak malam, akhirnya mereka tiba di Jogja tepatnya di kota Srandakan. Keduanya segera mencari hotel dan memesan kamar. Kamar mereka berdepanan. Ryan segera menutup pintu tanpa mengucapkan apa-apa. Huh! Lagi-lagi Bella hanya bisa pasrah.
‘Kenapa sih gak bilang ‘selamat tidur atau selamat malam’ kek! Apa salahnya coba!!? pikir Bella dalam hati.
“ Selamat malam Ryan… Have a nice dream” kata Bella lirih.
Dia pun menutup pintu dan terlelap.
****
The work have been began. Sekitar jam sembilan pagi mereka sudah ada di jalanan. Mengamati dan mewawancarai beberapa anak jalanan. Bahkan mereka ikut melakukan kegiatan anak-anak jalanan seperti menyemir, mengamen dsb. Tidak terasa sudah lima hari mereka habiskan di sana. Bella senang karena dia dan Ryan semakin dekat. Walaupun Ryan masih sering ketus padanya. Siang itu, Ryan sedang bermain gitar bersama anak-anak jalanan di bawah pohon. Bella mem-perhatikan dari jauh. Di sana, Ryan begitu bahagia dengan anak-anak jalanan tersebut. Bella menghampiri.
“ Minggir-minggir!! Mbak Bella dengan kak Ryan mau pacaran.” celetuk Joko, salah seorang anak jalanan.
“ Iya yuk kita pergi aja! Daripada ntar kita ganggu…” sahut Siti yang juga anak jalanan.
Bella dan Ryan jadi salting dibilang begitu. Anak-anak jalanan pun meninggalkan mereka berdua. Keduanya saling kikuk. Bella pun angkat bicara.
“ Kamu seneng sama anak-anak ya?” tanya Bella sedikit takut.
“ Iya. gw seneng banget sama anak-anak. Dulu, waktu gw kelas empat SD gw pengen banget punya adik baru. Tapi pas gw naik kelas lima, gw baru tau kalo nyokap punya kanker rahim. Saat itu gw dihadepin sama dua pilihan antara nyokap dan keinginan gw punya adik baru. Akhirnya gw lebih milih nyokap. Nyokap pun harus rela rahimnya diangkat.” kata Ryan mengingat masa lalunya. Bella hanya diam mendengarkan.
‘ Kok dia jadi curcol gitu sih??’ kata Bella dalam hati.
“ Sejak saat itu gw jadi ketus dan suka marah-marah sama setiap orang. Itu semua gw lakuin sebagai pelampiasan kemarahan gw. Mungkin karna terlalu lama gw ketus dan marah-marah, akhirnya kebawa jadi sifat gw sampe’ sekarang.”
Ryan merenung menyudahi ceritanya. Tak berapa lama hujan deras mengguyur kota Srandakan. Keduanya berteduh di sebuah gedung kosong. Bella merasa dinginnya angin menembus badannya. Dia menyilangkan kedua tangannya sampai ke bahu. Ryan membuka tasnya dan melemparkan jaket.
“ Kok jaketnya dilempar sih???”
“ Jaketnya basah! Gw gak mau pake!” ketus Ryan.
‘ Hah??? Jelas-jelas jaketnya baru dikeluarin dari tas??! Kok udah bisa basah sih???’ pikir Bella dalam hati. Bella mendekati jaket itu. Timbul ide jahil Bella untuk menggoda Ryan.
“ Jaketnya gak basah kok. Bilang aja kalo kamu mau ngasih jaket ini ke aku tapi kamu jaim kan??? Hayo ngaku???” kata Bella sambil senyum-senyum.
“ Jangan ge-er deh lo!”
Ryan bangkit dan berlari pergi.
“Ryan!!!tungguin dong!!!”
****
Dear coklat,
Hari ini seneng banget! Ryan udah mau curhat ke aku. Tadi dia juga pinjemin jaketnya ke aku pas ujan, walaupun jaim sih…☺
Bella menutup diary-nya. Dia memejamkan matanya sejenak untuk beristirahat.
****
Sementara di kamarnya, Ryan sedang melamun.
“ Ih gila!! Kok gw jadi mikirin Bella lagi sih???!” kata Ryan tiba-tiba.
“ Akhir-akhir ini kok gw mikirin Bella trus ya? Pasti ini karena gw kecapekan aja kali
ya..”
Lalu Ryan diam. Dia seperti memikirkan sesuatu. Setelah beberapa menit, Ryan keluar dan mengetuk pintu kamar Bella.
“ Siapa??” tanya Bella setelah mendengar ada ketukan pintu.
“Ini gw, Ryan…”
Bella bangkit dan membukakan pintu.
“Lo udah makan???” tanya ryan. Bella menggeleng.
“ Keluar yuk? Laper nih.” ajak Ryan.
‘Tadi siang ketus, sekarang baik lagi. Maunya apa sih ini anak??!’ kata bella dalam hati. Tak berapa lama, mereka sudah ada di pinggiran jalan menyusuri kota Srandakan. Sengaja mereka berjalan kaki agar bisa menikmati angin malam dan pemandangan kota pada malam hari.
“ Bel, maafin gw ya? Kalo selama ini gw sering ketus dan marah-marah sama lo..”
“ Gak pa-pa kok. Udah biasa…” jawab Bella.
“ Kok gitu sih jawabnya???” kata Ryan mulai meninggi.
“ Tuh kan! Baru juga minta maaf sekarang udah mau marah-marah lagi!”
“ Oh, iya-iya. Maaf hampir aja gw kelepasan lagi.”
Tidak berapa lama mereka sampai di sebuah jajanan pedagang kaki lima. Mereka langsung memesan makanan dan menyantapnya. Selesai makan, mereka jalan-jalan sebentar di sekitar situ.
“ Bel, kalo misalnya gw nembak lo, lo mau terima gw apa gak??” tanya Ryan grogi.
“ Ehm…gimana ya??? Kalo aku terima kamu ntar aku dimarahin trus tapi kalo aku gak terima kamu ntar aku kangen sama muka kamu kalo lagi marah…” kata Bella sok berfikir. Timbul ide jahil Bella untuk menggoda Ryan lagi.
“ Jadi diterima atau gak??” tanya ryan penasaran.
“ Aku bakal terima kamu asalkan…”
“ Asalkan apa?? Jangan gantung gitu dong ngomongnya!” sahut Ryan penasaran.
“ Asalkan…di wajah kamu…gak ada nasinya lagi…ha…ha…” kata Bella sambil berlari.
Spontan Ryan memegang hidungnya yang tidak ada apa-apa. Dia kemudian mengejar
Bella.
“ Bella!!! Awas ya kalo dapet!!!
Whatever…how you run away from me
Whatever…how you scold with me
I still can’t forget you
Let the star become the witness
How we fight and get a LOVE…
From CoBel (coklat_Bella)
****
Neighbour From Mars…
Ketika Ara terjaga dari tidurnya, jam baru menunjukkan angka lima. Ara membuka jendela dan duduk di pinggirnya. Sejenak dia menghirup udara pagi yang sejuk dan belum tercemar polusi. Hatinya begitu damai pagi ini. Tahun baru, rumah baru dan tetangga baru. Dua hari lagi dia juga akan menghadapi sekolah baru, kelas baru dan teman baru. Setelah lama terdiam, ara pergi keluar untuk bersenam-senam sebentar di depan rumah. Saat sedang menggerak-gerakkan badannya, ia merasa sedang diperhatikan. Ara melotot ke arah pria yang memperhatikannya itu.
“Maaf. Aku belum pernah liat kamu. Kamu baru pindah ya???” tanya pria berkaca-mata itu ketakutan. Ara jadi kasihan padanya.
“ Iya. Gw baru dua hari disini. Gw Ara, Ara Pramudita..”
“Oh maaf ya, aku baru liat kamu hari ini. Aku Indragalih... Kamu pindahan darimana???” tanya Indra.
“Gw dari Mars.” kata Ara mengancungkan telunjuknya ke atas.
“Hah??? Dari Mars???” tanya Indra kaget. Ara pun tertawa.
“Ya gaklah! Gw juga makhluk bumi kaleee… Gw ni dari Jakarta….” kata Ara sambil masuk ke dalam. Indra hanya tersenyum.
****
Hari ini hari pertama Ara di sekolah barunya. SMA Jati Luhur, Bandung. Setelah menda- patkan kelasnya, Ara terkejut karena teman-teman barunya sangat antusias menerimanya. Saking antusiasnya, Ara harus rela dikerjain di kelas barunya. Tiga jam pertama sangat melelahkan buat Ara. Untung bel istirahat pertama segera berbunyi. Ara pun segera ke kantin untuk melepaskan kelelahannya bersama Ana, teman sebangkunya. Setelah puas di kantin, mereka ke perpustakaan untuk mencari buku. Ara terkejut karena melihat Indra ada di perpustakaan itu. Ara dan Ana mengambil posisi yang tidak terlihat oleh Indra.
“An, lo kenal sama anak itu gak? Yang pake kacamata itu loh?? Itu Indra kan???” bisik Ara sambil menunjuk ke arah indra.
“O, itu. Iya, namanya Indra. Kelasnya itu sebelahan dengan kelas kita..”
‘O… jadi dia sekolah di sini juga ya’ pikir Ara dalam hati.
****
Tidak terasa sudah dua bulanan Ara di tempat barunya. Dia sudah merasa dekat dengan semuanya. Termasuk dengan Indra. Malam itu, Ara melihat indra sedang melamun di gerbang rumahnya. Ara menghampiri.
“Woy!!! Ngelamun aja lo! Kesambet ntar!! kata Ara mengagetkan.
Indra terkejut lalu tersenyum.
“In, enaknya ngapain ya malam minggu kayak gini?? Boring tau!?”
Indra langsung menarik tangan Ara dan membawanya masuk. Mereka sampai di halaman belakang rumah Indra. Indra membawa Ara ke dekat pohon.
“Nih… Aku tunjukkin tempat asik…”
“Tempat asik dari hongkong!! Ini kan cuma pohon?! Lo mau ngajak gw duduk di bawah pohon ya? Ih, ogah ah!! Ntar gw kesambet lagi! Atau jangan-jangan lo beneran udah kesambet ya??” kata Ara sedikit menjauh. Indra pun tertawa.
“Ya, gaklah! Siapa juga yang mau duduk di bawah pohon!? Yuk, ikut..”
Indra membawa Ara menaiki tangga yang ada di balik pohon itu. Ternyata Indra memiliki rumah pohon di atasnya. Ara kaget plus kagum dibuatnya.
“Ulang tahun lo 30 maret juga ya?” kata Ara sambil melihat kalender yang tergantung disitu.
“Kok tau??”
“Ya, iyalah! Diangka 30 ni ada nama lo. Dasar dodol!”
“O, iya.. ya…he..he”
Keduanya pun tertawa. Ara kembali melihat-lihat isi ruangan itu. Dia menghampiri rak kecil di sudut ruangan itu. Rak itu penuh dengan majalah dan poster.
“Lo juga suka Lee Min Ho ya??”
Indra mengangguk.
“Ih kok dari tadi sama terus sih?! Ulang tahun sama, artis yang disukain juga sama. Jangan-jangan lo penjahat yang lagi ngikutin gw ya??”
“Huh! Tadi bilang aku kesambet, sekarang bilang kalo aku ini penjahat. Kenapa gak sekalian aja kamu bilang aku ini mirip Lee Min Ho..!”
“Wueekss! Najis!!”
Keduanya kembali tertawa. Mereka pun bercerita sepuasnya malam itu.
****
Hari-hari terus mereka lewati. Tertawa, bercanda bahkan menangis. Rumah pohon men-jadi tempat favorite mereka. Tapi aneh! Ara sama sekali tidak kelihatan pagi ini. Orang tuanya juga tidak kelihatan. Biasanya minggu pagi begini Ara dan Indra selalu jogging bareng di sekitar kompleks perumahan ini. Indra segera menghampiri pembantu yang sedang menyapu halaman rumah Ara.
“Bi, Ara ada gak??”
“Maaf mas Indra. Bapak, ibu dan non Ara udah pergi ke Amrik. Bibi juga gak tau tuh Amrik itu apa?! Pak. Hadi (ayah Ara) pindah kerja di sana. Pagi-pagi sekali mereka udah ke bandara. Kata non Ara kalo mas Indra nyariin, langsung nyusul aja ke bandara.”
Tanpa basa-basi, Indra segera melaju ke bandara. Sesampainya di bandara, Indra mene-mukan Ara yang sudah hendak berangkat.
“Ara!!! Tunggu!!” kata Indra sambil berlari.
“Indra! Akhirnya datang juga. Bi’ ijah udah cerita kan??! Gak lama kok, paling-paling cuma setahun. Ntar gw balik lagi kesini.”
“Gak lama dari hongkong!!! Setahun itu lama tao!! Terus gimana dengan aku? trus rumah pohon juga bakal sepi gak ada kamu…”
“Kan lo masih bisa telpon-telponan sama gw. Nih..” kata Ara sambil menyodorkan sebuah kado. Indra baru ingat kalo hari ini adalah ulang tahun mereka berdua. Indra segera berlari ke mobilnya. Ara menunggunya. Ternyata kado yang sudah disiapkan Indra seminggu sebelum tanggal ini masih tertinggal di mobilnya. Huh! untung saja. Tak berapa lama Indra sudah bersama Ara. Mereka saling bertukar kado.
“Yaudah! Gw berangkat dulu ya?! Ayah-mama udah manggilin trus nih…”
Perlahan airmata Ara mulai turun. Ia pun memeluk Indra,
“I will always wait you…” bisik Indra
Ara pun pergi membawa terbang kenangan-kenangan mereka. ‘I will always wait you’ kata Indra lagi dalam hati. Bukan Ara yang lain.
****
Lee Min Ho dalam Rumah Pohon
Siang itu untuk kesekian kalinya Indra melamun di dalam rumah pohonnya. Setahun hampir berlalu. Kado itu. Kado pemberian ara masih tersimpan rapi di rak bukunya. Belum ia buka sama sekali. Ia ingin membukanya di depan ara saat pulang nanti. Namun, sampai saat ini belum ada tanda-tanda kepulangan ara. Ia semakin sedih. Setahun yang lalu Ara pergi bersama orang tuanya ke Amerika karena ayah Ara pindah kerja ke sana. Saat indra sedang larut dalam perasaannya, mama memanggilnya.
“In, ada yang nyariin tuh di luar..”
“Siapa ma??”
“Liat aja geh sendiri, ntar juga kamu tau..” kata mama sambil tersenyum.
Indra bergegas turun. Betapa senangnya dia melihat orang yang sudah ditunggu-tunggu akhirnya datang juga.
“Ara!!! Aku kangen sama kamu!!” kata indra sambil memeluk ara.
“Iya aku juga kangen sama kamu. In, kok kayaknya kamu agak kurusan ya??!”
Indra melepas pelukannya.
“Aku gak bakal kurus kalo kamu gak pergi ke Amrik… udah yuk ke tempat biasa..”
Indra mengajak ara ke rumah pohonnya. Ternyata rumah pohon itu sudah berwarna biru sekarang.
“Kok gak bilang-bilang sih kalo udah jadi tukang cat??” canda ara.
“Enak aja! Apa kata dunia kalo Lee Min Ho bisa jadi tukang cat!?” kata indra narsis.
“Lagian gimana aku mau kasih tau kamu, telpon gak pernah nyambung, email juga gak pernah dibales. Kayak ditelen bumi tiba-tiba aja! Janjinya bakal pulang akhir februari…Aku tungguin sampe’ udah masuk bulan maret juga kamu tetep gak dateng-dateng!” lanjut indra panjang lebar.
“Iya, maaf. Aku kecopetan akhir-akhir ini. Handphone dengan laptopku hilang. Makanya aku pulang agak telat.”
“Trus sekarang udak ketemu??” tanya indra terkejut.
“Polisi disana masih nyari tapi aku udah pasrah aja. Ntar aku beli lagi pake uang tabungan aku.”
“Coba aja aku yang jadi tukang copetnya. Beruntung banget.. ha..ha” canda indra.
Ara mencibir. Ia menghampiri rak buku yang berada di sudut ruangan itu.
“Kok kado kamu belum dibuka juga sih?? Aku juga belum looh!kita buka sekarang yuk!” ajak ara sambil mengeluarkan kado pemberian Indra dari dalam tasnya.
“Kok belum kamu buka juga sih??”
“Ya, aku pengen buka di depan kamu.” kata ara.
“Untung aja bukan kado ini yang dicopet. Kalo sampe’ iya, kasian banget tuh pencopet cuma dapet kado mungil kayak gini. Yaudah, yuk kita buka??” lanjut Ara.
“Jangan!!! Dua minggu lagi pas kita ultah..” kata indra tiba-tiba.
“Hah??? Gak keburu busuk tuh kado??!” kata ara bingung.
****
Waktu terus berlalu. Semuanya kembali seperti biasa. Akhir-akhir ini Indra sering sekali mengirimi ara SMS puisi cinta. Bahkan ketika sedang bersama, indra seringkali secara terang-terangan menyatakan perasaannya pada ara. Tapi ara seperti acuh tak acuh dengan tingkah laku Indra. Sebenarnya ia sendiri masih ragu akan perasaannya pada indra. Ara takut kehilangan indra, tapi ia juga belum bisa menerima indra karena persahabatannya. Sampai suatu hari, ara sadar karena telah menyia-nyiakan perasaan Indra.
Sore yang gelap dan hujan. 29 Maret. Rumah Sakit. Sudah tiga hari Indra terbaring koma karena kanker otaknya. Selama ini indra tidak pernah cerita pada siapapun, termasuk pada ara. hanya orang tuanya yang tau. Ia tidak ingin teman-temannya berteman dengannya hanya karena kasihan. Sore ini Indra tersadar dari komanya. Ara menatapnya sambil terisak.
“Ra a…ku gak mau li…at airmata ka…mu..” kata Indra terbata-bata.
“In, maafin aku udah jahat sama kamu selama ini…”
“Ka...mu gak pernah jahat sama aku.A…ku sa..yang sa..ma ka..mu” kata Indra sambil tersenyum.
“In…kamu adalah satu-satunya Lee Min Ho yang paling aku sayang…”
“Terima kasih…”
Indra pun memejamkan mata untuk selamanya. Ara segera memeluk indra dan tangisannya semakin pecah.
“It appears, so difficult to lost you.” kata ara lirih.
****
Siang itu, ara berada di rumah pohon Indra. Ara mengambil kado yang tergeletak di rak buku indra. Sejenak ia mengatur napasnya sebelum ia membuka kedua kado yang ada di hadapannya saat itu. Wajah ara sudah sembap karena airmata. Lalu ara membuka kedua kado itu. Ia kembali menangis saat mengetahui isi kedua kado itu.
“In… ini hadiah termanis yang pernah kita punya…” kata ara dalam tangisnya.
Lalu ara memajang kedua replika Lee Min Ho di ruangan itu.
Cinta bisa sabar menunggu
tik. tik. tik
detik demi detik berlalu
namun ketika cinta tau, kamu
menyia-nyiakannya, maka
dia akan pergi… dan itu tak akan kembali
ketika kamu sadar, kalau cinta yang
menunggumu selama ini telah pergi…
maka saai itulah kamu harus berganti sabar
menunggu datangnya cinta yang lain…
****
Teman Lama atau Teman Baru???
Akhirnya hari yang kutunggu-tunggu datang juga. Kembali sekolah!! Dengan berlenggak-lenggok seperti di catwalk, aku menyusuri koridor sekolah dengan senang. Bangku-bangku di kelas sudah hampir terisi semua. Setelah beberapa detik mataku menyusuri ke sekeliling kelas, akhirnya aku menemukan Sita, teman dekatku yang sedang asyik bercerita bersama teman-teman lainnya. Aku pun menghampirinya.
“Pagi semua!!!”
“Tita!!! Kangen banget nie 2 minggu gak ketemu lo!!!” kata Sita sambil memelukku.
“Gw tau kok. Bukan lo aja yang kangen sama gw, semua yang ada di sini juga pasti bakalan kangen sama gw.”
“Huh, narsis!” kata Sita sambil mencibir.
“Btw, ngeliat Rio gak? Di mana ya? Kira-kira mukanya ada yang berubah gak ya?”
“Masih pagi udah nanyain Rio. Sampai lupa gak tanya-tanya kabar sahabatnya lagi. Tadi sih gw liat dia di lapangan basket. Pagi-pagi udah main basket. Dasar orang aneh!!!”
“Sirik aja lo!!”
Aku pun segera menuju lapangan basket. Aku tertegun, ketika kupandangi wajah putih dan tubuh atletis Rio. Ternyata tidak ada yang berubah darinya. Perasaanku masih sama dari dulu. Andai aja dia tau ‘kalau aku sangat menyukaimu, Rio…’
Tet…tet…
Huh! Suara bel hampir saja membuat jantungku keluar dari persembunyiannya.
Langsung saja. Ternyata hari ini kami kedatangan murid baru di kelas. Mita Ayu Dewi. dia duduk di belakangku dan Sita. Lambat laun kami menjadi teman dekat. Aku merasa klop dengan-nya. Terlebih lagi dia juga menyukai tokoh Sinchan sepertiku. Kami bertiga selalu bersama. Aku, Sita dan Mita. Tidak terasa sudah 2 minggu Mita di sekolah ini. Kami bertiga saling berbagi dan melengkapi. Mita pun sudah tau siapa cowok yang aku suka. Sudah jelas dan pasti. Rio Anggoro.
****
Pagi ini aku dan Mita sedang bersenda-gurau di taman sekolah. Sambil menunggu bunyi sangkakala yang memaksa kami, para pelajar di seluruh Indonesia untuk menuntut ilmu yang kadang kami rasa sangat membosankan.
“Tita! Liat geh siapa yang jalan sama Rio??” kata Mita tiba-tiba sambil mencubit lenganku.
Ya ampyuun! Jantung dan mataku hampir saja terjun bebas dari persembunyiannya. Siapa itu???Sita??? bergandengan tangan dan menyandarkan kepalanya di bahu Rio. Mereka tampak akrab dengan senyuman di bibir mereka masing-masing. Aku melirik Mita, ternyata dia juga tidak kalah terkejutnya denganku. Matanya yang membelalak besar dan bibir mungilnya menganga lebar. Aku pun terduduk lemas di kursi taman. Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sampai-sampai kakiku saja tidak sanggup untuk menopang tubuhku lagi. Mita pun menuntunku sampai ke kelas. Marah???
Sudah jelas itu yang kurasakan sekarang. Wajar. Aku hanyalah manusia biasa yang bisa marah jika melihat sahabatnya sendiri bergandengan mesra dengan cowok yang disukai sahabatnya yang lain. Ternyata urat kemarahanku masih bekerja dengan baik. Sita datang dan langsung menghampiriku dan Mita dengan riang. Ya Allah! SADARKANLAH TEMANKU, Sita. Di saat seperti ini dia masih bisa menegurku dengan gembira, seolah-olah dia adalah bayi yang putih, bersih dan tak berdosa. Amarahku memuncak. Aku langsung berteriak-teriak memaki Sita. Sita hanya diam, mungkin dia sadar kalau itu memang kesalahannya. Tapi ternyata tidak! 3 hari berlalu. Kabar-kabar kalau Sita dan Rio sudah berpacaran telah beredar di mana-mana. Tapi tidak di acara-acara infotaiment yang sering aku liat di TV. Karena mereka bukan artis! Sekarang hanya Mita yang bisa aku percaya. Kemarahan, kekesalan, tangis dan apaaaa saja, semuanya itu aku keluarkan di depan Mita. Dia mengerti apa yang aku rasakan. Ternyata Mita juga lost contact dengan Sita. Sita benar-benar teman yang jahat!!! Walaupun teman lama, ternyata tidak menjamin seseorang itu lebih baik dari teman yang baru kita kenal.
****
Seminggu sudah ku lewati. Aku terkejut tiba-tiba Sita datang dan langsung memelukku di depan pintu kelas. Dia menangis tersedu-sedu dan meminta maaf padaku. Dia sudah tidak lagi bersama Rio. Ternyata dia sadar kalau teman lebih penting dari seorang pacar. Mungkin karena terlalu lama aku mengenal Sita dan begitu banyak kenangan kami berdua, aku pun tidak tega untuk tidak memaafkan Sita. Kami pun kembali bersama.
****
Dua minggu lagi ulang tahunku. Sweet seventeen. Tapi aku merasa ada yang kurang dan belum aku penuhi. Rio. Walaupun dia sempat melukai hatiku tapi aku tak bisa melupakannya. Tiba-tiba Sita mengagetkanku. Teriakannya membuyarkan lamunanku.
“Tita!!! Kok bengong aja sih? Masih pagi ta…semangat dong!”
“Huh! Ganggu aja lo..lagi asyik nie. Btw, Mita kok belum dateng ya?ntar lagi kan bel masuk?”
“Yaudah yuk kita tungguin di luar aja! Boring tau di kelas trus…”
Baru beberapa langkah keluar dari kelas, tiba-tiba saja kakiku berat untuk melangkah maju. Kaki dan tubuhku seperti dipaksa masuk kembali ke kelas. Apa yang aku lihat??? Mita berciuman dengan Rio!!! Pasti ini Cuma mimpi. Ya Allah, jika ini benar mimpi tolong bangunkanku segera ya Allah..
Aku pun drop, tubuhku limbung, kepalaku berat dan mataku berkunang-kunang…
Setelah itu yang kurasakan hanya gelap…
“Non, bangun non! Non Tita kan harus sekolah. Nanti terlambat loh non.”
Tepukan lembut dari mbok Inem mendarat di pipiku. Aku terkejut. Hari ini aku kembali masuk sekolah. Tak berapa lama, suara klakson mobil sudah memanggilku dari luar. Dengan terburu-buru aku mengikat tali sepatuku dan meninggalkan sarapan. Pelukan hangat dari Rio membuatku merasa nyaman. Terima kasih ya Allah. Engkau mendengar do’aku. Semoga mimpi buruk tadi malam tidak terjadi lagi.
“Yang…kenalin ini Mita, sepupuku dari Jogja. Mulai hari ini dia bakal satu sekolah dengan kita.” Kata Rio yang mengagetkanku. Aku menoleh ke kursi belakang mobil Rio dan mendapati seorang wanita sedang tersenyum dan menjulurkan tangannya padaku.
Astaga!! Mita dalam mimpiku…
“Hai! Aku Mita. Mita Ayu Dewi.”
“HAH???”
****
Komentar
Posting Komentar